Mereka yang Menolak Hadiah Nobel, Ada Terpaksa maupun Sukarela
loading...
A
A
A
Gerhard Domagk menemukan prontosil, antibiotik pertama yang dijual secara komersil, sebelum penisilin dan antibiotik lain ditemukan dan tersedia di pasaran. Ini kemajuan luar biasa bagi dunia kedokteran di awal abad 20. Atas penemuannya itu, para juri di Stockholm menganugerahi Nobel Kedokteran pada 1939.
Tapi nasibnya tidak jauh beda dengan dua pendahulunya: ia dilarang menerima hadiah Nobel oleh rezim Nazi. Hanya satu hari setelah pengumuman, Gestapo (polisi rahasai Nazi) menangkap Domagk dan memasukkannya ke penjara selama tujuh hari. Pada 1947, Domagk akhirnya menerima penghargaan tersebut tapi tanpa disertai hadiah uang.
4. Boris Pasternak (Tak diizinkan menerima Nobel oleh rezim Uni Soviet)
Boris Leonidovich Pasternak menulis novel Doctor Zhivago dan ia pun diumumkan meraih Nobel Sastra. Novel itu memang dilarang beredar di negaranya sendiri gara-gara dianggap mengandung kritik terhadap sosialisme Uni Soviet.
Pada 1957, Doctor Zhivago berhasil diselundupkan ke Italia dan diterbitkan di sana. Setahun kemudian, edisi bahasa Inggrisnya terbit dan menjadi bestseller. (Lihat grafis: Iran Tembakkan Rudal Jelajah Buatan Sendiri dalam Latihan Perang)
Setelah Nobel Sastra untuk Pasternak diumumkan pada 1958, Pemerintah Soviet melarangnya pergi ke Stockholm. Pelarangan ini disertai ancaman: jika Pasternak tetap nekat pergi, ia tidak boleh kembali lagi ke negaranya. Pasternak tak punya pilihan selain menuruti ultimatum rezim.
5. Jean-Paul Sartre (Menolak Nobel karena keinginan sendiri)