182 Hari Dijajah Rusia, Ukraina Optimistis Raih Kemenangan
loading...
A
A
A
“Tentu saja, keberhasilan yang diraih bangsa Ukraina menjelang peringatan hari kemerdekaan tidak bisa menghapus kesedihan akibat kehilangan nyawa yang ditanggung rakyat Ukraina akibat tindakan keji Rusia,” tegas dia.
Kejaksaan Agung Ukraina mencatat sejak awal perang skala penuh Rusia melawan Ukraina, 373 anak-anak Ukraina tewas, 723 anak-anak terluka. Sebagian besar korban di antara anak-anak berasal dari wilayah Donetsk.
Jumlah korban jiwa ini terus bertambah akibat serangan Rusia yang makin membabi buta. Pada 17 Agustus serangan roket Rusia di distrik Saltivskyi di Kharkiv menyebabkan 19 masyarakat sipil tewas dan sebuah bangunan tinggi lokal rusak.
Bahkan pada 22 Agustus, pasukan Rusia tanpa alasan yang jelas menembaki wilayah Sumy, Mykolaiv, Kharkiv, Dnipropetrovsk, Donetsk, Zaporizhzhia, dan Luhansk yang mengakibatkan tiga orang sipil tewas dan delapan warga terluka.
Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin menegaskan tindakan keji Rusia membuat bangsa Ukraina menyerah, justru sebaliknya hal ini memperkuat tekad untuk segera membebaskan setiap jengkal wilayah mereka dari penjajahan.
Dalam kesempatan terpisah, Mantan Wakil Menteri Luar Negeri Dino Patti Djalal menyatakan Indonesia sebagai bangsa yang melahirkan semboyan "merdeka atau mati" dan anti kolonialisasi salut melihat perjuangan bangsa Ukraina untuk mempertahankan kemerdekaan dan membela kedaulatannya.
“Bagaimana pun perdebatan strategisnya, dalam invasi ini jelas sekali bahwa Rusia di pihak yang salah dan Ukraina di pihak yang benar. Mencap orang yang membela Ukraina seakan-akan pro-Barat adalah persepsi yang salah,” tegas dia.
Membela Ukraina, lanjutnya, berarti membela keadilan dan kebenaran, membela bangsa yang sedang ditindas dan diintervensi oleh bangsa asing, terlepas mereka didukung atau tidak oleh Barat, Timur, Utara dan Selatan.
Chairman of Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) mengingatkan bulan Agustus yang bermakna khusus bagi Indonesia, jangan pernah melupakan jati diri Indonesia sebagai bangsa untuk konsisten membela kemerdekaan, kedaulatan dan kebenaran, apapun risikonya.
“Doa kita untuk bangsa Ukraina, yang sekarang mengalami apa yang dulu kita alami: Perang sabil untuk membela diri dan harga diri bangsa dari penjajahan,” ujar dia.
Kejaksaan Agung Ukraina mencatat sejak awal perang skala penuh Rusia melawan Ukraina, 373 anak-anak Ukraina tewas, 723 anak-anak terluka. Sebagian besar korban di antara anak-anak berasal dari wilayah Donetsk.
Jumlah korban jiwa ini terus bertambah akibat serangan Rusia yang makin membabi buta. Pada 17 Agustus serangan roket Rusia di distrik Saltivskyi di Kharkiv menyebabkan 19 masyarakat sipil tewas dan sebuah bangunan tinggi lokal rusak.
Bahkan pada 22 Agustus, pasukan Rusia tanpa alasan yang jelas menembaki wilayah Sumy, Mykolaiv, Kharkiv, Dnipropetrovsk, Donetsk, Zaporizhzhia, dan Luhansk yang mengakibatkan tiga orang sipil tewas dan delapan warga terluka.
Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin menegaskan tindakan keji Rusia membuat bangsa Ukraina menyerah, justru sebaliknya hal ini memperkuat tekad untuk segera membebaskan setiap jengkal wilayah mereka dari penjajahan.
Dalam kesempatan terpisah, Mantan Wakil Menteri Luar Negeri Dino Patti Djalal menyatakan Indonesia sebagai bangsa yang melahirkan semboyan "merdeka atau mati" dan anti kolonialisasi salut melihat perjuangan bangsa Ukraina untuk mempertahankan kemerdekaan dan membela kedaulatannya.
“Bagaimana pun perdebatan strategisnya, dalam invasi ini jelas sekali bahwa Rusia di pihak yang salah dan Ukraina di pihak yang benar. Mencap orang yang membela Ukraina seakan-akan pro-Barat adalah persepsi yang salah,” tegas dia.
Membela Ukraina, lanjutnya, berarti membela keadilan dan kebenaran, membela bangsa yang sedang ditindas dan diintervensi oleh bangsa asing, terlepas mereka didukung atau tidak oleh Barat, Timur, Utara dan Selatan.
Chairman of Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) mengingatkan bulan Agustus yang bermakna khusus bagi Indonesia, jangan pernah melupakan jati diri Indonesia sebagai bangsa untuk konsisten membela kemerdekaan, kedaulatan dan kebenaran, apapun risikonya.
“Doa kita untuk bangsa Ukraina, yang sekarang mengalami apa yang dulu kita alami: Perang sabil untuk membela diri dan harga diri bangsa dari penjajahan,” ujar dia.