Pembantaian Tempat Penitipan Anak di Thailand: Kisah Anak 3 Tahun yang Selamat

Selasa, 11 Oktober 2022 - 14:54 WIB
loading...
Pembantaian Tempat Penitipan...
Emmy, bocah berusia 3 tahun, selamat dari pembantaian tempat penitipan anak di Thailand. Foto/BBC
A A A
BANGKOK - Emmy yang berusia tiga tahun sedang tidur siang di samping sahabatnya di sebuah pusat penitipan anak di Thailand utara ketika pelaku penyerangan masuk, bersenjatakan pistol dan pisau.

Kelas 11 anak-anak, semuanya berusia sekitar tiga tahun, sebelumnya sibuk menggambar dan menulis. Sekitar pukul 10.00 waktu setempat, para guru mengirimkan update foto kepada semua orang tua dari anak-anak yang tersenyum ceria.

Dua jam kemudian, pada waktu tidur siang, mantan polisi Panya Kamrab menyerbu gedung. Saksi mata mengatakan dia pertama kali menembak staf, termasuk seorang guru yang sedang hamil delapan bulan, sebelum memaksa masuk ke masing-masing dari tiga ruang kelas taman kanak-kanak.

Dia membunuh semua teman Emmy saat mereka tidur.

Tidak jelas bagaimana dia bertahan. Dia ditemukan terjaga, meringkuk di samping mayat teman-teman sekelasnya.



"Dia tidak tahu apa yang terjadi ketika dia bangun," kakeknya yang berusia 59 tahun, Somsak Srithong.

"Dia mengira teman-temannya masih tidur. Seorang petugas polisi menutupi wajahnya dengan kain dan membawanya pergi dari semua lokasi yang penuh darah," imbuhnya seperti dilansir dari BBC, Selasa (11/10/2022).

Tim penyelamat membawa Emmy ke lantai dua untuk melindunginya dari kengerian. Mereka kemudian menyisir dua kelas lainnya, dengan putus asa berharap menemukan korban lain yang masih hidup.

Dia adalah satu-satunya anak yang hidup melalui pembantaian di Nong Bua Lamphu pada hari Kamis lalu. Total 37 orang tewas - termasuk istri dan anak tiri pelaku penyerangan - dan 24 di antaranya adalah anak-anak.

"Saya merasa sangat bersyukur dia selamat. Saya memeluknya erat-erat saat pertama kali melihatnya," ucap Somsak.



Ibu Emmy, Panompai Srithong (35), bekerja di Bangkok selama seminggu. Dia telah diberitahu bahwa semua anak di pusat itu telah meninggal, dan perlu diyakinkan bahwa putrinya masih hidup.

"Saya akhirnya mendapat panggilan video dengan Emmy dan dipenuhi dengan kelegaan yang terberkati," akunya.

Kota kecil ini dipenuhi dengan keluarga yang berduka, dan selama beberapa hari pertama, kakek-nenek Emmy berjuang untuk mengetahui apa yang harus dikatakan kepadanya. Dia terus menanyakan sahabatnya, Pattarawut yang berusia tiga tahun, yang juga dikenal sebagai Taching.

Mereka selalu tidur siang dengan kaki bersentuhan. Dia juga menyukai pusat penitipan anak dan ingin menjadi seperti gurunya.

"Neneknya akhirnya memberi tahu dia bahwa teman-teman sekolahnya semua telah meninggal, bersama dengan gurunya, dan pusat penitipan anak ditutup," kata sang ibu.



"Dia hanya ingin pergi ke sekolah setiap hari. Kami harus terus memberitahunya bahwa sekolah ditutup. Dia terlalu muda untuk memahami konsep kematian," ujarnya.

Upacara pemakaman Buddhis dan doa bagi para korban berlangsung di beberapa kuil di kota itu untuk menandai dimulainya tiga hari berkabung beberapa lalu.

Motif serangan itu belum diketahui, tetapi polisi mengatakan Kamrab dipecat dari pekerjaannya pada Juni lalu karena penggunaan narkoba.

Kota pedesaan kecil di timur laut Thailand ini berusaha mendukung keluarga yang menderita dalam kesedihan mereka. Tetapi banyak juga yang bertanya tentang ketersediaan senjata mematikan yang tersebar luas dan masalah narkoba yang meluas di negara itu.

"Orang tua bertanya: 'Di mana tempat yang aman untuk anak-anak mereka?' Saya sangat sedih dan saya mohon otoritas mana pun akan memperkuat keselamatan kami," pinta paman Emmy, Veerachai Srithong.

(ian)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Penembakan Massal Guncang...
Penembakan Massal Guncang Universitas Florida AS, Pelakunya Anak Polisi
Remaja 17 Tahun AS Ini...
Remaja 17 Tahun AS Ini Habisi Orang Tuanya untuk Dapat Modal untuk Mendanai Pembunuhan Trump
Dua Turis China Berhubungan...
Dua Turis China Berhubungan Intim di Trotoar Thailand pada Siang Bolong, Orang-orang Terkejut
Pria AS yang Namakan...
Pria AS yang Namakan Dirinya Tuan Setan Didakwa Hendak Bunuh Presiden Donald Trump
Siapa Noppajit “Meen”...
Siapa Noppajit Meen Somboonsate? Penyapu Jalanan di Bangkok yang Jadi Kaya Raya setelah Viral di TikTok
Penembakan Guncang AS,...
Penembakan Guncang AS, 3 Tewas, 3 Luka, Pelaku Kabur
Iran Cemas Gara-gara...
Iran Cemas Gara-gara Medianya Serukan Pembunuhan Donald Trump
Menhan AS Diduga Bagikan...
Menhan AS Diduga Bagikan Rincian Serangan Militer di Grup Chat Berisi Istri dan Saudaranya
Riwayat Penyakit Paus...
Riwayat Penyakit Paus Fransiskus hingga Wafat
Rekomendasi
Aliran Dana Korupsi...
Aliran Dana Korupsi hingga Judi 2024 Capai Rp1.459 Triliun, Sahroni: Balikin Duitnya Semaksimal Mungkin!
Tenny Tap Ungkap Fakta...
Tenny Tap Ungkap Fakta Kelam Seorang Bangsawan Elizabeth Bathory
Menteri ATR Nusron Wahid...
Menteri ATR Nusron Wahid Kantongi Dalang Pagar Laut di Bekasi dan Sumenep
Berita Terkini
3 Tujuan Rusia Menempatkan...
3 Tujuan Rusia Menempatkan Pesawat Tempur di Biak Papua
6 menit yang lalu
Siapa Saja Calon Paus...
Siapa Saja Calon Paus Berikutnya dan Bagaimana Proses Seleksinya?
53 menit yang lalu
Profil dan Biodata Paus...
Profil dan Biodata Paus Fransiskus, Pembawa Perubahan dan Keterbukaan Gereja Katolik
1 jam yang lalu
Rakyat Swiss Minta Pembelian...
Rakyat Swiss Minta Pembelian 36 Jet Tempur Siluman F-35 AS Dibatalkan, Ini Alasannya
1 jam yang lalu
BREAKING NEWS! Paus...
BREAKING NEWS! Paus Fransiskus Meninggal Dunia
1 jam yang lalu
Kasus Pencucian Uang...
Kasus Pencucian Uang Rp285,9 T, Hukuman Bui Seumur Hidup Miliarder Truong My Lan Dipangkas Jadi 30 Tahun
2 jam yang lalu
Infografis
Ini 3 Negara Musuh AS...
Ini 3 Negara Musuh AS yang Tidak Terkena Tarif Impor Trump
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved