Sejarah Hagia Sophia, antara Katedral Kristen Ortodoks dan Masjid

Sabtu, 11 Juli 2020 - 10:01 WIB
loading...
Sejarah Hagia Sophia, antara Katedral Kristen Ortodoks dan Masjid
Hagia Sophia, bangunan kuno di Istanbul, Turki, yang awalnya katedral Kristen Ortodoks, kemudian dikonversi jadi masjid, diubah lagi jadi museum dan kini kembali dikonversi jadi masjid. Foto/REUTERS
A A A
ISTANBUL - Sejarah Hagia Sophia kembali jadi sorotan dunia hari ini setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menetapkan fungsi bangunan itu kembali menjadi masjid. Diakui atau tidak, bangunan kuno di Istanbul yang awalnya katedral Kristen Ortodoks ini telah jadi alat politik di Turki.

Nama Hagia Sophia berasal dari bahasa Yunani yakni Ayasofya yang bermakna "Holy Wisdom (Kebijaksanaan Suci)". Bangunan ini selesai dibangun sebagai Katedral Kristen Kekaisaran Romawi Timur atau dikenal sebagai Bizantium pada tahun 537. Bangunan tersebut, kala itu merupakan "kursi" dari Patriark Ekumenis Konstantinopel.

Pada 1204, Hagia Sophia dikonversi oleh Tentara Salib Keempat menjadi katedral Katolik Roma di bawah Kekaisaran Latin, sebelum dikembalikan lagi menjadi Katedral Ortodoks setelah pembangunan kembali Kekaisaran Bizantium pada 1261.
Sejarah Hagia Sophia, antara Katedral Kristen Ortodoks dan Masjid

Foto/REUTERS

Pada tahun 1453, Konstantinopel yang menjadi Ibu Kota Kekaisaran Bizantiium ditaklukkan oleh Kekaisaran Ottoman di bawah pimpinan Sultan Mehmed II atau dikenal sebagai Mehmed Sang Penakluk. Atas perintah Sultan Mehmed II, Hagia Sophia dikonversi menjadi masjid.

Ketika diambil alih Kekaisaran Ottoman, beberapa bagian kota Konstantinopel telah rusak. Hagia Sophia kala itu mendapat perhatian khusus yang dikelola dengan dana yang sengaja disisihkan. Bangunan tersebut sekaligus membuat kesan kuat pada penguasa Ottoman. (Baca: Erdogan: Hagia Sophia Jadi Masjid setelah Keputusan Pengadilan )

Ketika dikuasai Kekaisaran Ottoman, beberapa fitur khas seperti lonceng, altar, ikonostasis, dan peninggalan lainnya dihilangkan. Mosaik-mosaik yang menggambarkan Yesus, Ibunya; Perawan Suci Maria, orang-orang kudus Kristen, serta para malaikat juga dihilangkan atau diplester.

Sebaliknya, fitur-fitur Islami seperti mihrab (ceruk di dinding yang menunjukkan arah kiblat salat; Kakbah di Makkah), mimbar, dan empat menara ditambahkan. Ada juga kaligrafis bertuliskan Allah, Nabi Muhammad dan para khalifah Muslim yang ditampilkan di bangunan tersebut.
Sejarah Hagia Sophia, antara Katedral Kristen Ortodoks dan Masjid

Foto/REUTERS

Dari konversi awal hingga pembangunan Masjid Sultan Ahmed di dekatnya, alias Masjid Biru Istanbul, pada 1616, Hagia Sophia adalah masjid utama Istanbul. Arsitektur Bizantium Hagia Sophia berfungsi sebagai inspirasi bagi banyak masjid Ottoman lainnya, termasuk Masjid Biru, Masjid Şehzade, Masjid Süleymaniye, Masjid Rüstem Pasha dan Kompleks Kılıç Ali Pasha.

Hagia Sophia tetap berstatus masjid sampai 1931, yakni ketika ditutup untuk umum selama empat tahun. Bangunan dibuka kembali pada tahun 1935 dengan statusnya sebagai museum oleh Republik Turki yang dipimpin Mustafa Kemal Ataturk. Konversi masjid sebagai museum itu merupakan bagian dari reformasi sekuler Ataturk.

Pada 2014, bangunan museum itu menjadi situs yang paling banyak dikunjungi kedua di Turki, menarik hampir 3,3 juta pengunjung setiap tahunnya. Menurut data yang dirilis oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Turki, Hagia Sophia adalah objek wisata yang paling banyak dikunjungi di Turki pada 2015 dan 2019. (Baca juga: Erdogan: Jadi Masjid, Salat Pertama di Hagia Sophia 24 Juli )

Ketika Turki dipimpin Recep Tayyip Erdogan selama belasan tahun terakhir, muncul seruan agar museum Hagia Sophia dikonversi kembali menjadi masjid. Erdogan dan partainya, Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berakar pada Islam, terus berkampanye mendukung konversi itu. Kubu oposisi menilai kubu Erdogan memanfaatkan situs kuno itu sebagai alat politik untuk meraup suara dalam pemilu Turki yang akan datang.
Sejarah Hagia Sophia, antara Katedral Kristen Ortodoks dan Masjid

Foto/REUTERS

Seruan konversi itu memicu reaksi keras sejumlah kalangan, terutama dari Yunani dan Gereja Kristen Ortodoks Rusia yang tak terima dengan rencana tersebut. Amerika Serikat dan Uni Eropa juga menyuarakan kekecewaan dan keprihatinan.

Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) yang sejak lama memasukkan Hagia Sophia dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO ikut bereaksi dengan akan meninjau ulang statusnya sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO jika bangunan dikonversi sebagai masjid.

Tapi, pengadilan Turki pada hari Jumat (10/7/2020) menorehkan sejarah yang mendukung pemerintah Erdogan dengan memutuskan mencabut status Hagia Sophia sebagai museum. Erdogan menyambutnya dengan langsung mendeklarasikan bangunan itu sebagai masjid dan salat pertama umat Islam di bangunan itu bisa dimulai pada 24 Juli 2020 mendatang.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1367 seconds (0.1#10.140)