Di Negara Miskin Ini, Para Wanita Barter Makanan dengan Layanan Seks
loading...
A
A
A
MAPUTO - Nasib memilukan dialami para wanita di Mozambique (Mozambik) , salah satu negara termiskin di dunia. Merekaterpaksa memberikan layanan seks sebagai barter dengan makanan gratis.
Perlakuan tidak manusiawi itu diungkap direktur Denis Hurley Peace Institute (DHPI), Johan Viljoen. Menurutnya, itu dialami para wanita dan anak-anak di wilayah Cabo Delgado.
Dalam komentarnya kepada Crux, Viljoe yang juga direktur entitas perdamaian Konferensi Waligereja Afrika Selatan (SACBC) mengatakan para wanita dan anak-anak di wilayah itu telah menjadi sasaran eksploitasi seks dengan imbalan makanan yang biasanya mereka terima secara gratis.
“Ini lazim. Sejak tahun 2020 kami telah menerima laporan tentang wanita dan anak-anak yang menuntut seks untuk ditukar dengan jatah makanan," katanya.
"Ada juga banyak laporan tentang anak-anak yang direkrut oleh pemberontak untuk berperang. Laporan-laporan ini secara teratur dimuat dalam laporan-laporan Human Rights Watch dan Amnesty International,” lanjut Viljoen.
Dia mengatakan Jaksa Agung Mozambique Elda Homo mengakui masalah tersebut dalam sebuah wawancara dengan wartawan, dan menyalahkan pers karena gagal melaporkan kekejaman tersebut.
“Wartawan menanggapi dengan mengatakan bahwa mereka hanya dapat melaporkan jika pemerintah mengizinkan mereka mengakses kamp-kamp pengungsi,” kata Viljoen.
Dalam sebuah langkah yang disambut oleh entitas Katolik, PBB telah mengisyaratkan tekadnya untuk menyelidiki pelanggaran terhadap anak-anak tidak hanya di wilayah Cabo Delgado di Mozambique utara, tetapi juga di Ukraina dan Ethiopia.
Sebuah laporan PBB baru menemukan bahwa 2.515 anak tewas dan 5.555 lainnya cacat dalam konflik global pada tahun 2021.
Perlakuan tidak manusiawi itu diungkap direktur Denis Hurley Peace Institute (DHPI), Johan Viljoen. Menurutnya, itu dialami para wanita dan anak-anak di wilayah Cabo Delgado.
Dalam komentarnya kepada Crux, Viljoe yang juga direktur entitas perdamaian Konferensi Waligereja Afrika Selatan (SACBC) mengatakan para wanita dan anak-anak di wilayah itu telah menjadi sasaran eksploitasi seks dengan imbalan makanan yang biasanya mereka terima secara gratis.
“Ini lazim. Sejak tahun 2020 kami telah menerima laporan tentang wanita dan anak-anak yang menuntut seks untuk ditukar dengan jatah makanan," katanya.
"Ada juga banyak laporan tentang anak-anak yang direkrut oleh pemberontak untuk berperang. Laporan-laporan ini secara teratur dimuat dalam laporan-laporan Human Rights Watch dan Amnesty International,” lanjut Viljoen.
Dia mengatakan Jaksa Agung Mozambique Elda Homo mengakui masalah tersebut dalam sebuah wawancara dengan wartawan, dan menyalahkan pers karena gagal melaporkan kekejaman tersebut.
“Wartawan menanggapi dengan mengatakan bahwa mereka hanya dapat melaporkan jika pemerintah mengizinkan mereka mengakses kamp-kamp pengungsi,” kata Viljoen.
Dalam sebuah langkah yang disambut oleh entitas Katolik, PBB telah mengisyaratkan tekadnya untuk menyelidiki pelanggaran terhadap anak-anak tidak hanya di wilayah Cabo Delgado di Mozambique utara, tetapi juga di Ukraina dan Ethiopia.
Sebuah laporan PBB baru menemukan bahwa 2.515 anak tewas dan 5.555 lainnya cacat dalam konflik global pada tahun 2021.