Korban Tewas Akibat Badai Tropis Nalgae di Filipina Mencapai 150 Jiwa

Jum'at, 04 November 2022 - 14:42 WIB
loading...
Korban Tewas Akibat...
Korban Tewas Akibat Badai Tropis Nalgae di Filipina Mencapai 150 Jiwa. FOTO/Reuters
A A A
MANILA - Korban tewas akibat badai dahsyat yang memicu banjir dan tanah longsor di seluruh Filipina telah mencapai 150 jiwa, Kamis (3/11/2022). Diperkirakan akan ada lebih banyak hujan di beberapa daerah di negara tersebut.

Seperti dilaporkan AFP, lebih dari 355.400 orang meninggalkan rumah mereka saat Badai Tropis Nalgae yang parah menghantam sebagian besar negara kepulauan itu akhir pekan lalu dan selama akhir pekan.



Dari 150 kematian yang dicatat oleh Badan Bencana Nasional, 63 kematian berada di wilayah Bangsamoro di pulau selatan Mindanao, di mana banjir bandang dan tanah longsor menghancurkan desa-desa di wilayah mayoritas Muslim tersebut.

“Setidaknya 128 orang terluka dan 36 masih hilang di seluruh negeri,” sebut pernyataan Badan Bencana Nasional Filipina. Pihak berwenang telah memperingatkan tidak ada harapan untuk menemukan lebih banyak korban selamat.

Sesungguhnya, wilayah Mindanao jarang dilanda oleh 20 atau lebih topan yang menyerang Filipina setiap tahunnya. Tetapi, badai yang mencapai wilayah tersebut cenderung lebih mematikan daripada di Luzon dan bagian tengah negara itu.



Dengan perkiraan hujan lebih banyak pada hari Kamis, badan-badan bencana di Bangsamoro sedang mempersiapkan kemungkinan kehancuran lebih lanjut di wilayah miskin dan pegunungan.

“Tanah masih basah di daerah di mana banjir bandang dan tanah longsor terjadi sehingga erosi lebih lanjut dapat segera dipicu,” kata Naguib Sinarimbo, kepala pertahanan sipil regional.

“Saluran air dan sungai yang berada di jalur banjir bandang terhalang oleh puing-puing dan bongkahan batu sehingga mudah meluap,” lanjutnya.

Presiden Ferdinand Marcos menyalahkan penggundulan hutan dan perubahan iklim atas tanah longsor yang menghancurkan di Bangsamoro. Dia telah mendesak pemerintah setempat untuk menanam pohon di pegunungan gundul.



“Itu satu hal yang perlu kita lakukan,” kata Marcos dalam briefing minggu ini. “Kami telah mendengar ini berulang kali, tetapi kami masih terus menebang pohon. Itu yang terjadi, longsor seperti itu terjadi,” lanjutnya.

Marcos telah mengumumkan keadaan bencana selama enam bulan di daerah yang paling parah terkena dampak, membebaskan dana untuk upaya bantuan. Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa badai yang mematikan dan merusak menjadi lebih kuat ketika dunia menjadi lebih hangat karena perubahan iklim.

(esn)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2336 seconds (0.1#10.140)