Ukraina Tolak Gencatan Senjata Putin, Sebut Rusia Munafik
loading...
A
A
A
KIEV - Ukraina menolak gencatan senjata yang diumumkan Presiden Rusia Vladimir Putin . Pemimpin Kremlin telah memerintahkan pasukannya gencatan senjata selama 36 jam mulai Jumat (6/1/2023) siang agar umat Kristen Ortodoks dapat merayakan Natal.
Penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Mikhail Podolyak, mengatakan Kiev tidak tertarik dengan penghentian permusuhan yang diumumkan Putin pada hari Kamis.
"Mungkin ada gencatan senjata sementara hanya ketika Rusia meninggalkan wilayah pendudukan," tulis Podolyak di Twitter.
"Simpan kemunafikan untuk diri Anda sendiri,” lanjut dia.
Podolyak juga mencela Gereja Ortodoks Rusia sebagai penyebar propaganda perang yang menyerukan genosida terhadap warga Ukraina. Dia menggambarkan pernyataan otoritas Gereja Ortodoks Rusia tentang gencatan senjata Natal sebagai jebakan sinis dan elemen propaganda.
“Gencatan senjata? Kebohongan dan kemunafikan. Kami akan menggigit Anda dalam kesunyian malam Ukraina,” imbuh Alexey Danilov, Kepala Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba juga menyuarakan penolakan gencatan senjata usulan Putin. "Gencatan senjata yang diusulkan tidak dapat dan tidak boleh dianggap serius,” tulis diplomat top Ukraina tersebut di Twitter.
Perintah Putin kepada tentara Rusia untuk gencatan senjata tersebut diumumkan untuk menuruti permintaan Kepala Gereja Ortodoks Rusia Patiark Kirill.
Sebagian besar Gereja Ortodoks, termasuk yang ada di Rusia dan Ukraina, menggunakan beberapa versi kalender Julian untuk kebaktian liturgi, sehingga Hari Natal jatuh pada tanggal 7 Januari menurut kalender Gregorian.
Patriark Kirill menyerukan gencatan senjata selama 36 jam mulai Jumat siang, sehingga umat Ortodoks dapat menghadiri kebaktian.
“Dilihat dari fakta bahwa banyak warga yang mempraktikkan agama Ortodoks tinggal di daerah yang diperangi, kami menyerukan kepada pihak Ukraina untuk mengumumkan penghentian permusuhan dan memberi mereka kesempatan untuk menghadiri kebaktian pada Malam Natal dan Hari Natal,” bunyi pernyataan Kremlin.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyambut baik pengumuman Rusia tersebut.
“Kemungkinan para pihak menunjukkan rasa hormat dan menghentikan permusuhan selama masa suci ini selalu disambut baik oleh Sekretaris Jenderal,” kata juru bicara Guterres, Stephane Dujarric.
Penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Mikhail Podolyak, mengatakan Kiev tidak tertarik dengan penghentian permusuhan yang diumumkan Putin pada hari Kamis.
"Mungkin ada gencatan senjata sementara hanya ketika Rusia meninggalkan wilayah pendudukan," tulis Podolyak di Twitter.
"Simpan kemunafikan untuk diri Anda sendiri,” lanjut dia.
Podolyak juga mencela Gereja Ortodoks Rusia sebagai penyebar propaganda perang yang menyerukan genosida terhadap warga Ukraina. Dia menggambarkan pernyataan otoritas Gereja Ortodoks Rusia tentang gencatan senjata Natal sebagai jebakan sinis dan elemen propaganda.
“Gencatan senjata? Kebohongan dan kemunafikan. Kami akan menggigit Anda dalam kesunyian malam Ukraina,” imbuh Alexey Danilov, Kepala Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba juga menyuarakan penolakan gencatan senjata usulan Putin. "Gencatan senjata yang diusulkan tidak dapat dan tidak boleh dianggap serius,” tulis diplomat top Ukraina tersebut di Twitter.
Perintah Putin kepada tentara Rusia untuk gencatan senjata tersebut diumumkan untuk menuruti permintaan Kepala Gereja Ortodoks Rusia Patiark Kirill.
Sebagian besar Gereja Ortodoks, termasuk yang ada di Rusia dan Ukraina, menggunakan beberapa versi kalender Julian untuk kebaktian liturgi, sehingga Hari Natal jatuh pada tanggal 7 Januari menurut kalender Gregorian.
Patriark Kirill menyerukan gencatan senjata selama 36 jam mulai Jumat siang, sehingga umat Ortodoks dapat menghadiri kebaktian.
“Dilihat dari fakta bahwa banyak warga yang mempraktikkan agama Ortodoks tinggal di daerah yang diperangi, kami menyerukan kepada pihak Ukraina untuk mengumumkan penghentian permusuhan dan memberi mereka kesempatan untuk menghadiri kebaktian pada Malam Natal dan Hari Natal,” bunyi pernyataan Kremlin.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyambut baik pengumuman Rusia tersebut.
“Kemungkinan para pihak menunjukkan rasa hormat dan menghentikan permusuhan selama masa suci ini selalu disambut baik oleh Sekretaris Jenderal,” kata juru bicara Guterres, Stephane Dujarric.
(min)