Media China: Eropa Akan Gemetar di Bawah Bayang-bayang Perang Nuklir dengan Rusia
loading...
A
A
A
BEIJING - Media pemerintah China, Global Times, memperingatkan Amerika Serikat (AS) tentang konsekuensi parah jika mengizinkan Ukraina bergabung dengan NATO. Salah satunya, ancaman pecahnya perang nuklir dengan Rusia .
Dalam editorialnya, media tersebut menyebutkan bahwa bergabungnya Ukraina dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) akan menarik aliansi 30 negara itu ke dalam konflik dengan Moskow.
"Semua negara Eropa akan gemetar di bawah bayang-bayang kemungkinan perang nuklir jika itu terjadi," bunyi editorial Global Times, menyerukan aliansi Barat untuk menarik diri dari keterlibatan lama di Eropa Timur.
"Dalam hal ini, tidak akan ada keamanan bagi siapa pun, tidak untuk Ukraina, dan tidak untuk dunia," lanjut media China tersebut.
"Alih-alih mengejar resolusi untuk mengakhiri konflik, Washington telah, berulang kali, menunjukkan bahwa AS sedang menyerang ke arah lain—mengipasi api perang."
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan sudah menyatakan dalam konferensi pers Gedung Putih pekan lalu bahwa NATO harus menunda pembicaraan untuk mengizinkan Ukraina bergabung dengan aliansi.
Editorial itu muncul di tengah serangkaian komentar oleh sekutu tradisional Rusia seperti India dan Republik Chechnya yang mengungkapkan keraguan atas perang atau prospek penggunaan senjata nuklir dalam konflik tersebut.
Dalam beberapa pekan terakhir, Presiden Rusia Vladimir Putin secara terbuka mengakui bahwa China sendiri telah menyatakan keprihatinannya dengan arah perang karena kedua negara telah berusaha untuk menyelaraskan diri sebagai benteng bagi Barat.
David Shullman, direktur senior Atlantic Council's Global China Hub, mengatakan kepada Newsweek, Selasa (4/10/2022), bahwa editorial Global Times tidak boleh dibaca sebagai kesediaan dari Beijing untuk mengakhiri perang, tetapi lebih merupakan seruan kepada Barat untuk menyerahkan posisi Rusia bahwa AS dan NATO harus disalahkan atas konflik tersebut.
Dalam editorialnya, media tersebut menyebutkan bahwa bergabungnya Ukraina dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) akan menarik aliansi 30 negara itu ke dalam konflik dengan Moskow.
"Semua negara Eropa akan gemetar di bawah bayang-bayang kemungkinan perang nuklir jika itu terjadi," bunyi editorial Global Times, menyerukan aliansi Barat untuk menarik diri dari keterlibatan lama di Eropa Timur.
"Dalam hal ini, tidak akan ada keamanan bagi siapa pun, tidak untuk Ukraina, dan tidak untuk dunia," lanjut media China tersebut.
"Alih-alih mengejar resolusi untuk mengakhiri konflik, Washington telah, berulang kali, menunjukkan bahwa AS sedang menyerang ke arah lain—mengipasi api perang."
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan sudah menyatakan dalam konferensi pers Gedung Putih pekan lalu bahwa NATO harus menunda pembicaraan untuk mengizinkan Ukraina bergabung dengan aliansi.
Editorial itu muncul di tengah serangkaian komentar oleh sekutu tradisional Rusia seperti India dan Republik Chechnya yang mengungkapkan keraguan atas perang atau prospek penggunaan senjata nuklir dalam konflik tersebut.
Dalam beberapa pekan terakhir, Presiden Rusia Vladimir Putin secara terbuka mengakui bahwa China sendiri telah menyatakan keprihatinannya dengan arah perang karena kedua negara telah berusaha untuk menyelaraskan diri sebagai benteng bagi Barat.
David Shullman, direktur senior Atlantic Council's Global China Hub, mengatakan kepada Newsweek, Selasa (4/10/2022), bahwa editorial Global Times tidak boleh dibaca sebagai kesediaan dari Beijing untuk mengakhiri perang, tetapi lebih merupakan seruan kepada Barat untuk menyerahkan posisi Rusia bahwa AS dan NATO harus disalahkan atas konflik tersebut.