Sejarah Perang 6 Hari yang Dimenangkan Israel

Senin, 12 September 2022 - 16:15 WIB
loading...
Sejarah Perang 6 Hari yang Dimenangkan Israel
Tentara Israel menggiring seorang tentara Yordania yang ditangkap melalui jalanan di Betlehem. Foto/Arsip Bettmann/Bettmann
A A A
TEL AVIV - Perang antara negara-negara Arab melawan Israel terjadi pada 5 hingga 10 Juni 1967. Ensiklopedia Britannica menyebut, perang ini merupakan kali ketiga Israel melawan Arab (Mesir, Yordania, Suriah, Lebanon, dan Irak) di medan pertempuran.

Perang Enam Hari ini dimenangkan Israel, yang berarti negara tersebut berhasil menaklukkan Tepi Barat, Yerussalem, Dataran Tinggi Golan, Jalur Gaza, dan Semenanjung Sinai.

Israel melakukan penyerangan ke Mesir dan Suriah sebagai respons atas ditutupnya Selat Tiran oleh Mesir, di bawah kendali Presiden Gamal Abdul Nasser.



Penutupan itu dilakukan setelah Nasser menerima laporan Israel telah mengumpulkan kekuatan di perbatasan Suriah.

Sebelum perang ini meletus, Israel sudah terlebih dahulu melancarkan serangan kepada kelompok-kelompok pemuda Palestina yang berada di Suriah, Yordania, dan Lebanon.

Israel tercatat melancarkan serangannya pada November 1966, dengan menyasar satu desa bernama Al Samu di Tepi Barat Yordania.

Masih menurut Britannica, peristiwa ini menyebabkan 18 korban tewas dan 54 lainnya luka. Selanjutnya, Israel juga terlibat pertempuran dengan Suriah pada April 1967.

Pertempuran udara tersebut menyebabkan 6 jet tempur angkatan udara Suriah jatuh lantaran ditembak tentara Israel.

Meskipun kalah jumlah, namun Israel tetap sanggup memenangi pertarungan. Hal itu terjadi karena senjata dan peralatan tempur yang dimiliki Israel jauh lebih canggih dibandingkan negara lawan.

Tentara Israel pun menerapkan kedisiplinan yang sangat baik, yang juga menjadi faktor kemenangan negara tersebut.

Israel terbilang keji dalam melakukan Perang Enam Hari. Tentara Israel membakar 20 tentara Mesir secara hidup-hidup.

Setelah membakar para tentara itu, tentara Israel menggali tanah dengan buldoser yang dijadikan sebagai kuburan massal tentara Mesir itu.

Israel dan negara-negara Arab memang seperti tetangga yang tak akur. Hal itu diperparah dengan Perang Dingin yang terjadi di era 1950-an dan 1960-an.

Kala itu, Mesir mendapat sokongan dari militer Uni Soviet dan mendapatkan banyak bantuan dari angkatan udara Soviet.

Israel mendapat dukungan dari Amerika Serikat (AS), meskipun Israel memang bukan menjadi negara penerima bantuan militer AS. Negara itu tercatat membeli tank dari Inggris dan pesawat asal Prancis di era 1960-an.

Ketika perang berakhir, PBB meminta negara-negara yang berseteru menarik pasukan militernya dari daerah yang berhasil dikuasai Israel.

Sayangnya, usulan PBB tersebut ditolak. Di sisi lain, Israel menyanggupi mengembalikan daerah yang berhasil dikuasainya, seperti Dataran Tinggi Golan, Jalur Gaza, dan Tepi Barat, apabila Israel sudah mengantongi pengakuan sebagai negara dari negara-negara Arab. Namun, syarat itu mendapat penolakan keras.

Dalam pertemuan di bulan Agustus 1967, negara-negara Arab sepakat tidak berdamai dengan Israel. Mereka juga memutuskan enggan melakukan negosiasi dan mengakui adanya Israel.

Namun belakangan, Mesir bisa mendapatkan kembali wilayahnya, Semenanjung Sinai, dari Israel melalui negosiasi.

Secara keseluruhan, Perang Enam Hari ini memang menimbulkan banyak kerugian. Di Mesir, korban perang mencapai 11 ribu orang. Sementara itu, seribu orang korban tercatat di Suriah, 6 ribu di Yordania, dan 600 orang dari pihak Israel.

Perang ini juga menjadi penanda konflik baru antara Israel dan Palestina.

(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1612 seconds (0.1#10.140)