TV Rusia Peringatkan Soal Perang Nuklir: Hanya Mutan yang Bertahan
loading...
A
A
A
MOSKOW - Seorang penyiar televisi Rusia , Vladimir Solovyov, memperingatkan jika NATO terus mendukung Ukraina dalam perang Presiden Vladimir Putin , akan ada serangan nuklir besar-besarandi mana hanya mutan yang akan bertahan.
Berbicara di stasiun televisi Russia-1, Solovyov mengacu pada negara-negara anggota NATO yang mengirim senjata ke Ukraina di tengah perang yang sedang berlangsung.
Sejak Putin meluncurkan apa yang disebutnya sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina pada 24 Februari, masing-masing negara NATO telah mengirim senjata ke Kiev termasuk senjata berteknologi tinggi, senjata anti-pesawat dan anti-tank, serta pasokan dan peralatan medis.
Namun aliansi militer secara keseluruhan belum mengirim pasukan atau senjata ke negara yang dilanda perang itu.
Kepala propagandis Putin itu mengklaim bahwa dunia "turun ke halaman berdarah dalam sejarah dunia."
"Jika semuanya terus berkembang seperti itu, hanya beberapa mutan di Danau Baikal yang akan bertahan. Sisanya akan dihancurkan dalam serangan nuklir besar-besaran," ujar sosok yang memiliki hubungan dekat dengan Putin dan telah disebut "suara Putin" itu seperti dikutip dari Newsweek, Selasa (7/6/2022).
Danau Baikal adalah danau besar dan salah satu yang terdalam di dunia, terletak di wilayah pegunungan Siberia Rusia, di utara perbatasan Mongolia.
"Semuanya bergerak ke arah itu, terlepas dari apa yang diinginkan kedua belah pihak," tambah Solovyov.
"Karena jika NATO memutuskan mereka dapat menempatkan apa pun yang mereka inginkan di perbatasan kami, mereka akan mengirim lebih banyak senjata Amerika ke Ukraina, Ukraina akan menembak dan akhirnya mengenai salah satu pembangkit listrik tenaga nuklir kami, dan ini dia," ujarnya.
Solovyov mengatakan proses itu akan dengan cepat menjadi tidak terkendali.
"Semua orang akan mendapatkan lebih dari yang mereka minta. Bang! Dan tidak ada yang tersisa," dia memperingatkan.
Pada bulan April, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg memimpin pertemuan menteri luar negeri aliansi itu di Brussels, dan setelah itu mengatakan kepada wartawan bahwa ada pesan yang jelas bahwa aliansi itu harus berbuat lebih banyak, dan siap untuk berbuat lebih banyak, untuk menyediakan lebih banyak peralatan, dan mereka menyadari serta mengetahui urgensinya.
Kremlin sendiri telah mengesampingkan penggunaan senjata nuklir di Ukraina.
Wakil juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Alexey Zaitsev dikutip oleh kantor berita negara Tass bulan lalu mengatakan bahwa Rusia tidak berniat menggunakan senjata nuklir dalam perang Ukraina.
"Skenario potensi penggunaan senjata nuklir kami secara jelas ditentukan dalam dokumen doktrinal Rusia," kata Zaitsev.
"Rusia dengan tegas mematuhi prinsip bahwa tidak ada pemenang dalam perang nuklir," imbuhnya.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov juga menyatakan bahwa Rusia tidak akan menggunakan senjata nuklir di Ukraina.
Berbicara di stasiun televisi Russia-1, Solovyov mengacu pada negara-negara anggota NATO yang mengirim senjata ke Ukraina di tengah perang yang sedang berlangsung.
Sejak Putin meluncurkan apa yang disebutnya sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina pada 24 Februari, masing-masing negara NATO telah mengirim senjata ke Kiev termasuk senjata berteknologi tinggi, senjata anti-pesawat dan anti-tank, serta pasokan dan peralatan medis.
Namun aliansi militer secara keseluruhan belum mengirim pasukan atau senjata ke negara yang dilanda perang itu.
Kepala propagandis Putin itu mengklaim bahwa dunia "turun ke halaman berdarah dalam sejarah dunia."
"Jika semuanya terus berkembang seperti itu, hanya beberapa mutan di Danau Baikal yang akan bertahan. Sisanya akan dihancurkan dalam serangan nuklir besar-besaran," ujar sosok yang memiliki hubungan dekat dengan Putin dan telah disebut "suara Putin" itu seperti dikutip dari Newsweek, Selasa (7/6/2022).
Danau Baikal adalah danau besar dan salah satu yang terdalam di dunia, terletak di wilayah pegunungan Siberia Rusia, di utara perbatasan Mongolia.
"Semuanya bergerak ke arah itu, terlepas dari apa yang diinginkan kedua belah pihak," tambah Solovyov.
"Karena jika NATO memutuskan mereka dapat menempatkan apa pun yang mereka inginkan di perbatasan kami, mereka akan mengirim lebih banyak senjata Amerika ke Ukraina, Ukraina akan menembak dan akhirnya mengenai salah satu pembangkit listrik tenaga nuklir kami, dan ini dia," ujarnya.
Solovyov mengatakan proses itu akan dengan cepat menjadi tidak terkendali.
"Semua orang akan mendapatkan lebih dari yang mereka minta. Bang! Dan tidak ada yang tersisa," dia memperingatkan.
Pada bulan April, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg memimpin pertemuan menteri luar negeri aliansi itu di Brussels, dan setelah itu mengatakan kepada wartawan bahwa ada pesan yang jelas bahwa aliansi itu harus berbuat lebih banyak, dan siap untuk berbuat lebih banyak, untuk menyediakan lebih banyak peralatan, dan mereka menyadari serta mengetahui urgensinya.
Kremlin sendiri telah mengesampingkan penggunaan senjata nuklir di Ukraina.
Wakil juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Alexey Zaitsev dikutip oleh kantor berita negara Tass bulan lalu mengatakan bahwa Rusia tidak berniat menggunakan senjata nuklir dalam perang Ukraina.
"Skenario potensi penggunaan senjata nuklir kami secara jelas ditentukan dalam dokumen doktrinal Rusia," kata Zaitsev.
"Rusia dengan tegas mematuhi prinsip bahwa tidak ada pemenang dalam perang nuklir," imbuhnya.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov juga menyatakan bahwa Rusia tidak akan menggunakan senjata nuklir di Ukraina.
(ian)