Sekolah Palestina Mogok Tolak Israelisasi Lewat Kurikulum

Rabu, 21 September 2022 - 05:19 WIB
loading...
Sekolah Palestina Mogok Tolak Israelisasi Lewat Kurikulum
Sekolah-sekolah Palestina di Yerusalem mogok, menolak Israelisasi lewat kurikulum. Foto/Ilustrasi
A A A
YERUSALEM - Sekitar 98.400 siswa Palestina di Yerusalem melakukan mogok sekolah pada hari Senin. Mereka memprotes pemberlakuan kurikulum Israel secara paksa terhadap semua sekolah dasar, menengah pertama dan menengah atas Palestina di kota itu oleh kementerian pendidikan Israel.

Pemogokan itu diserukan oleh komite persatuan orang tua dan didukung oleh semua faksi Palestina serta organisasi masyarakat sipil.

Langkah itu diumumkan selama akhir pekan, setelah keluarga dan siswa berdemonstrasi di depan beberapa sekolah pada hari Sabtu, menentang upaya Israel untuk memaksakan buku pelajaran Israel pada administrasi sekolah.

“Selama bertahun-tahun, kami sebagai keluarga telah menyediakan buku pelajaran kurikulum Palestina untuk sekolah-sekolah kami di Yerusalem,” ujar Falasteen Zughayer, ibu dari siswa kelas 5 dan anggota komite orang tua Kufr Aqab, seperti dikutip dari Al Araby, Rabu (21/9/2022).

Kufr Aqab adalah lingkungan ramai di utara Yerusalem yang secara historis dan administratif merupakan bagian dari kota, tetapi telah dipisahkan oleh tembok ilegal Israel.

"Sekitar sebulan yang lalu, satu minggu sebelum awal tahun ajaran, kementerian pendidikan Israel mengirim buku teks Israel ke sekolah kami dan memberi tahu direktur bahwa jika mereka tidak mengajar, mereka akan dipecat dari pekerjaan mereka," ungkap Zughayer.



"Persatuan komite orang tua melakukan berbagai diskusi dengan direktur sekolah, tetapi mereka memberi tahu kami bahwa tangan mereka diikat," ujarnya.

"Saat itulah kami memutuskan untuk mengambil tindakan sendiri dan memulai aksi protes," tegasnya.

Sekolah-sekolah Palestina di Yerusalem baik negeri, dijalankan langsung oleh kementerian pendidikan Israel, sekolah-sekolah PBB yang dijalankan oleh badan pengungsi UNRWA, atau swasta, termasuk sekolah Islam dan Kristen, dijalankan oleh departemen wakaf Islam atau oleh gereja.

"Semua sekolah kami di semua wilayah Yerusalem telah menanggapi seruan untuk mogok, yang menunjukkan bahwa penolakan kami terhadap kurikulum Israel dengan suara bulat," tegas Falasteen Zughayer.

"Kami semua melihat ini sebagai upaya untuk mengIsraelisasi anak-anak kami," tambahnya.

"Ini adalah bagian dari upaya pendudukan untuk menghapus identitas Palestina Yerusalem dengan mendistorsi pendidikan anak-anak kita," ucapnya.



Foto-foto yang beredar di media sosial Palestina tentang buku teks Israel menggambarkan bagaimana materi tersebut dianggap bermasalah bagi warga Palestina.

Salah satu kutipan dari buku teks mengklaim bahwa Yerusalem adalah Ibu Kota Israel dan telah berkembang sejak berdirinya negara Zionis itu yang telah membangun 'lingkungan' baru di dalamnya.

Halaman lain dalam buku teks Israel menggambarkan dialog antara tiga anak, yang menyatakan bahwa negara (Israel) telah 'mengembangkan kota-kota Arab' dan membawa asuransi listrik dan kesehatan kepada rakyatnya sebelum ketiga anak tersebut memutuskan untuk menyanyikan lagu kebangsaan Israel.

Di bagian lain, anak-anak diajari tentang kesucian hari Sabat dalam keyakinan Yahudi, sementara halaman penuh lainnya menunjukkan bendera negara-negara di sekitar 'tanah air', yaitu Suriah, Yordania, Mesir dan Lebanon, dengan bendera Israel di tengahnya.

"Ini menghapus identitas dan sejarah Palestina kami," tegas Falasteen Zughayer.

"Kami akan terus memprotes sampai kementerian Israel mengizinkan kami untuk mengajarkan sejarah dan budaya kami sendiri kepada anak-anak kami," katanya.


Pada akhir Juli, kementerian pendidikan Israel mencabut izin enam sekolah Palestina di Yerusalem atas tuduhan "hasutan" terhadap Israel dalam buku pelajaran Palestina.

Yerusalem Timur, tempat semua sekolah Palestina berada, diduduki oleh Israel pada tahun 1967 dan dianeksasi pada tahun 1981 dalam sebuah langkah yang sejak saat itu dianggap oleh sebagian besar negara ilegal menurut hukum internasional.

(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1324 seconds (0.1#10.140)