Kapal Perangnya Tenggelam di Laut Hitam, Rusia Jadi Bahan Olok-olok Ukraina
loading...
A
A
A
KIEV - Para pejabat Ukraina mengolok-olok Rusia atas tenggelamnya kapal penjelajah berpeluru kendali Moskva, kapal utama Armada Laut Hitam Rusia yang karam di Laut Hitam pada hari Kamis.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berterima kasih kepada "mereka yang telah menunjukkan bahwa kapal-kapal Rusia dapat pergi ... ke bawah saja" selama pidato publik pada Kamis malam, di mana ia menyoroti keberhasilan militer Kyiv sejak invasi Rusia 50 hari yang lalu.
Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov mengambil nada yang lebih mengejek dalam tweetnya pada hari Jumat (15/4/2022), menggambarkan situs kapal karam Moskva sebagai "situs menyelam yang layak."
"Kami memiliki satu tempat menyelam lagi di Laut Hitam sekarang," katanya, menyertai postingan tersebut dengan gambar seorang penyelam yang berenang bersama penyu seperti dikutip dari Business Insider.
Sedangkan anggota parlemen Ukraina Lesia Vasylenko juga mengolok-olok pasukan Rusia.
"Sekarang itu bagian dari armada kapal selam," tweetnya.
Moskva, yang berbobot 12.490 ton, adalah kapal perang terbesar Rusia yang ditenggelamkan sejak Perang Dunia II.
Pejabat Rusia mengkonfirmasi pada hari Kamis bahwa kapal itu telah tenggelam, tetapi membantah klaim Ukraina bahwa penjaga perbatasan Ukraina menyerangnya dengan rudal anti-kapal Neptunus.
Baik Rusia dan Ukraina mengatakan amunisi telah meledak di atas kapal Moskva, memaksa kru untuk dievakuasi, tetapi memberikan penjelasan yang berbeda terkait penyebabnya.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan amunisi meledak karena kebakaran, lapor kantor berita yang dikelola negara RIA Novosti. Kementerian itu mengatakan kapal penjelajah tersebut kemudian tenggelam dalam "kondisi laut yang penuh badai."
Sedangkan Pejabat militer Ukraina mengatakan pada hari Rabu bahwa serangan rudal mereka menyebabkan ledakan dan tenggelamnya kapal.
Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan mengatakan bahwa dia tidak dapat mengkonfirmasi apa yang menyebabkan ledakan itu.
"Mereka harus memilih antara dua cerita: Satu cerita adalah bahwa itu hanya ketidakmampuan, dan yang lainnya adalah bahwa mereka diserang, dan tidak ada hasil yang sangat baik untuk mereka," kata Sullivan kepada Economic Club of Washington.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berterima kasih kepada "mereka yang telah menunjukkan bahwa kapal-kapal Rusia dapat pergi ... ke bawah saja" selama pidato publik pada Kamis malam, di mana ia menyoroti keberhasilan militer Kyiv sejak invasi Rusia 50 hari yang lalu.
Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov mengambil nada yang lebih mengejek dalam tweetnya pada hari Jumat (15/4/2022), menggambarkan situs kapal karam Moskva sebagai "situs menyelam yang layak."
"Kami memiliki satu tempat menyelam lagi di Laut Hitam sekarang," katanya, menyertai postingan tersebut dengan gambar seorang penyelam yang berenang bersama penyu seperti dikutip dari Business Insider.
Sedangkan anggota parlemen Ukraina Lesia Vasylenko juga mengolok-olok pasukan Rusia.
"Sekarang itu bagian dari armada kapal selam," tweetnya.
Moskva, yang berbobot 12.490 ton, adalah kapal perang terbesar Rusia yang ditenggelamkan sejak Perang Dunia II.
Pejabat Rusia mengkonfirmasi pada hari Kamis bahwa kapal itu telah tenggelam, tetapi membantah klaim Ukraina bahwa penjaga perbatasan Ukraina menyerangnya dengan rudal anti-kapal Neptunus.
Baik Rusia dan Ukraina mengatakan amunisi telah meledak di atas kapal Moskva, memaksa kru untuk dievakuasi, tetapi memberikan penjelasan yang berbeda terkait penyebabnya.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan amunisi meledak karena kebakaran, lapor kantor berita yang dikelola negara RIA Novosti. Kementerian itu mengatakan kapal penjelajah tersebut kemudian tenggelam dalam "kondisi laut yang penuh badai."
Sedangkan Pejabat militer Ukraina mengatakan pada hari Rabu bahwa serangan rudal mereka menyebabkan ledakan dan tenggelamnya kapal.
Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan mengatakan bahwa dia tidak dapat mengkonfirmasi apa yang menyebabkan ledakan itu.
"Mereka harus memilih antara dua cerita: Satu cerita adalah bahwa itu hanya ketidakmampuan, dan yang lainnya adalah bahwa mereka diserang, dan tidak ada hasil yang sangat baik untuk mereka," kata Sullivan kepada Economic Club of Washington.
(ian)