Anwar Ibrahim, dari 2 Kali Dipenjara hingga Jadi PM Malaysia

Kamis, 24 November 2022 - 14:51 WIB
loading...
Anwar Ibrahim, dari 2 Kali Dipenjara hingga Jadi PM Malaysia
Anwar Ibrahim resmi dipilih sebagai Perdana Menteri Malaysia, Kamis (24/11/2022). Foto/REUTERS
A A A
KUALA LUMPUR - Raja Malaysia Al-Sultan Abdullah Riayatuddin Al-Mustafa Billah Shah menunjuk pemimpin reformis Anwar Ibrahim sebagai perdana menteri (PM) baru negara itu, Kamis (24/11/2022).

Anwar akan dilantik sebagai PM Malaysia pukul 17.00 sore ini.

Jejak politisi ini sangat berliku, termasuk harus dua kali menjalani hukuman penjara atas tuduhan sodomi.

Politisi pemimpin koalisi Pakatan Harapan ini pernah menjabat sebagai menteri keuangan dan naik menjadi wakil perdana menteri Malaysia sebelum dia dipecat pada tahun 1998.



Anwar pernah menghabiskan hampir 10 tahun di penjara setelah dipecat mentornya; Mahathir Mohamad—yang kala itu sebagai PM Malaysia.

Berikut jejak penting Anwar Ibrahim yang kini menjadi PM baru Malaysia:

10 Agustus 1947

Anwar Ibrahim lahir di Bukit Mertajam, Penang. Kedua orang tuanya adalah politisi UMNO.

1971

Anwar mendirikan Gerakan Pemuda Muslim Malaysia, yang dikenal dengan akronim Melayu; ABIM.

1982

Setelah diyakinkan untuk bergabung dengan UMNO, Anwar terpilih menjadi anggota Parlemen untuk pertama kalinya, mewakili daerah pemilihan Permatang Pauh di negara bagian Penang.

1983

Anwar menjadi menteri pemuda dan olahraga, dan di bawah asuhan Mahathir dipromosikan pertama menjadi menteri pendidikan (1986), dan kemudian menjadi menteri keuangan (1991) dan wakil perdana menteri (1993).

1998

Berbulan-bulan perseteruan dengan Mahathir atas penanganan Malaysia terhadap krisis keuangan Asia memuncak dengan Anwar dipecat dan dituduh melakukan sodomi—kejahatan serius di Malaysia—dan juga dituduh korupsi.

Saat itu, puluhan ribu orang turun ke jalan untuk mendukung Anwar yang mendapat dukungan dari sejumlah besar Muslim Melayu, kelompok etnis terbesar di negara multikultural, untuk mendorong gerakan reformasi.

1999

Anwar memanfaatkan momentum reformasi untuk mendirikan Parti Keadilan Nasional atau Partai Keadilan Nasional sebagai cikal bakal Parti Keadilan Rakyat (PKR). Secara terpisah, Anwar dihukum dan dipenjara atas tuduhan yang menurutnya bermotivasi politik.

2003

Mahathir mundur setelah 22 tahun sebagai perdana menteri.

2004-2013

Empat tahun setelah pembebasannya tahun 2004, Anwar kembali dituduh melakukan sodomi oleh seorang pembantu laki-laki. Anwar mengatakan tuduhan itu ditujukan untuk mencopotnya dari jabatannya sebagai pemimpin oposisi, yang nyaris mengalahkan Najib Razak—anak didik Mahathir lainnya—dalam pemilu 2013 yang disengketakan.

2015

Anwar dipenjara atas tuduhan sodomi untuk kedua kalinya.

2016-2017

Mahathir keluar dari UMNO di tengah seruan agar Najib Razak mengundurkan diri atas skandal korupsi miliaran dolar di lembaga dana negara; 1MDB.

Mahathir membentuk partai baru, Bersatu, sebelum bergabung dengan koalisi oposisi Anwar, Pakatan Harapan (PH). Mahathir berjanji akan mencari pengampunan kerajaan untuk Anwar dan menyerahkan jabatan perdana menteri kepadanya jika koalisi berhasil dalam upayanya untuk menyingkirkan Najib dan pemerintah yang dipimpin UMNO.

2018

Anwar dan Mahathir bergabung untuk memimpin oposisi meraih kemenangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam pemilu pada 9 Mei, mengakhiri lebih dari 60 tahun pemerintahan UMNO.

Dalam seminggu, Anwar diampuni oleh raja dan dibebaskan.

2019

Anwar membantah tuduhan melakukan pelecehan seksual terhadap seorang mantan pembantu laki-laki, menggambarkan klaim tersebut sebagai "politik yang paling buruk".

Kasus tersebut dibatalkan dengan alasan tidak cukup bukti.

2020

Menurut sumber, Mahathir menghadapi tekanan dari sekutunya, Anwar Ibrahim, untuk menetapkan tanggal serah terima kekuasaan.

Politisi senior dari Pakatan dan partai oposisi yang kalah bertemu di sebuah hotel bintang lima pada 23 Februari dalam apa yang dikenal sebagai "gerakan Sheraton". Anwar menyalahkan “mantan teman" di internal Partai Bersatu pimpinan Mahathir dan “faksi kecil pengkhianat” dari partainya sendiri.

24 Februari 2020

Mahathir mengundurkan diri sebagai perdana menteri.

1 Maret 2020

Raja Malaysia menunjuk Muhyiddin Yassin sebagai perdana menteri setelah Yassin bertemu dengan setiap anggota Parlemen untuk mendapatkan dukungan.

23 September 2020

Anwar mengatakan dia memiliki cukup dukungan di Parlemen untuk menjadi perdana menteri dan mendesak Muhyiddin untuk mengundurkan diri.

13 Oktober 2020

Anwar menemui raja dan mengatakan dia telah membagikan bukti dukungannya kepada raja. Dia mengatakan dia memiliki mayoritas yang “hebat” dan bahwa Muhyiddin harus mundur.

19 November 2022

Malaysia gelar pemilu ke-15 dan kubu Anwar Ibrahim meraih 82 kursi Parlemen. Perolehan ini belum bisa membentuk pemerintahan baru karena kurang dari syaratnya, yakni 112 kursi.

24 November 2022

Raja Malaysia Raja Malaysia Al-Sultan Abdullah Riayatuddin Al-Mustafa Billah Shah menunjuk Anwar Ibrahim sebagai PM baru setelah UMNO, partai utama di koalisi Barisan Nasional, mendukung Anwar.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1723 seconds (0.1#10.140)