Separatis Pro Rusia Kembali Tangkap Warga Negara AS
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Kelompok separatispro Rusiakembali menangkap seorang warga negara Amerika Serikat (AS). Hal itu diungkapkan keluarganya. Ini menjadi warga negara AS ketiga yang ditangkap kelompok tersebut.
Suedi Murekezi (35) ditangkap bulan lalu di Kherson, kota pelabuhan di Ukraina selatan yang diduduki Rusia di mana ia telah tinggal selama lebih dari dua tahun.
"Kami semua sangat khawatir dengan keselamatannya. Dia jelas dalam bahaya," kata saudaranya, Sele Murekezi, seperti dikutip dari The Guardian, Jumat (15/7/2022).
Setelah tidak mendengar kabar darinya selama sebulan, Sele menerima telepon dari saudaranya pada dini hari tanggal 7 Juli, di mana dia mengatakan dia dipenjara di Donetsk, kota terbesar di Republik Rakyat Donetsk yang diproklamirkan oleh kelompok separatis pro Rusia.
Murekezi juga mengatakan dia berada di penjara yang sama dengan Alexander Drueke dan Andy Tai Ngoc Huynh, dua tentasa asal Amerika yang ditangkap oleh Rusia bulan lalu.
Tidak seperti Drueke dan Huynh, teman dan keluarga Murekezi mengatakan dia tidak berpartisipasi dalam pertempuran apa pun di Ukraina dan pindah ke negara itu sekitar empat tahun lalu, menetap di Kherson pada 2020.
Di telepon, Murekezi memberi tahu saudara laki-lakinya bahwa dia telah dituduh berpartisipasi dalam aksi protes pro-Ukraina, tuduhan yang dibantah saudara laki-lakinya dan dua teman dekatnya di Kherson.
“Mereka menggunakan dia sebagai pion untuk tujuan propaganda mereka sendiri,” ujar Sele.
Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Murekezi berperang melawan tentara Rusia, dan kecil kemungkinan dia akan diadili sebagai tentara bayaran.
Namun, keluarganya khawatir bahwa Rusia akan menggunakan tuduhan palsu untuk memberinya hukuman penjara yang lama.
Sele Murekezi juga mengungkapkan ketakutannya bahwa warna kulitnya menempatkan saudaranya dalam situasi yang sangat serius.
“Dia seorang pria kulit hitam menambah ketakutan kami, tentu saja. Rasisme bisa berperan,” ujarnya.
“Ketika dia menelepon, dia memberi tahu saya bahwa dia tidak disiksa, tetapi sulit untuk mengetahui dengan pasti karena dia sedang diawasi selama percakapan kami,” imbuhnya.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan lembaga itu telah mengetahui laporan penahanan Murekezi tetapi menolak berkomentar lebih lanjut, dengan alasan "pertimbangan privasi". Keluarga Murekezi mengatakan bahwa mereka setiap hari berhubungan dengan Departemen Luar Negeri AS tentang situasinya.
Murekezi lahir di Rwanda pada tahun 1985 tetapi meninggalkan negara itu bersama keluarganya setelah genosida tahun 1994, beremigrasi ke Minnesota. Dia mulai mengunjungi Ukraina untuk alasan bisnis pada tahun 2017 dan menetap di sana secara permanen pada tahun 2020.
Sebelum pindah ke Ukraina, Murekezi menghabiskan delapan tahun di angkatan udara AS. Menurut keluarganya, dia meninggalkan militer pada tahun 2017 dan mulai berinvestasi dalam saham serta mata uang kripto.
Suedi Murekezi (35) ditangkap bulan lalu di Kherson, kota pelabuhan di Ukraina selatan yang diduduki Rusia di mana ia telah tinggal selama lebih dari dua tahun.
"Kami semua sangat khawatir dengan keselamatannya. Dia jelas dalam bahaya," kata saudaranya, Sele Murekezi, seperti dikutip dari The Guardian, Jumat (15/7/2022).
Setelah tidak mendengar kabar darinya selama sebulan, Sele menerima telepon dari saudaranya pada dini hari tanggal 7 Juli, di mana dia mengatakan dia dipenjara di Donetsk, kota terbesar di Republik Rakyat Donetsk yang diproklamirkan oleh kelompok separatis pro Rusia.
Murekezi juga mengatakan dia berada di penjara yang sama dengan Alexander Drueke dan Andy Tai Ngoc Huynh, dua tentasa asal Amerika yang ditangkap oleh Rusia bulan lalu.
Tidak seperti Drueke dan Huynh, teman dan keluarga Murekezi mengatakan dia tidak berpartisipasi dalam pertempuran apa pun di Ukraina dan pindah ke negara itu sekitar empat tahun lalu, menetap di Kherson pada 2020.
Di telepon, Murekezi memberi tahu saudara laki-lakinya bahwa dia telah dituduh berpartisipasi dalam aksi protes pro-Ukraina, tuduhan yang dibantah saudara laki-lakinya dan dua teman dekatnya di Kherson.
“Mereka menggunakan dia sebagai pion untuk tujuan propaganda mereka sendiri,” ujar Sele.
Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Murekezi berperang melawan tentara Rusia, dan kecil kemungkinan dia akan diadili sebagai tentara bayaran.
Namun, keluarganya khawatir bahwa Rusia akan menggunakan tuduhan palsu untuk memberinya hukuman penjara yang lama.
Sele Murekezi juga mengungkapkan ketakutannya bahwa warna kulitnya menempatkan saudaranya dalam situasi yang sangat serius.
“Dia seorang pria kulit hitam menambah ketakutan kami, tentu saja. Rasisme bisa berperan,” ujarnya.
“Ketika dia menelepon, dia memberi tahu saya bahwa dia tidak disiksa, tetapi sulit untuk mengetahui dengan pasti karena dia sedang diawasi selama percakapan kami,” imbuhnya.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan lembaga itu telah mengetahui laporan penahanan Murekezi tetapi menolak berkomentar lebih lanjut, dengan alasan "pertimbangan privasi". Keluarga Murekezi mengatakan bahwa mereka setiap hari berhubungan dengan Departemen Luar Negeri AS tentang situasinya.
Murekezi lahir di Rwanda pada tahun 1985 tetapi meninggalkan negara itu bersama keluarganya setelah genosida tahun 1994, beremigrasi ke Minnesota. Dia mulai mengunjungi Ukraina untuk alasan bisnis pada tahun 2017 dan menetap di sana secara permanen pada tahun 2020.
Sebelum pindah ke Ukraina, Murekezi menghabiskan delapan tahun di angkatan udara AS. Menurut keluarganya, dia meninggalkan militer pada tahun 2017 dan mulai berinvestasi dalam saham serta mata uang kripto.
(ian)