Ukraina Ancam Invasi Balik Rusia, Perang Makin Memanas
loading...
A
A
A
KIEV - Ukraina mengancam akan menginvasi balik Rusia . Ancaman ini membuat perang yang sedang berlangsung akan semakin memanas.
Kepala Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina Aleksey Danilov dalam live broadcast pada Rabu mengatakan Kiev tidak akan ragu untuk menyerang wilayah Rusia jika dianggap perlu.
Menurut Danilov, dewan keamanan dengan cermat mengikuti semua rudal dan serangan udara yang diluncurkan Rusia terhadap Ukraina.
Dia menambahkan bahwa pihak berwenang Ukraina sangat mengetahui semua lokasi di Rusia dari mana serangan itu dilakukan.
"Kiev memiliki kemauan politik yang cukup untuk memerintahkan serangan terhadap target-target ini jika kebutuhan seperti itu muncul," katanya.
"Jika diperlukan...siapa pun [dalam pemerintahan] akan bertindak tanpa ragu-ragu dan menandatangani apa pun yang perlu ditandatangani untuk menghancurkan objek-objek ini," katanya lagi, seperti dikutip Russia Today, Kamis (28/7/2022).
Danilov juga mengatakan bahwa kata-kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tentang Ukraina yang melakukan pembalasan terhadap lokasi-lokasi di mana serangan dilakukan merupakan bukti tekad Kiev.
Sebelumnya, beberapa pejabat Ukraina mengatakan bahwa pasukan Kiev mungkin menjangkau sasaran di Semenanjung Crimea atau Jembatan Crimea, yang mereka anggap sebagai rute pasokan utama bagi pasukan Rusia.
Juru bicara intelijen militer Ukraina, Vadim Skibitskiy, mengeklaim bahwa Crimea dapat menjadi sasaran sistem roket peluncuran ganda 142 HIMARS dan M270 MLRS yang dipasok Amerika Serikat (AS).
Moskow menanggapi dengan mengatakan bahwa Ukraina akan membayar mahal jika memutuskan untuk menyerang Crimea.
Mantan presiden Rusia, Dmitry Medvedev, mengatakan pada pertengahan Juli bahwa Moskow mungkin merespons dengan serangan besar-besaran yang menargetkan kepemimpinan Ukraina jika itu terjadi.
AS dan sekutunya sebelumnya enggan untuk memasok Ukraina dengan senjata jarak jauh yang mampu menyerang target jauh di dalam wilayah Rusia karena mereka khawatir tentang potensi eskalasi konflik.
Washington belum setuju untuk mengirim rudal balistik taktis dengan jarak hingga 300 kilometer ke Ukraina. Rudal semacam itu dapat digunakan oleh peluncur roket ganda HIMARS buatan AS yang diserahkan Washington ke Kiev.
Namun, menurut juru bicara tentara Republik Rakyat Donetsk (DPR), Eduard Basurin, pasukan Ukraina mungkin telah menerima rudal untuk HIMARS dengan jangkauan 300 km. Basurin mengatakan pasukan DPR telah menemukan potongan-potongan amunisi dengan jangkauan 110 kilometer hingga 120 kilometer, yang berarti bahwa Kiev juga dapat memiliki rudal dengan jangkauan sepanjang 300 kilometer.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan pada hari Rabu bahwa kegigihan Barat dalam memompa Ukraina dengan senjata jarak jauh, termasuk HIMARS, telah membuat Moskow mempertimbangkan kembali tujuan operasi militernya di negara tetangga.
"Mereka sekarang melampaui Donbas dan mencakup beberapa wilayah Ukraina lainnya," katanya, merujuk pada wilayah operasi militer Rusia.
Kepala Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina Aleksey Danilov dalam live broadcast pada Rabu mengatakan Kiev tidak akan ragu untuk menyerang wilayah Rusia jika dianggap perlu.
Menurut Danilov, dewan keamanan dengan cermat mengikuti semua rudal dan serangan udara yang diluncurkan Rusia terhadap Ukraina.
Dia menambahkan bahwa pihak berwenang Ukraina sangat mengetahui semua lokasi di Rusia dari mana serangan itu dilakukan.
"Kiev memiliki kemauan politik yang cukup untuk memerintahkan serangan terhadap target-target ini jika kebutuhan seperti itu muncul," katanya.
"Jika diperlukan...siapa pun [dalam pemerintahan] akan bertindak tanpa ragu-ragu dan menandatangani apa pun yang perlu ditandatangani untuk menghancurkan objek-objek ini," katanya lagi, seperti dikutip Russia Today, Kamis (28/7/2022).
Danilov juga mengatakan bahwa kata-kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tentang Ukraina yang melakukan pembalasan terhadap lokasi-lokasi di mana serangan dilakukan merupakan bukti tekad Kiev.
Sebelumnya, beberapa pejabat Ukraina mengatakan bahwa pasukan Kiev mungkin menjangkau sasaran di Semenanjung Crimea atau Jembatan Crimea, yang mereka anggap sebagai rute pasokan utama bagi pasukan Rusia.
Juru bicara intelijen militer Ukraina, Vadim Skibitskiy, mengeklaim bahwa Crimea dapat menjadi sasaran sistem roket peluncuran ganda 142 HIMARS dan M270 MLRS yang dipasok Amerika Serikat (AS).
Moskow menanggapi dengan mengatakan bahwa Ukraina akan membayar mahal jika memutuskan untuk menyerang Crimea.
Mantan presiden Rusia, Dmitry Medvedev, mengatakan pada pertengahan Juli bahwa Moskow mungkin merespons dengan serangan besar-besaran yang menargetkan kepemimpinan Ukraina jika itu terjadi.
AS dan sekutunya sebelumnya enggan untuk memasok Ukraina dengan senjata jarak jauh yang mampu menyerang target jauh di dalam wilayah Rusia karena mereka khawatir tentang potensi eskalasi konflik.
Washington belum setuju untuk mengirim rudal balistik taktis dengan jarak hingga 300 kilometer ke Ukraina. Rudal semacam itu dapat digunakan oleh peluncur roket ganda HIMARS buatan AS yang diserahkan Washington ke Kiev.
Namun, menurut juru bicara tentara Republik Rakyat Donetsk (DPR), Eduard Basurin, pasukan Ukraina mungkin telah menerima rudal untuk HIMARS dengan jangkauan 300 km. Basurin mengatakan pasukan DPR telah menemukan potongan-potongan amunisi dengan jangkauan 110 kilometer hingga 120 kilometer, yang berarti bahwa Kiev juga dapat memiliki rudal dengan jangkauan sepanjang 300 kilometer.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan pada hari Rabu bahwa kegigihan Barat dalam memompa Ukraina dengan senjata jarak jauh, termasuk HIMARS, telah membuat Moskow mempertimbangkan kembali tujuan operasi militernya di negara tetangga.
"Mereka sekarang melampaui Donbas dan mencakup beberapa wilayah Ukraina lainnya," katanya, merujuk pada wilayah operasi militer Rusia.
(min)