Wanita Ini Klaim Dinikahi Paksa Eks Pejabat Taliban dan Diperkosa Berbulan-bulan

Sabtu, 03 September 2022 - 02:15 WIB
loading...
Wanita Ini Klaim Dinikahi...
Elaha, wanita Afghanistan yang klaim dinikahi paksa mantan pejabat Taliban yang kemudian diperkosa dan dipukuli berbulan-bulan. Foto/via CBS News
A A A
KABUL - Seorang wanita di Afghanistan membuat kesaksian emosional dalam video, di mana dia mengeklaim dinikahi paksa mantan pejabat Taliban yang kemudian diperkosa dan dipukuli selama berbulan-bulan.

Dia mengidentifikasii dirinya dengan nama pendek Elaha. Video pengakuannya telah menjadi viral, yang menurut advokat hak-hak perempuan sebagai kenyataan mengejutkan bagi puluhan wanita di Afghanistan.

Elaha, dalam video tersebut, mengatakan dia dipaksa menikah dengan mantan juru bicara Kementerian Dalam Negeri Taliban, Qari Saeed Khosty, pada Januari. Sejak dinikahi paksa itu, lanjut Elaha, dia diperkosa dan dipukuli selama beberapa bulan.

Elaha bahkan mengaku dipaksa untuk mencium kaki Khosty yang sekarang berstatus sebagai mantan suaminya. Itu dia lakukan untuk memohon pengampunan setelah dia ketahuan mencoba melarikan diri dari Afghanistan.



CBS News telah berbicara dengan seorang teman Elaha, yang membenarkan ceritanya dan mengatakan bahwa wanita itu masih putus asa untuk melarikan diri dari Afghanistan.

Video pengakuan Elaha diposting di Twitter pada 30 Agustus 2022 oleh seorang jurnalis Afghanistan, Abu Muslim Shirzad. Elaha merupakan mahasiswi kedokteran dan putri dari seorang jenderal dinas intelijen pemerintah Afghanistan sebelumnya yang didukung Amerika Serikat (AS).

"Saeed Khosty memfilmkan saya dan mengancam akan merilisnya di depan umum. Dia memaksa saya melakukan hal-hal buruk. Dia memerkosa saya setiap malam. Dia memukuli saya setiap malam," kata Elaha sambil menangis dalam video tersebut.

Dia mengaku mencoba melarikan diri ke negara tetangga; Pakistan, tetapi dihentikan dan ditangkap di perbatasan Torkham oleh pejabat Taliban.

Dia kemudian dipenjara dan dipaksa untuk mencium kaki Khosty di penjara untuk menunjukkan penyesalannya atas upaya melarikan diri dan untuk memohon pengampunan.

Khosty, yang dicopot dari perannya sebagai juru bicara Kementerian Dalam Negeri pada bulan Maret, mengonfirmasi pernikahannya dengan Elaha dalam sebuah tweet, tetapi mengeklaim telah menceraikannya setelah dia menghina Al-Qur'an.

"Saya menikahi seorang gadis bernama Elaha atas permintaannya," kata mantan pejabat Taliban itu. "Saya melihat dia memiliki masalah iman dalam Islam, dan saya mencoba untuk memperbaikinya melalui nasihat dan diskusi. Tapi itu tidak berhasil, dan dia jelas menghina Al-Qur'an."

"Saya tidak memukulnya," sangkalnya. "Saya menggunakan hak hukum saya dan menceraikannya. Saya sangat menyesali pernikahan saya yang dianggap tidak baik dan meminta maaf kepada Mujahidin Emirat Islam [Taliban] dan orang-orang Afghanistan."

Khosty mengonfirmasi kepada CBS News, yang dilansir Jumat (2/9/2022)bahwa dia menikahi Elaha sebagai istri keduanya pada Januari. Dia mengatakan dirinya saat ini tidak memegang posisi pemerintah dalam rezim Taliban.

Dalam tweet lain, dia mengatakan;"Jika Elaha percaya pada pengadilanEmirat Islam, dia dapat mengajukan keluhan terhadap saya. Jika saya bersalah, pengadilan harus menghukum saya. Jika dia tidak percaya pada pengadilan Emirat Islam, saya siap untuk pergi bersamanya ke pengadilan mana pun yang dia inginkan. Tolong jangan gunakan masalah keluarga secara politis."

Video lain yang tersebar luas di kalangan warga Afghanistan secara online, dengan tanggal rekaman yang tidak diketahui, menunjukkan Elaha memegang sekop dan menghadapi Khosty, menuntut agar dia meninggalkan rumahnya saat Khosty mengancamnya dan memperingatkan: "Saya juga mempersenjatai orang-orang dengan saya."

Setelah kelompok Taliban merebut kembali kendali atas Afghanistan pada Agustus 2021, banyak pejabat kelompok itu dengan cepat menikahi para wanita sebagai istri kedua dan ketiga. Masalah ini membawa perhatian negatif yang cukup pada rezim baru untuk mendorong pemimpin tertinggi Taliban mengeluarkan dekrit yang menginstruksikan anggotanya untuk menghindari lebih dari satu pernikahan.

Juru kampanye Amnesty International dan aktivis hak-hak perempuan Samira Hamidi mengatakan dalam sebuah tweet: "Kesaksian Elaha, seorang mahasiswi kedokteran, tentang pernikahan paksa, pemerkosaan, dan penyiksaan oleh Taliban bersenjata yang kuat adalah kenyataan yang mengejutkan dari apa yang dihadapi puluhan perempuan dan anak perempuan."

Dia meminta PBB untuk segera bertindak untuk menyelamatkan Elaha.

Teman Elaha mengatakan kepada CBS News bahwa wanita itu, yang memarnya terlihat video, tetap berada di Kabul.

Sebuah tweet dari sebuah akun dengan sejarah singkat di platform media sosial muncul pada hari Rabu yang mengeklaim berasal dari Mahkamah Agung yang dikelola Taliban Afghanistan, mengatakan bahwa Elaha telah ditangkap.

Namun, baik teman Elaha maupun Mahkamah Agung yang sebenarnya mengatakan bahwa akun dan tweet tersebut adalah palsu.

"Setelah video ini, tidak ada yang akan melihat saya lagi. Saya mungkin akan mati," kata Elaha sambil menangis dalam video tersebut. "Tapi lebih baik mati sekali daripada mati berulang-ulang."
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1478 seconds (0.1#10.140)