Alquran Pertama Kali Dibaca di Angkasa oleh Putra Raja Salman
loading...
A
A
A
RIYADH - Hari Kamis kemarin adalah tepat 35 tahun pesawat ulang-alik Discovery diluncurkan dari landasan peluncuran 39A di Kennedy Space Center di Florida. Peluncuran itu merupakan salah satu dari 17 misi sukses sejak diluncurkan pada April 1981 di Columbia.
Namun, ada yang tak biasa tentang Misi NASA STS 51-G tersebut. Di dalam pesawat ulang-alik Discovery antara lain tiga satelit komunikasi komersial, sistem pelacakan percobaan untuk sistem pertahanan rudal US Star Wars yang diusulkan, serangkaian eksperimen astronomi dan biomedis serta salinan kitab suci Alquran.
Pemilik salinan kitab suci itu adalah Pangeran Sultan bin Salman, 28, dari Arab Saudi . Putra Raja Arab Saudi; Salman bin Abdulaziz al-Saud , tersebut ikut berada di kursi sebagai salah satu dari dua spesialis muatan di dek penerbangan Discovery.
Dia ikut melesat ke orbit pada kecepatan 28.968 kilometer per jam. Pangeran Sultan tercatat sebagai Muslim pertama, orang Arab pertama dan anggota keluarga kerajaan pertama yang terbang ke luar angkasa.
Pilihan landasan peluncuran 39A untuk misi itu sangat simbolis bagi sang pangeran, yang, sebagai anak lelaki ketika berusia 13 tahun menonton cuplikan televisi tentang misi ke Bulan oleh Apollo 11 yang lepas landas dari situs yang sama pada 16 Juli 1969. (Baca: Musk Ingin Membom Mars, Rusia: Kedok Usung Bom Nuklir ke Luar Angkasa )
Ketika Pangeran Sultan mengingat dalam sebuah wawancara dengan Arab News untuk peringatan ke-50 pendaratan di Bulan tahun lalu, pemandangan dari astronaut Neil Armstrong mengambil satu langkah kecilnya membuat kesan yang bertahan lama.
"Manusia membuat pesawat terbang dan membuat kemajuan dalam industri," katanya. "Tetapi bagi manusia untuk meninggalkan planet mereka sendiri ... itu benar-benar sesuatu yang lain," katanya lagi.
Pada saat itu, pangeran muda itu tidak memikirkan untuk meraih bintang-bintang itu sendiri. Bahkan setelah ia belajar menerbangkan pesawat terbang, mendapatkan lisensi pilot pribadinya pada tahun 1977 ketika belajar di Amerika Serikat, ia menolak gagasan bahwa seseorang dari dunia Arab akan menjelajah ke luar angkasa.
Lalu, tiba-tiba, hal yang mustahil menjadi mungkin.
Pada tahun 1976, Arab Saudi telah memainkan peran penting dalam pembentukan Arabsat di Liga Arab, sebuah perusahaan komunikasi satelit. Satelit pertamanya, Arabsat-1A, dikerahkan dari roket Ariane 3 yang diluncurkan dari pusat angkasa Prancis di Guyana pada Februari 1985.
Namun, ada yang tak biasa tentang Misi NASA STS 51-G tersebut. Di dalam pesawat ulang-alik Discovery antara lain tiga satelit komunikasi komersial, sistem pelacakan percobaan untuk sistem pertahanan rudal US Star Wars yang diusulkan, serangkaian eksperimen astronomi dan biomedis serta salinan kitab suci Alquran.
Pemilik salinan kitab suci itu adalah Pangeran Sultan bin Salman, 28, dari Arab Saudi . Putra Raja Arab Saudi; Salman bin Abdulaziz al-Saud , tersebut ikut berada di kursi sebagai salah satu dari dua spesialis muatan di dek penerbangan Discovery.
Dia ikut melesat ke orbit pada kecepatan 28.968 kilometer per jam. Pangeran Sultan tercatat sebagai Muslim pertama, orang Arab pertama dan anggota keluarga kerajaan pertama yang terbang ke luar angkasa.
Pilihan landasan peluncuran 39A untuk misi itu sangat simbolis bagi sang pangeran, yang, sebagai anak lelaki ketika berusia 13 tahun menonton cuplikan televisi tentang misi ke Bulan oleh Apollo 11 yang lepas landas dari situs yang sama pada 16 Juli 1969. (Baca: Musk Ingin Membom Mars, Rusia: Kedok Usung Bom Nuklir ke Luar Angkasa )
Ketika Pangeran Sultan mengingat dalam sebuah wawancara dengan Arab News untuk peringatan ke-50 pendaratan di Bulan tahun lalu, pemandangan dari astronaut Neil Armstrong mengambil satu langkah kecilnya membuat kesan yang bertahan lama.
"Manusia membuat pesawat terbang dan membuat kemajuan dalam industri," katanya. "Tetapi bagi manusia untuk meninggalkan planet mereka sendiri ... itu benar-benar sesuatu yang lain," katanya lagi.
Pada saat itu, pangeran muda itu tidak memikirkan untuk meraih bintang-bintang itu sendiri. Bahkan setelah ia belajar menerbangkan pesawat terbang, mendapatkan lisensi pilot pribadinya pada tahun 1977 ketika belajar di Amerika Serikat, ia menolak gagasan bahwa seseorang dari dunia Arab akan menjelajah ke luar angkasa.
Lalu, tiba-tiba, hal yang mustahil menjadi mungkin.
Pada tahun 1976, Arab Saudi telah memainkan peran penting dalam pembentukan Arabsat di Liga Arab, sebuah perusahaan komunikasi satelit. Satelit pertamanya, Arabsat-1A, dikerahkan dari roket Ariane 3 yang diluncurkan dari pusat angkasa Prancis di Guyana pada Februari 1985.