Cabut Isolasi, Selandia Baru Klaim Bisa Hentikan Corona

Selasa, 28 April 2020 - 07:30 WIB
loading...
A A A
Sejak pertengahan April tidak ada infeksi virus corona baru. Vietnam menerapkan karantina massal puluhan ribu warga, pelacakan kontak dan pengujian virus corona. Setelah mengetahui adanya infeksi virus corona, Vietnam langsung menutup 1.400 km perbatasan dengan China pada Maret lalu. Mereka juga langsung mewajibkan warganya mengenakan masker.

Dari China, di Kota Wuhan yang pernah menjadi episentrum penyebaran corona sudah dinyatakan tidak ada lagi kasus pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit. Covid-19 diyakini berasal dari pasar hewan liar di Wuhan yang berkembang sejak Desember lalu sebelum menyebar ke seluruh dunia. “Kabar terbaru per 26 April, pasien yang terinfeksi virus corona di Wuhan mencapai titik nol. Terima kasih kepada semua tim di Wuhan dan staf medis di seluruh China,” kata Juru Bicara Komisi Kesehatan Nasional (NHC) Mi Feng.

Wuhan memiliki 46.452 kasus atau 56% dari total persebaran di China. Namun, hanya 3.869 korban meninggal dunia atau 84% dari keseluruhan China. Wuhan dan Provinsi Hubei menerapkan isolasi wilayah selama dua bulan.

Aplikasi Kontak Covid-19 Warga Australia

Lebih dari sejuta warga Australia telah mengunduh aplikasi kontak Covid-19 yang dirancang untuk mempermudah petugas kesehatan dan pemerintah dalam melacak suspect dan pasien Covid-19. Australia merupakan salah satu negara yang sukses menanggulangi Covid-19 dengan angka kematian 83 orang dari 6.700 pasien.

Keberhasilan Australia tidak terlepas dari pemeriksaan yang sangat ketat di perbatasan, pengawasan pergerakan warga di tempat umum, dan kebijakan isolasi diri di rumah. Angka infeksi juga menurun dari 25% pada Maret menjadi 1% pada April.

Menteri Kesehatan (Menkes) Greg Hunt mengatakan, sekitar 1,13 juta warga Australia juga mengunduh aplikasi CovidSafe sampai 27 April atau hampir 4,5% dari total penduduk Australia. "Satu juta di antaranya mengunduh pada hari pertama peluncuran," ujar Hunt. "Kami berharap semua warga Australia dapat mengunduh aplikasi itu untuk memudahkan kami dalam mengendalikan Covid-19, terutama mereka yang kemungkinan terekspos virus."

Berdasarkan jajak pendapat, popularitas Perdana Menteri Australia Scott Morrison telah meroket tahun ini atau mencapai hingga 68%. Hal itu tidak terlepas dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan Morrison selama wabah Covid-19 menyerang Negeri Kanguru.

Salah satu kebijakan Morrison ialah memangkas PDB negara sebesar 10% untuk membantu perusahaan bertahan hidup di tengah wabah Covid-19 sehingga diharapkan tidak terjadi PHK massal atau berita miring lainnya. Sebab, tanpa subsidi, sedikit perusahaan Australia yang dapat bertahan hidup. "Saya yakin angka pengangguran akan mencapai 17% pada bulan Juni jika dana itu tidak dibagikan kepada masyarakat," kata ahli ekonomi Bill Evans.

Saat ini, perusahaan-perusahaan di Australia juga berupaya melobi pemerintah untuk memperlonggar lockdown sehingga roda produksi dan bisnis dapat kembali berputar. Dewan Bisnis Australia menyatakan Australia akan menelan kerugian hingga AUD400 miliar jika lockdown berjalan selama enam bulan. Bank Sentral Australia juga memperingatkan Australia akan mengalami kontraksi ekonomi terbesar sejak 1930-an.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1509 seconds (0.1#10.140)