Virus Corona Menyebar dengan Cepat, WHO: Dunia Dalam Bahaya
loading...
A
A
A
JENEWA - Pandemi virus Corona menyebar semakin cepat, dengan 150 ribu kasus baru yang terjadi pada hari Kamis menjadi yang tertinggi dalam satu hari. Dari angka itu, setengahnya terjadi di Amerika.
"Dunia berada dalam fase baru dan berbahaya," kata Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ), Tedros Adhanom Ghebreyesus, pada pengarahan virtual dari kantor pusat badan itu di Jenewa, Swiss.
"Virus ini masih menyebar cepat, masih mematikan, dan kebanyakan orang masih rentan," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (20/6/2020).
Tedros, yang kepemimpinannya dikritik oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump , mendesak masyarakat dunia untuk menjaga jarak sosial dan meningkatkan "kewaspadaan ekstrim."
"Seperti halnya Amerika, sejumlah besar kasus baru datang dari Asia Selatan dan Timur Tengah," tambah Tedros.
Pakar kedaruratan WHO Mike Ryan menarik perhatian pada situasi di Brasil , di mana ia mengatakan ada 1.230 kasus kematian tambahan akibat Covid-19 dalam 24 jam sebelumnya. (Baca: Tiga Hari Berturut-turut, 1.000 Lebih Meninggal Akibat Covid-19 di Brasil )
"Sekitar 12 persen infeksi di Brasil melibatkan petugas kesehatan," tambahnya, memuji keberanian mereka.
Brasil memiliki wabah terburuk di dunia di luar AS, dengan jumlah kasus virus corona baru (Covid-19)-nya telah melampaui angka 1 juta. Data John Hopkins University (JHU) yang dikutip SINDOnews.com pada Sabtu (20/6/2020) pukul 10.30 WIB menunjukkan ada 1.032.913 kasus Covid-19 di Brasil dengan 48.954 orang meninggal dan sebanyak 551.631 pasien berhasil disembuhkan.
Dengan banyaknya negara yang mengurangi pembatasan sosial tetapi takut akan gelombang kedua infeksi, Ryan mendesak pendekatan bertahap dan ilmiah.
"Keluar dari penguncian harus dilakukan dengan hati-hati, secara bertahap, dan harus didorong oleh data," katanya.
"Jika tidak tahu di mana kemungkinannya, virus itu akan mengejutkanmu," Ryan mewanti-wanti.
Ryan mengatakan kemunculan cluster baru tidak selalu berarti gelombang kedua, sementara "puncak kedua" juga dimungkinkan dalam satu gelombang. Pakar darurat WHO itu lantas memuji Jerman, China, dan Korea Selatan (Korsel) atas penanganan pandemi mereka.
Dengan uji coba yang sedang berlangsung di seluruh dunia guna menemukan obat-obatan dan vaksin untuk Covid-19, para pejabat WHO memperingatkan bahwa pengujian skala besar akan diperlukan dengan efek samping yang dipantau dengan cermat.
"Meskipun bukan tidak mungkin untuk menemukan vaksin itu akan menjadi perjalanan yang sangat sulit," kata Tedros.
"Dunia berada dalam fase baru dan berbahaya," kata Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ), Tedros Adhanom Ghebreyesus, pada pengarahan virtual dari kantor pusat badan itu di Jenewa, Swiss.
"Virus ini masih menyebar cepat, masih mematikan, dan kebanyakan orang masih rentan," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (20/6/2020).
Tedros, yang kepemimpinannya dikritik oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump , mendesak masyarakat dunia untuk menjaga jarak sosial dan meningkatkan "kewaspadaan ekstrim."
"Seperti halnya Amerika, sejumlah besar kasus baru datang dari Asia Selatan dan Timur Tengah," tambah Tedros.
Pakar kedaruratan WHO Mike Ryan menarik perhatian pada situasi di Brasil , di mana ia mengatakan ada 1.230 kasus kematian tambahan akibat Covid-19 dalam 24 jam sebelumnya. (Baca: Tiga Hari Berturut-turut, 1.000 Lebih Meninggal Akibat Covid-19 di Brasil )
"Sekitar 12 persen infeksi di Brasil melibatkan petugas kesehatan," tambahnya, memuji keberanian mereka.
Brasil memiliki wabah terburuk di dunia di luar AS, dengan jumlah kasus virus corona baru (Covid-19)-nya telah melampaui angka 1 juta. Data John Hopkins University (JHU) yang dikutip SINDOnews.com pada Sabtu (20/6/2020) pukul 10.30 WIB menunjukkan ada 1.032.913 kasus Covid-19 di Brasil dengan 48.954 orang meninggal dan sebanyak 551.631 pasien berhasil disembuhkan.
Dengan banyaknya negara yang mengurangi pembatasan sosial tetapi takut akan gelombang kedua infeksi, Ryan mendesak pendekatan bertahap dan ilmiah.
"Keluar dari penguncian harus dilakukan dengan hati-hati, secara bertahap, dan harus didorong oleh data," katanya.
"Jika tidak tahu di mana kemungkinannya, virus itu akan mengejutkanmu," Ryan mewanti-wanti.
Ryan mengatakan kemunculan cluster baru tidak selalu berarti gelombang kedua, sementara "puncak kedua" juga dimungkinkan dalam satu gelombang. Pakar darurat WHO itu lantas memuji Jerman, China, dan Korea Selatan (Korsel) atas penanganan pandemi mereka.
Dengan uji coba yang sedang berlangsung di seluruh dunia guna menemukan obat-obatan dan vaksin untuk Covid-19, para pejabat WHO memperingatkan bahwa pengujian skala besar akan diperlukan dengan efek samping yang dipantau dengan cermat.
"Meskipun bukan tidak mungkin untuk menemukan vaksin itu akan menjadi perjalanan yang sangat sulit," kata Tedros.
(ber)