Rusia Tolak Tuduhan Akan Gunakan Senjata Nuklir di Ukraina
loading...
A
A
A
NEW YORK - Rusia menolak tuduhan akan menggunakan senjata nuklir dalam perangnya di Ukraina.
"Tuduhan ini tidak dapat dipertahankan dan tidak berdasar,” kata wakil kepala delegasi Moskow untuk konferensi peninjauan Perjanjian Non-Proliferasi (NPT) PBB, Andrey Belousov, di New York, seperti dikutip Russia Today, Sabtu (6/8/2022).
“Ini tidak mungkin karena pedoman doktrinal Rusia secara ketat membatasi situasi darurat di mana penggunaan senjata nuklir secara hipotetis mungkin, yaitu dalam menanggapi agresi yang melibatkan senjata pemusnah massal, atau dalam menanggapi agresi yang melibatkan senjata konvensional, di mana keberadaan negara itu sendiri terancam,” papar Belousov.
"Tak satu pun dari skenario hipotetis ini relevan dengan situasi di Ukraina," ujarnya.
Diplomat Rusia itu juga menolak sindiran tentang Moskow yang menempatkan senjata nuklirnya dalam siaga tinggi, menjelaskan bahwa keadaan peningkatan kewaspadaan saat ini dengan personel tambahan yang bertugas di pos komando strategis, sama sekali berbeda dari keadaan siaga yang sebenarnya dari kewaspadaan tinggi terhadap kekuatan nuklir strategis.
Belousov berpendapat bahwa setiap peringatan tentang risiko serius perang nuklir yang pernah disuarakan oleh pejabat Rusia dalam konteks krisis Ukraina diarahkan pada NATO, sebagai cara untuk mencegah negara-negara Barat dari agresi langsung.
"Karena mereka berbahaya, menyeimbangkan di tepi dari konfrontasi bersenjata langsung dengan Rusia," paparnya.
Meskipun dia tidak menyebutkan nama para penuduh, respons Belousov muncul setelah delegasi Ukraina untuk konferensi NPT pada hari Rabu menuduh Moskow melakukan "terorisme nuklir".
"Dan secara terbuka mengancam dunia dengan kemampuannya untuk menggunakan senjata nuklir," ujarnya sambil mengutip retorika dari media, think tank, dan pakar Rusia.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga menuduh Rusia sembrono dengan membuat ancaman serangan senjata nuklir berbahaya kepada mereka yang mendukung pertahanan diri Ukraina.
Blinken mengeklaim bahwa AS adalah negara bersenjata nuklir yang jauh lebih bertanggung jawab."Dan hanya akan mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir dalam keadaan ekstrem untuk membela kepentingan vital Amerika Serikat, sekutunya, dan mitranya," katanya.
"Tuduhan ini tidak dapat dipertahankan dan tidak berdasar,” kata wakil kepala delegasi Moskow untuk konferensi peninjauan Perjanjian Non-Proliferasi (NPT) PBB, Andrey Belousov, di New York, seperti dikutip Russia Today, Sabtu (6/8/2022).
“Ini tidak mungkin karena pedoman doktrinal Rusia secara ketat membatasi situasi darurat di mana penggunaan senjata nuklir secara hipotetis mungkin, yaitu dalam menanggapi agresi yang melibatkan senjata pemusnah massal, atau dalam menanggapi agresi yang melibatkan senjata konvensional, di mana keberadaan negara itu sendiri terancam,” papar Belousov.
"Tak satu pun dari skenario hipotetis ini relevan dengan situasi di Ukraina," ujarnya.
Diplomat Rusia itu juga menolak sindiran tentang Moskow yang menempatkan senjata nuklirnya dalam siaga tinggi, menjelaskan bahwa keadaan peningkatan kewaspadaan saat ini dengan personel tambahan yang bertugas di pos komando strategis, sama sekali berbeda dari keadaan siaga yang sebenarnya dari kewaspadaan tinggi terhadap kekuatan nuklir strategis.
Belousov berpendapat bahwa setiap peringatan tentang risiko serius perang nuklir yang pernah disuarakan oleh pejabat Rusia dalam konteks krisis Ukraina diarahkan pada NATO, sebagai cara untuk mencegah negara-negara Barat dari agresi langsung.
"Karena mereka berbahaya, menyeimbangkan di tepi dari konfrontasi bersenjata langsung dengan Rusia," paparnya.
Meskipun dia tidak menyebutkan nama para penuduh, respons Belousov muncul setelah delegasi Ukraina untuk konferensi NPT pada hari Rabu menuduh Moskow melakukan "terorisme nuklir".
"Dan secara terbuka mengancam dunia dengan kemampuannya untuk menggunakan senjata nuklir," ujarnya sambil mengutip retorika dari media, think tank, dan pakar Rusia.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga menuduh Rusia sembrono dengan membuat ancaman serangan senjata nuklir berbahaya kepada mereka yang mendukung pertahanan diri Ukraina.
Blinken mengeklaim bahwa AS adalah negara bersenjata nuklir yang jauh lebih bertanggung jawab."Dan hanya akan mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir dalam keadaan ekstrem untuk membela kepentingan vital Amerika Serikat, sekutunya, dan mitranya," katanya.
(min)