Miliarder Rusia: Putin Tak Ingin Caplok Ukraina, tapi Menghancurkannya
loading...
A
A
A
KIEV - Miliarder Rusia yang diasingkan, Leonid Nevzlin, mengatakan Presiden Vladimir Putin tidak ingin mencaplok Ukraina . Menurutnya, keinginan Putin adalah menghancurkan negara tersebut.
Komentar oligarki Rusia itu muncul dalam sebuah wawancara dengan The Times of Israel. Dia dulunya adalah wakil presiden perusahaan minyak, Yukos, sebelum perusahaan dibubarkan pemerintah Rusia pada awal 2000-an.
"Pada awalnya, Putin bertujuan untuk pembaruan model Soviet dan [melakukan] pencaplokan Ukraina, Moldova, dan Belarusia [kembali] ke Rusia," kata Nevzlin.
"Tapi sekarang, semuanya telah berubah," katanya lagi.
"Putin berusaha menghancurkan Ukraina. Kami memahaminya dari kekerasan yang tak tertahankan ini dan sifat mengerikan dari perang ini," lanjut Nevzlin, seperti dilansir Newsweek, Senin (1/8/2022).
"Dia menghancurkan kota-kota berbahasa Rusia, dia menghancurkan manusia. Ini adalah caranya untuk membalas dendam—terhadap Ukraina dan terhadap [Presiden Ukraina Volodymyr] Zelensky," paparnya.
"Dia membantai warga Ukraina dan menghancurkan infrastruktur. Siapa pun yang terlibat dalam pekerjaan restorasi harus membersihkan puing-puing dan membangun dari awal."
Oligarki yang diasingkan itu mengatakan ada rumor bahwa Putin awalnya berusaha untuk membagi aset di Ukraina.
"Tetapi jika itu masalahnya, dia tidak akan menghancurkan pabrik baja Azovstal, tetapi sebaliknya akan mengambilalih untuk kemudian diberikan kepada rekan-rekannya," imbuh dia.
Pabrik bajar itu adalah benteng terakhir perlawanan pasukan Ukraina di pelabuhan Mariupol pada musim semi ini.
Rekaman video yang diambil dari pabrik itu menunjukkan para tentara Ukraina menyerah, menunjukkan kerusakan parah dengan puing-puing berserakan di tanah.
"Apakah Anda melihat ladang di Donbas yang ditaburi bom dan bahan peledak? Itu visinya untuk Ukraina. Perang akan berlangsung lama," kata Nevzlin, yang melarikan diri dari Rusia ke Israel pada 2003 ketika beberapa rekannya ditangkap oleh pejabat Rusia.
Pada bulan Maret, setelah invasi ke Ukraina, oligarki yang diasingkan tersebut melepaskan kewarganegaraan Rusia-nya.
Pemerintah Rusia belum berkomentar atas tuduhan tersebut. Kremlin selama ini berdalih apa yang dilakukan di Ukraina adalah operasi militer khusus untuk membebaskan negara itu dari kubu nasionalis neo-Nazi.
Komentar oligarki Rusia itu muncul dalam sebuah wawancara dengan The Times of Israel. Dia dulunya adalah wakil presiden perusahaan minyak, Yukos, sebelum perusahaan dibubarkan pemerintah Rusia pada awal 2000-an.
"Pada awalnya, Putin bertujuan untuk pembaruan model Soviet dan [melakukan] pencaplokan Ukraina, Moldova, dan Belarusia [kembali] ke Rusia," kata Nevzlin.
"Tapi sekarang, semuanya telah berubah," katanya lagi.
"Putin berusaha menghancurkan Ukraina. Kami memahaminya dari kekerasan yang tak tertahankan ini dan sifat mengerikan dari perang ini," lanjut Nevzlin, seperti dilansir Newsweek, Senin (1/8/2022).
"Dia menghancurkan kota-kota berbahasa Rusia, dia menghancurkan manusia. Ini adalah caranya untuk membalas dendam—terhadap Ukraina dan terhadap [Presiden Ukraina Volodymyr] Zelensky," paparnya.
"Dia membantai warga Ukraina dan menghancurkan infrastruktur. Siapa pun yang terlibat dalam pekerjaan restorasi harus membersihkan puing-puing dan membangun dari awal."
Oligarki yang diasingkan itu mengatakan ada rumor bahwa Putin awalnya berusaha untuk membagi aset di Ukraina.
"Tetapi jika itu masalahnya, dia tidak akan menghancurkan pabrik baja Azovstal, tetapi sebaliknya akan mengambilalih untuk kemudian diberikan kepada rekan-rekannya," imbuh dia.
Pabrik bajar itu adalah benteng terakhir perlawanan pasukan Ukraina di pelabuhan Mariupol pada musim semi ini.
Rekaman video yang diambil dari pabrik itu menunjukkan para tentara Ukraina menyerah, menunjukkan kerusakan parah dengan puing-puing berserakan di tanah.
"Apakah Anda melihat ladang di Donbas yang ditaburi bom dan bahan peledak? Itu visinya untuk Ukraina. Perang akan berlangsung lama," kata Nevzlin, yang melarikan diri dari Rusia ke Israel pada 2003 ketika beberapa rekannya ditangkap oleh pejabat Rusia.
Pada bulan Maret, setelah invasi ke Ukraina, oligarki yang diasingkan tersebut melepaskan kewarganegaraan Rusia-nya.
Pemerintah Rusia belum berkomentar atas tuduhan tersebut. Kremlin selama ini berdalih apa yang dilakukan di Ukraina adalah operasi militer khusus untuk membebaskan negara itu dari kubu nasionalis neo-Nazi.
(min)