Putin Bilang Belum Memulai Apapun di Ukraina, Ini Penjelasan Kremlin
loading...
A
A
A
MOSKOW - Pengamatan Presiden Vladimir Putin bahwa pasukan Rusia di Ukraina “bahkan belum benar-benar memulai apa pun” hanya menyatakan bahwa Moskow jauh lebih unggul dalam kekuatan militernya. Demikian penjelasan juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengklarifikasi pernyataan presiden Rusia itu.
Sebelumnya Putin menantang para pemimpin Barat yang mencari kekalahan Rusia di medan perang di Ukraina untuk menyampaikan ancaman tersebut.
“Biarkan mereka mencoba. Kami bahkan belum benar-benar memulai apa pun," kata Putin saat itu.
"Presiden hanya mengingatkan (pendengarnya) bahwa potensi militer (Ukraina dan Rusia) tidak dapat dibandingkan,” terang Peskov.
“Kekuatan Rusia sangat besar sehingga hanya sebagian kecil saja yang terlibat dalam operasi militer khusus,” kata pejabat Kremlin itu seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (8/7/2022).
Ia menambahkan harapan Barat bahwa Ukraina dapat mengalahkan Rusia secara militer adalah tidak masuk akal dan hanya menambah penderitaan rakyat Ukraina.
Amerika Serikat (AS) dan sekutunya telah menyatakan sebagai tujuan mereka di Ukraina kekalahan strategis Rusia dan menyediakan senjata serta pelatihan untuk pasukan Kiev. Pejabat tinggi Barat telah menyatakan bahwa Ukraina akan mampu mengalahkan Rusia di medan perang dengan bantuan mereka.
Pemerintah Ukraina setuju dan memutuskan pembicaraan damai dengan Rusia, yang berlangsung selama bulan-bulan pertama konflik. Moskow percaya bahwa Kiev ditekan ke posisi tanpa kompromi oleh para pendukung Baratnya.
Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, dengan alasan kegagalan Kiev untuk mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberikan wilayah Donetsk dan Lugansk status khusus di dalam negara Ukraina.
Protokol, yang ditengahi oleh Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada 2014. Mantan Presiden Ukraina Petro Poroshenko sejak itu mengakui bahwa tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.
Pada Februari 2022, Kremlin mengakui republik Donbass sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun. Namun Kiev menegaskan bahwa serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.
Lihat Juga: Eks Analis CIA Sebut Biden Mirip Pelaku Bom Bunuh Diri, Wariskan Perang Besar pada Trump
Sebelumnya Putin menantang para pemimpin Barat yang mencari kekalahan Rusia di medan perang di Ukraina untuk menyampaikan ancaman tersebut.
“Biarkan mereka mencoba. Kami bahkan belum benar-benar memulai apa pun," kata Putin saat itu.
"Presiden hanya mengingatkan (pendengarnya) bahwa potensi militer (Ukraina dan Rusia) tidak dapat dibandingkan,” terang Peskov.
“Kekuatan Rusia sangat besar sehingga hanya sebagian kecil saja yang terlibat dalam operasi militer khusus,” kata pejabat Kremlin itu seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (8/7/2022).
Ia menambahkan harapan Barat bahwa Ukraina dapat mengalahkan Rusia secara militer adalah tidak masuk akal dan hanya menambah penderitaan rakyat Ukraina.
Amerika Serikat (AS) dan sekutunya telah menyatakan sebagai tujuan mereka di Ukraina kekalahan strategis Rusia dan menyediakan senjata serta pelatihan untuk pasukan Kiev. Pejabat tinggi Barat telah menyatakan bahwa Ukraina akan mampu mengalahkan Rusia di medan perang dengan bantuan mereka.
Pemerintah Ukraina setuju dan memutuskan pembicaraan damai dengan Rusia, yang berlangsung selama bulan-bulan pertama konflik. Moskow percaya bahwa Kiev ditekan ke posisi tanpa kompromi oleh para pendukung Baratnya.
Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, dengan alasan kegagalan Kiev untuk mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberikan wilayah Donetsk dan Lugansk status khusus di dalam negara Ukraina.
Protokol, yang ditengahi oleh Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada 2014. Mantan Presiden Ukraina Petro Poroshenko sejak itu mengakui bahwa tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.
Pada Februari 2022, Kremlin mengakui republik Donbass sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun. Namun Kiev menegaskan bahwa serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.
Lihat Juga: Eks Analis CIA Sebut Biden Mirip Pelaku Bom Bunuh Diri, Wariskan Perang Besar pada Trump
(ian)