Diplomat China: Sanksi Tak Akan Munculkan Perdamaian di Ukraina
loading...
A
A
A
KIEV - Perwakilan China untuk PBB, Dai Bing pada Kamis (12/5/2022) mengatakan, sanksi tidak akan mengarah pada perdamaian di Ukraina , tetapi hanya akan berkontribusi pada krisis pangan dan energi.
"Sanksi tidak akan menjamin perdamaian, itu hanya akan mempercepat penyebaran krisis pangan dan bahan bakar," katanya pada pertemuan Dewan Keamanan PBB. "Akibatnya, anak-anak di seluruh dunia akan membayar harga tertinggi untuk ini," lanjutnya, seperti dikutip dari TASS.
"Kami berharap Rusia dan Ukraina akan terus meningkatkan koordinasi dalam masalah kemanusiaan, serta melakukan segala kemungkinan untuk mengurangi konsekuensi kemanusiaan dari konflik tersebut," kata diplomat itu.
"Kami menyerukan Rusia dan Ukraina untuk kembali ke jalur negosiasi dan terus menciptakan kondisi politik untuk pemulihan perdamaian," tambahnya.
Pada 24 Februari, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer khusus sebagai tanggapan atas permintaan bantuan dari kepala republik Donbass. Dia menekankan bahwa Moskow tidak memiliki rencana untuk menduduki wilayah Ukraina, tetapi bertujuan untuk demiliterisasi dan de-Nazifikasi negara tersebut.
AS membalas dengan memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Rusia dan memulai pasokan senjata ke Kiev. Sanksi juga diberlakukan sejumlah negara lain kepada Rusia, terutama dari Eropa yang merupakan sekutu AS.
Hingga kini banyak pihak mendesak China juga menjatuhkan sanksi pada Rusia atas invasi yang dilakukan Moskow ke Ukraina. Namun, Beijing mengambil sikap lain. Sebagai salah satu sekutu utama Rusia, China tak mau menjatuhkan sanksi ataupun mengecam langkah yang diambil Presiden Rusia Vladimir Putin.
China bahkan balik menuding kalau AS tidak tertarik pada perdamaian di Ukraina. Menurut China, AS melakukan segala yang bisa dilakukan agar konflik di negara itu berlangsung selama mungkin. Pernyataan blak-blakan itu diungkapkan juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China, Zhao Lijian.
“Sementara komunitas internasional menyerukan diakhirinya permusuhan, AS terus menambahkan bahan bakar ke api dan menunjukkan kesiapan untuk berperang sampai warga Ukraina terakhir,” tegas Zhao, mengacu pada bantuan keuangan yang sedang berlangsung dan pengiriman senjata dari Washington ke Kiev.
"Sanksi tidak akan menjamin perdamaian, itu hanya akan mempercepat penyebaran krisis pangan dan bahan bakar," katanya pada pertemuan Dewan Keamanan PBB. "Akibatnya, anak-anak di seluruh dunia akan membayar harga tertinggi untuk ini," lanjutnya, seperti dikutip dari TASS.
"Kami berharap Rusia dan Ukraina akan terus meningkatkan koordinasi dalam masalah kemanusiaan, serta melakukan segala kemungkinan untuk mengurangi konsekuensi kemanusiaan dari konflik tersebut," kata diplomat itu.
"Kami menyerukan Rusia dan Ukraina untuk kembali ke jalur negosiasi dan terus menciptakan kondisi politik untuk pemulihan perdamaian," tambahnya.
Pada 24 Februari, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer khusus sebagai tanggapan atas permintaan bantuan dari kepala republik Donbass. Dia menekankan bahwa Moskow tidak memiliki rencana untuk menduduki wilayah Ukraina, tetapi bertujuan untuk demiliterisasi dan de-Nazifikasi negara tersebut.
AS membalas dengan memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Rusia dan memulai pasokan senjata ke Kiev. Sanksi juga diberlakukan sejumlah negara lain kepada Rusia, terutama dari Eropa yang merupakan sekutu AS.
Hingga kini banyak pihak mendesak China juga menjatuhkan sanksi pada Rusia atas invasi yang dilakukan Moskow ke Ukraina. Namun, Beijing mengambil sikap lain. Sebagai salah satu sekutu utama Rusia, China tak mau menjatuhkan sanksi ataupun mengecam langkah yang diambil Presiden Rusia Vladimir Putin.
China bahkan balik menuding kalau AS tidak tertarik pada perdamaian di Ukraina. Menurut China, AS melakukan segala yang bisa dilakukan agar konflik di negara itu berlangsung selama mungkin. Pernyataan blak-blakan itu diungkapkan juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China, Zhao Lijian.
“Sementara komunitas internasional menyerukan diakhirinya permusuhan, AS terus menambahkan bahan bakar ke api dan menunjukkan kesiapan untuk berperang sampai warga Ukraina terakhir,” tegas Zhao, mengacu pada bantuan keuangan yang sedang berlangsung dan pengiriman senjata dari Washington ke Kiev.
(esn)