Norwegia Uji Coba Pertahanan Udara Mobile Baru, Mampu Tembak Jatuh Rudal Jelajah

Kamis, 05 Mei 2022 - 20:21 WIB
loading...
Norwegia Uji Coba Pertahanan Udara Mobile Baru, Mampu Tembak Jatuh Rudal Jelajah
Norwegia uji coba sistem pertahanan rudal NASAMS baru. Foto/Sputnik
A A A
OSLO - Angkatan Bersenjata Norwegia telah melakukan uji coba sistem rudal baru di Pusat Uji Andoya di Nordland.

Ini adalah penggunaan pertama peluncur mobilitas tinggi NASAMS baru dengan rudal anti-pesawat yang dipasang di kendaraan. Di masa lalu, Angkatan Darat Norwegia menggunakan pertahanan udara statis yang tidak memiliki kesempatan untuk mengikuti pasukan yang berbaris.

Selama hampir 15 tahun, Angkatan Darat Norwegia tidak memiliki pertahanan udara sama sekali. Pertahanan udara tempur dibubarkan pada tahun 2004, dan perlahan-lahan dihidupkan kembali mulai tahun 2018 sebagai bagian dari Batalyon Artileri di dalam Brigade Utara.



"Ini pertama kalinya kami mendapatkan sesuatu yang bisa mengikuti kekuatan darat yang bergerak di medan," kata juru bicara Angkatan Darat Norwegia Eirik Skomedal dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Sputnik, Kamis (5/5/2022).

Sementara itu, Angkatan Darat Norwegia harus meminjam pertahanan udara berbasis darat dari Angkatan Udara.

“Ini adalah tonggak penting bagi mereka untuk dapat menembak dengan tajam, dan saya juga ingin mengatakan bahwa itu adalah tonggak yang sangat penting dalam rekonstruksi pertahanan udara di Angkatan Darat Norwegia, yang sayangnya telah ditutup selama bertahun-tahun," Ole Jorgen Maa, profesor dan sejarawan Akademi Angkatan Udara Kerajaan Norwegia, mengatakan kepada penyiar nasional NRK.



Menurutnya, alasan mengapa pertahanan udara belum dikembangkan sebelumnya sebagian besar adalah finansial, karena Angkatan Bersenjata Norwegia telah melalui pemotongan drastis.

Pertahanan udara baru memiliki jangkauan 20 kilometer; mampu menembak jatuh pesawat, drone, rudal jelajah dan helikopter, dan diharapkan akan beroperasi penuh pada tahun 2024.

Juru bicara Angkatan Darat Skomedal mengutip perang tahun 2008 di Georgia, penyatuan kembali Crimea dengan Rusia pada tahun 2014 dan kampanye demiliterisasi yang sedang berlangsung di Ukraina, semuanya digambarkan sebagai “invasi” di Barat, sebagai alasan yang mendasari pembangunan pertahanan udara.



Pada saat yang sama, ia membantah bahwa persenjataan kembali adalah konsekuensi langsung dari konflik Ukraina yang sedang berlangsung, sebaliknya menyebutnya sebagai “kebetulan” karena membangun sesuatu dalam konteks militer membutuhkan waktu beberapa tahun dan lebih lama.

(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1210 seconds (0.1#10.140)