PM Australia Sebut Negaranya Jadi Target Hacker Negara Asing

Jum'at, 19 Juni 2020 - 21:37 WIB
loading...
PM Australia Sebut Negaranya Jadi Target Hacker Negara Asing
PM Australia Scott Morrison. Foto/Politico
A A A
CANBERRA - Perdana Menteri (PM) Australia , Scott Morriso mengatakan, negaranya menjadi sasaran serangan siber seorang aktor berbasis negara yang canggih. Serangan itu mengancam semua tingkat pemerintahan, bisnis, dan layanan dan infrastruktur penting.

Morrison mengatakan ia sengaja meningkatkan ancaman serangan siber ke publik untuk meningkatkan kesadaran dan terutama menginginkan organisasi yang terlibat dalam kesehatan, infrastruktur dan layanan penting untuk meningkatkan pertahanan teknis.

Ia mengatakan sejumlah sektor menjadi sasaran dan frekuensi intrusi dunia maya untuk mencuri serta menyebabkan kerugian telah meningkat selama berbulan-bulan.

“Ini adalah tindakan aktor berbasis negara dengan kemampuan signifikan. Tidak banyak aktor berbasis negara yang memiliki kemampuan itu," ujar Morrison seperti dikutip dari AP, Jumat (19/6/2020).

Morrison mengatakan Australia tidak terlibat dengan tidak sungguh-sungguh dalam atribusi publik, tetapi mengatakan ia tidak bisa mengendalikan spekulasi tentang siapa yang bertanggung jawab atas kampanye siber.

Dia lantas memberikan sedikit rincian tentang kegiatan tersebut dan mengatakan sulit untuk memahami apakah intrusi itu dimotivasi oleh keinginan untuk mencuri rahasia negara, kekayaan intelektual atau data pribadi warga Australia biasa.

"Investigasi Australia sampai saat ini belum mengungkap pelanggaran data pribadi skala besar," kata Morrison. Dan dia mengatakan banyak intrusi telah digagalkan.

Tanpa menyebut nama, pernyataan Morrison memunculkan spekulasi jika serangan itu bagian dari ketegangan negaranya dengan China .

Peter Jennings, direktur eksekutif think-tank Lembaga Kebijakan Strategis Australia, mengatakan hanya China yang memiliki kemampuan dan minat dalam meluncurkan serangan siber besar-besaran terhadap Australia.

"Saya benar-benar yakin China ada di belakangnya," kata Jennings.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1014 seconds (0.1#10.140)