Dapat Pasokan Rudal AS, Ukraina Ingin Serang Crimea

Minggu, 17 Juli 2022 - 08:34 WIB
loading...
Dapat Pasokan Rudal AS, Ukraina Ingin Serang Crimea
Ukraina ingin menyerang Crimea dengan rudal buatan AS. Foto/Ilustrasi
A A A
KIEV - Ukraina memandang Semenanjung Crimea sebagai pusat militer utama dan target sah untuk persenjataan jarak jauh yang dipasok oleh Barat. Hal itu diungkapkan juru bicara Direktorat Intelijen Ukraina di Kementerian Pertahanan, Vadim Skibitskiy.

Pejabat Ukraina itu membuat pernyataan saat tampil langsung di saluran TV 1+1, setelah ditanya apakah Ukraina dapat menggunakan sistem roket peluncur ganda 142 HIMARS dan M270 MLRS buatan Amerika Serikat (AS) untuk menyerang Crimea.

“Hari ini, Semenanjung Crimea telah menjadi pusat pergerakan semua peralatan dan senjata yang berasal dari Federasi Rusia ke selatan negara kita. Ini, pertama-tama, sekelompok perangkat keras militer, amunisi, dan bahan-bahan yang terkonsentrasi di Crimea, dan kemudian dikirim untuk memasok pasukan pendudukan Rusia,” terang Skibitskiy seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (17/7/2022).

Lebih jauh Skibitskiy mengatakan Kiev juga berusaha menyerang kapal perang Armada Laut Hitam Rusia, yang ditempatkan di Crimea.



"Kapal perang digunakan untuk meluncurkan rudal jelajah dan oleh karena itu di antara target yang harus diserang untuk memastikan keselamatan warga, instalasi kami dan Ukraina pada umumnya,” jelasnya.

Ancaman itu datang sehari setelah Menteri Pertahanan Ukraina Alexey Reznikov mengumumkan bahwa Kiev telah menerima sistem MLRS M270 pertamanya. Pejabat itu tidak merinci apakah sistem itu telah dikerahkan di medan perang, atau dari mana tepatnya mereka tiba. Sebelumnya, London telah berjanji untuk memasok setidaknya tiga sistem dari jenis tersebut.

142 HIMARS dan M270 MLRS secara efektif adalah dua varian dari sistem yang sama. Tracked M270 tidak memiliki mobilitas seperti HIMARS yang berbasis truk, namun membawa dua kali tabung peluncur 277mm yaitu 12 berbanding enam.

Namun, sistem tersebut tidak memiliki jangkauan yang diperlukan untuk langsung menyerang Semenanjung Crimea. Bagaimanapun, sistem tersebut dapat dilengkapi dengan modul Army Tactical Missile System (ATACMS) untuk meluncurkan rudal yang lebih berat, dengan jangkauan hingga 300 kilometer.



Sementara Kiev berusaha mendapatkan amunisi jarak jauh seperti itu, Washington tampaknya enggan mengirimkannya karena khawatir akan digunakan untuk menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia dan meningkatkan konflik yang sedang berlangsung. Bagaimanapun, Crimea tampaknya menjadi kasus khusus, mengingat baik Washington maupun Kiev tidak mengakuinya sebagai bagian integral dari Rusia.

Crimea memilih untuk meninggalkan Ukraina dan bergabung dengan Rusia pada Maret 2014, menyusul kudeta Maidan yang didukung AS di Kiev.

Kiev tampaknya terpaku pada penargetan Crimea secara keseluruhan dan, khususnya, jembatan Kerch, yang dibangun untuk menyederhanakan koneksi ke daratan Rusia. Pejabat tinggi Ukraina beberapa kali melontarkan ide uyntuk menghancurkan jembatan Kerch meskipun faktanya Moskow telah merebut bagian tenggara Ukraina, membangun koneksi darat ke Crimea.

Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, mengutip kegagalan Kiev untuk mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberikan status khusus wilayah Donetsk dan Lugansk di dalam negara Ukraina.



Protokol, yang ditengahi oleh Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada 2014. Mantan Presiden Ukraina Petro Poroshenko sejak itu mengakui bahwa tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan “menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.”

Pada Februari 2022, Kremlin mengakui republik Donbass sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.

(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2103 seconds (0.1#10.140)