Tentara Rusia Dituduh Cabuti Gigi Emas Warga Ukraina, Ini Kata Media Jerman

Sabtu, 08 Oktober 2022 - 00:01 WIB
loading...
Tentara Rusia Dituduh Cabuti Gigi Emas Warga Ukraina, Ini Kata Media Jerman
Tumpukan gigi emas ditemukan di Ukraina. Foto/Twitter/DefenceU
A A A
KIEV - Tentara Rusia dituduh mencabuti gigi emas milik warga Ukraina. Kabar tersebut lantas disangkal surat kabar Jerman, Bild.

Menurut laporan Bild pada Rabu (5/10/2022), tumpukan gigi emas yang diduga Ukraina telah ditarik dari warga sipil oleh pasukan Rusia selama penyiksaan, sebenarnya milik seorang dokter gigi setempat.

Pada Selasa, Kementerian Pertahanan (Kemhan) Ukraina memposting gambar di Twitter tentang apa yang disebutnya "ruang penyiksaan" di Peski Radkovskiye, kota di Wilayah Kharkov.



Foto itu menggambarkan topeng gas, yang menurut kementerian digunakan untuk menyiksa penduduk setempat, dan sekotak mahkota gigi emas tergeletak di rumput.

"Berapa banyak lagi yang akan ditemukan di Ukraina yang diduduki?" tanya Kemhan Ukraina, mengisyaratkan pasukan Rusia-lah yang melakukan kekejaman itu.

Namun, menurut Bild, gigi itu rupanya milik pasien dokter gigi setempat, bukan milik korban penyiksaan warga Ukraina.

"Gigi-gigi ini terlihat seperti yang dicuri dari koleksi saya," papar Sergey (60) kepada outlet tersebut ketika dia ditunjukkan foto yang didistribusikan oleh pihak berwenang Ukraina.

Dia menjelaskan, “Saya satu-satunya dokter gigi di sini. Jadi jika mereka ditemukan di sini, mereka pasti berasal dari saya.”

Ketika ditanya apakah gigi tersebut berasal dari orang yang sudah meninggal, dokter gigi dengan tegas menolak anggapan tersebut.

“Ya Tuhan, tidak! Mereka milik orang-orang yang telah saya rawat selama ini. Saya cabut gigi ini karena jelek,” ujar dia.

Dokter gigi itu juga curiga tentara Rusia yang mencurinya, entah karena mengira terbuat dari emas, atau untuk mengintimidasi warga setempat.

Meskipun gigi tersebut bukan hasil penyiksaan, penduduk setempat mengklaim pasukan Rusia telah terlibat dalam sejumlah dugaan kekejaman.

Mereka mengatakan tentara telah memukuli beberapa penduduk setempat dan menggunakan mereka sebagai tenaga kerja paksa untuk menggali parit.

Moskow berulang kali membantah tuduhan bahwa mereka telah melakukan kejahatan perang di Ukraina.

Rusia mengirim pasukan ke negara itu pada 24 Februari, mengutip kegagalan Kiev mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberikan wilayah Donetsk dan Lugansk status khusus di dalam negara Ukraina.

Protokol, yang ditengahi oleh Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada 2014.

Mantan presiden Ukraina Pyotr Poroshenko sejak itu mengakui tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan “menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.”

Pada Februari 2022, Kremlin mengakui republik Donbass sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.

(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2088 seconds (0.1#10.140)