Iran Blakblakan Mampu Membuat Bom Nuklir
loading...
A
A
A
TEHERAN - Iran secara blakblakan mengatakan sudah mampu memproduksi bom nuklir secara teknis. Hanya saja, tidak ada keputusan politik tentang opsi seperti itu yang telah dibuat.
Hal itu disampaikan penasihat senior Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, Kamal Kharrazi.
“Dalam beberapa hari kami dapat memperkaya uranium hingga 60% dan kami dapat dengan mudah menghasilkan 90% uranium yang diperkaya,” kata Kharrazi kepada Al Jazeera, yang dilansir Senin (18/7/2022).
"Iran memiliki sarana teknis untuk memproduksi bom nuklir tetapi belum ada keputusan dari Iran untuk membuatnya," paparnya.
Pengakuan ini muncul tak lama setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berjanji Washington akan melakukan segalanya untuk mencegah Teheran mendapatkan persenjataan nuklir.
Janji itu dibuat selama kunjungan Biden ke Israel awal pekan lalu, ketika presiden AS dan Perdana Menteri Israel Yair Lapid menandatangani deklarasi bersama tentang kemitraan strategis yang berkelanjutan antara kedua negara.
Isi deklarasi itu antara lain Washington berjanji tidak akan pernah mengizinkan Iran memperoleh senjata nuklir, membenarkannya untuk menggunakan semua elemen kekuatan nasional untuk memastikan hasil tersebut.
Iran telah lama mempertahankan kebijakannya yang tidak pernah berusaha untuk mengembangkan persenjataan nuklir. Namun, negara itu telah meningkatkan kegiatan nuklirnya selama beberapa tahun terakhir.
Ekspansi program nuklir secara bertahap mengikuti langkah tahun 2018 oleh Presiden AS saat itu, Donald Trump, yang secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 dengan Iran.
Sejak itu, perjanjian penting, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA), secara efektif berantakan, di mana Washington memberlakukan kembali sanksi lama dan menjatuhkan saksi baru terhadap Teheran.
Iran, pada gilirannya, secara bertahap menangguhkan kewajibannya berdasarkan JCPOA, memasang peralatan pengaya uranium baru dan meningkatkan output bahan radioaktif.
Upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan sejauh ini tidak membuahkan hasil, di mana AS dan Iran berulang kali saling menyalahkan karena kurangnya kemajuan.
Hal itu disampaikan penasihat senior Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, Kamal Kharrazi.
“Dalam beberapa hari kami dapat memperkaya uranium hingga 60% dan kami dapat dengan mudah menghasilkan 90% uranium yang diperkaya,” kata Kharrazi kepada Al Jazeera, yang dilansir Senin (18/7/2022).
"Iran memiliki sarana teknis untuk memproduksi bom nuklir tetapi belum ada keputusan dari Iran untuk membuatnya," paparnya.
Pengakuan ini muncul tak lama setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berjanji Washington akan melakukan segalanya untuk mencegah Teheran mendapatkan persenjataan nuklir.
Janji itu dibuat selama kunjungan Biden ke Israel awal pekan lalu, ketika presiden AS dan Perdana Menteri Israel Yair Lapid menandatangani deklarasi bersama tentang kemitraan strategis yang berkelanjutan antara kedua negara.
Isi deklarasi itu antara lain Washington berjanji tidak akan pernah mengizinkan Iran memperoleh senjata nuklir, membenarkannya untuk menggunakan semua elemen kekuatan nasional untuk memastikan hasil tersebut.
Iran telah lama mempertahankan kebijakannya yang tidak pernah berusaha untuk mengembangkan persenjataan nuklir. Namun, negara itu telah meningkatkan kegiatan nuklirnya selama beberapa tahun terakhir.
Ekspansi program nuklir secara bertahap mengikuti langkah tahun 2018 oleh Presiden AS saat itu, Donald Trump, yang secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 dengan Iran.
Sejak itu, perjanjian penting, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA), secara efektif berantakan, di mana Washington memberlakukan kembali sanksi lama dan menjatuhkan saksi baru terhadap Teheran.
Iran, pada gilirannya, secara bertahap menangguhkan kewajibannya berdasarkan JCPOA, memasang peralatan pengaya uranium baru dan meningkatkan output bahan radioaktif.
Upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan sejauh ini tidak membuahkan hasil, di mana AS dan Iran berulang kali saling menyalahkan karena kurangnya kemajuan.
(min)