Protes Kematian Mahsa Amini, Para Wanita Iran Lepas dan Bakar Jilbab
loading...
A
A
A
TEHERAN - Para wanita di beberapa kota di Iran melepas dan membakar jilbab mereka. Aksi itu sebagai protes atas kematian Mahsa Amini , wanita muda yang meninggal setelah ditangkap polisi moral atas tuduhan berjilbab secara tak pantas.
Demo telah berlangsung di belasan kota selama beberapa hari setelah kematian Amini pada Jumat pekan lalu. Sebelum meninggal, wanita etnis Kurdi Iran itu terbaring koma.
Pengguna akun @1500tasvir, yang memiliki lebih dari 80.000 pengikut, membagikan video tentang para wanita melepas jilbab mereka dalam protes di banyak kota di Iran.
Itu merupakan adegan yang belum pernah terjadi sebelumnya di negara di mana jilbab telah diwajibkan bagi wanita sejak tak lama setelah revolusi 1979.
Dalam salah satu video yang diambil dari utara kota Sari, seorang wanita terlihat menari dengan jilbab di tangannya. Dia kemudian melemparkan jilbabnya ke dalam api dan disambut sorak-sorai oleh para pengunjuk rasa lainnya.
Para aktivis dan pengunjuk rasa mengatakan Mahsa Amini dipukuli oleh petugas polisi moral saat ditahan, menyebabkan luka serius yang menyebabkan kematiannya.
Namun, polisi membantah tuduhan tersebut.
Mengutip Al Arabiya, Kamis (22/9/2022), protes juga pecah di dua kota konservatif—Masyhad dan Qom. Mashhad adalah tempat kelahiran Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei dan merupakan rumah bagi kuil Imam Syiah ke-8.
Sedangkan Qom dianggap sebagai "ibu kota agama" Iran karena banyak ulama senior Syiah yang berbasis di sana dan kota ini juga merupakan rumah bagi tempat suci tokoh penting Syiah lainnya.
Dalam satu video yang diambil dari Masyhad, pengunjuk rasa menguasai dua mobil polisi. “Kami tidak menginginkan Republik Islam,” teriak seorang wanita yang berdiri di atas salah satu mobil.
Video lain yang diambil dari kota Shiraz menunjukkan pasukan keamanan mengumbar tembakan ke arah demonstran. Ada juga adegan pasukan keamanan menembakkan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa.
Kantor berita Iran, IRNA, melaporkan protes terjadi pada hari Selasa tetapi mengecilkan jumlah demonstran dan signifikansinya. Media itu juga menuduh pengunjuk rasa merusak properti publik.
Pihak gubernur provinsi Kurdistan pada hari Selasa mengonfirmasi kematian tiga orang selama protes.
Juga pada hari Selasa, pihak gubernur Teheran mengatakan pasukan keamanan menangkap beberapa warga negara asing selama protes di ibu kota, menuduh dinas intelijen asing terlibat dalam kerusuhan yang sedang berlangsung di negara itu.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Naser Kanani mengecam apa yang dia gambarkan sebagai "sikap intervensionis" oleh Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa mengenai kematian Amini.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sebelumnya pada hari Selasa meminta Teheran untuk “mengakhiri penganiayaan sistemik terhadap perempuan dan mengizinkan protes damai.”
Uni Eropa telah mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Senin bahwa apa yang terjadi pada Amini “tidak dapat diterima” dan bahwa “para pelaku pembunuhan ini harus bertanggung jawab.”
Demo telah berlangsung di belasan kota selama beberapa hari setelah kematian Amini pada Jumat pekan lalu. Sebelum meninggal, wanita etnis Kurdi Iran itu terbaring koma.
Pengguna akun @1500tasvir, yang memiliki lebih dari 80.000 pengikut, membagikan video tentang para wanita melepas jilbab mereka dalam protes di banyak kota di Iran.
Itu merupakan adegan yang belum pernah terjadi sebelumnya di negara di mana jilbab telah diwajibkan bagi wanita sejak tak lama setelah revolusi 1979.
Dalam salah satu video yang diambil dari utara kota Sari, seorang wanita terlihat menari dengan jilbab di tangannya. Dia kemudian melemparkan jilbabnya ke dalam api dan disambut sorak-sorai oleh para pengunjuk rasa lainnya.
Para aktivis dan pengunjuk rasa mengatakan Mahsa Amini dipukuli oleh petugas polisi moral saat ditahan, menyebabkan luka serius yang menyebabkan kematiannya.
Namun, polisi membantah tuduhan tersebut.
Mengutip Al Arabiya, Kamis (22/9/2022), protes juga pecah di dua kota konservatif—Masyhad dan Qom. Mashhad adalah tempat kelahiran Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei dan merupakan rumah bagi kuil Imam Syiah ke-8.
Sedangkan Qom dianggap sebagai "ibu kota agama" Iran karena banyak ulama senior Syiah yang berbasis di sana dan kota ini juga merupakan rumah bagi tempat suci tokoh penting Syiah lainnya.
Dalam satu video yang diambil dari Masyhad, pengunjuk rasa menguasai dua mobil polisi. “Kami tidak menginginkan Republik Islam,” teriak seorang wanita yang berdiri di atas salah satu mobil.
Video lain yang diambil dari kota Shiraz menunjukkan pasukan keamanan mengumbar tembakan ke arah demonstran. Ada juga adegan pasukan keamanan menembakkan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa.
Kantor berita Iran, IRNA, melaporkan protes terjadi pada hari Selasa tetapi mengecilkan jumlah demonstran dan signifikansinya. Media itu juga menuduh pengunjuk rasa merusak properti publik.
Pihak gubernur provinsi Kurdistan pada hari Selasa mengonfirmasi kematian tiga orang selama protes.
Juga pada hari Selasa, pihak gubernur Teheran mengatakan pasukan keamanan menangkap beberapa warga negara asing selama protes di ibu kota, menuduh dinas intelijen asing terlibat dalam kerusuhan yang sedang berlangsung di negara itu.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Naser Kanani mengecam apa yang dia gambarkan sebagai "sikap intervensionis" oleh Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa mengenai kematian Amini.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sebelumnya pada hari Selasa meminta Teheran untuk “mengakhiri penganiayaan sistemik terhadap perempuan dan mengizinkan protes damai.”
Uni Eropa telah mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Senin bahwa apa yang terjadi pada Amini “tidak dapat diterima” dan bahwa “para pelaku pembunuhan ini harus bertanggung jawab.”
(min)