Aduh, Lebih dari 200 Pekerja Pemetik Buah Asal Indonesia Terlilit Utang di Inggris

Sabtu, 03 Desember 2022 - 05:30 WIB
loading...
Aduh, Lebih dari 200...
Pekerja memetik buah di lahan pertanian. Foto/castletonfarm.co.uk
A A A
LONDON - Lebih dari 200 pemetik buah asal Indonesia sejak Juli mencari bantuan ke Kedutaan Besar RI (KBRI) di London setelah terlilit utang besar saat bepergian ke Inggris untuk bekerja.

Mereka bernasib malang karena setiba di Inggris, hanya menemukan pekerjaan mereka dipotong pendek, menurut keterangan yang dilansir Arab News pada Jumat (2/12/2022).

“Jumlah sebenarnya orang Indonesia yang berjuang di industri ini kemungkinan akan jauh lebih tinggi, dengan lebih dari 1.450 orang dikirim tahun ini oleh perusahaan bernama AG Recruitment untuk bekerja dengan visa pekerja musiman enam bulan,” papar laporan itu.



Seorang pejabat KBRI mengatakan kepada surat kabar The Guardian bahwa, “Awalnya orang mulai mendatangi kami dengan masalah tentang target di pertanian."

Tetapi pejabat itu menambahkan, “Saat ini, kebanyakan orang menghubungi kami karena tidak ada lagi pekerjaan di pertanian. Mereka mencoba untuk pindah, tetapi AG memberi tahu mereka bahwa tidak ada pekerjaan lain.”

Seorang pekerja memberi tahu Guardian bahwa dia telah meminjam 4.650 poundsterling atau USD5.700 di Jawa untuk membayar agen yang membawanya ke Inggris, tetapi pekerjaannya di Castleton Farm di Skotlandia hanya membayar sekitar 200 poundsterling per pekan.

Baca juga: Pertahanan Rusia Diperbarui, Tentara Tak Takut Lagi Digempur HIMARS

Ketika dia diberhentikan setelah hanya dua bulan, dia masih berutang 1.700 poundsterling.

Ross Mitchell, direktur pengelola Castleton Fruit Ltd, mengatakan perkebunan tersebut telah mempekerjakan 106 pekerja Indonesia tahun ini, 70 orang di antaranya masih berada di lokasi, bekerja rata-rata kurang dari 42 jam per pekan, dengan gaji kotor mingguan rata-rata sekitar 450 poundsterling, tidak termasuk biaya seperti akomodasi.

Dia mengaku "sangat prihatin" tentang "pembayaran yang diminta oleh agen pihak ketiga" dan perusahaan mengandalkan "agen yang disetujui untuk melakukan uji tuntas untuk memastikan pekerja tidak membayar biaya yang berlebihan."

“Kami berharap badan terkait akan menangani masalah ini,” ujar dia kepada The Guardian.

Investigasi oleh surat kabar tersebut pada Agustus mengungkapkan pekerja Indonesia secara teratur mengambil hutang hingga 5.000 poundsterling untuk bekerja di Inggris selama satu musim petik buah.

“Rekrutmen AG, yang tidak ada di Indonesia, menggunakan Al Zubara Manpower yang berbasis di Jakarta untuk mencari pekerja, yang pada gilirannya menggunakan perantara pihak ketiga yang membebankan biaya tinggi kepada calon pekerja,” ungkap laporan The Guardian.

Rekrutmen AG membantah melakukan kesalahan atau mengetahui praktik tersebut, tetapi sejak itu telah diselidiki Gangmasters and Labour Abuse Authority (GLAA), agen pemerintah Inggris.

Seorang juru bicara GLAA mengatakan kepada The Guardian, "Di mana ada dugaan eksploitasi tenaga kerja, kami akan menyelidiki dan mengambil tindakan yang tepat jika standar lisensi kami tidak sepenuhnya dipatuhi ... Operator skema sepenuhnya menyadari tanggung jawab mereka terhadap pekerja."

Direktur AG Douglas Amesz menjelaskan, “Pekerja tidak boleh membayar biaya kepada siapa pun untuk menerima pekerjaan di Inggris; ini adalah hukum Inggris. Namun, sayangnya ini bukan hukum di semua negara yang pernah kami rekrut secara historis, jadi kami bekerja secara aktif untuk mendidik warga negara di luar negeri bahwa mereka tidak boleh membayar biaya kepada siapa pun untuk menerima pekerjaan di Inggris atau di mana pun.”

Direktur Al Zubara Yulia Guyeni mengatakan, “Kami mengirim pekerja berdasarkan permintaan dari AG. Kami hanya mengenakan biaya berdasarkan perjanjian penempatan yang ditandatangani pekerja.”

Dia menambahkan, “Bukan tanggung jawab kami (untuk memeriksa utang pekerja) karena kami tidak mendorong mereka untuk memiliki utang. Mereka sudah cukup umur dan harus bertanggung jawab untuk menyadari konsekuensi utang.”

Castleton Farm memasok buah ke beberapa merek supermarket terbesar di Inggris. Dalam pernyataan, Konsorsium Ritel Inggris mengatakan, “Supermarket khawatir dengan tuduhan ini dan sedang menyelidiki sebagai masalah mendesak."
(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1062 seconds (0.1#10.140)