Biden Sebut Putin Penjahat Perang, Korut Ungkit Kejahatan AS di Irak dan Afghanistan
loading...
A
A
A
PYONGYANG - Presiden Amerika Serikaat (AS) Joe Biden menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai penjahat perang atas invasi Moskow ke Ukraina . Pemerintah Korea Utara (Korut) melalui medianya, KCNA, ikut merespons dengan mengungkit kejahatan Amerika di Irak, Afghanistan dan Yugoslavia.
Media tersebut juga mengecam sanksi AS terhadap Rusia yang akan menjadi bumerang. "Washington akan menjadi pecundang terakhir di panggung dunia," tulis KCNA dalam editorialnya.
"Dengan menuduh Rusia melakukan kejahatan perang di Ukraina, AS berusaha mencemarkan nama baik Rusia dan mencapai keruntuhan rezimnya,” lanjut editorial tersebut.
"Ini mengingatkan salah satu dari pihak yang bersalah yang mengajukan gugatan terlebih dahulu," imbuh editorial KCNA sembari mengungkit kejahatan Amerika atas apa yang ia sebut sebagai pembunuhan tanpa ampun terhadap jutaan warga sipil tak berdosa di Afghanistan, Irak, dan Yugoslavia.
Baru-baru ini, Kiev dan pendukung Barat-nya melontarkan tuduhan kejahatan perang terhadap Rusia, ketika mereka menuduh pasukan Moskow telah membunuh sejumlah warga sipil di kota Bucha, Ukraina.
Moskow dengan keras membantah tuduhan itu, mengeklaim bahwa bukti itu dimanipulasi oleh Ukraina sebagai bagian dari kampanye propaganda. Kremlin telah meminta penyelidikan PBB atas insiden tersebut.
Sebelum insiden Bucha, Biden terang-terangan menyebut Putin sebagai penjahat perang yang tak bisa terus berkuasa.
"Menyebut kepala negara berdaulat sebagai penjahat perang dan diktator pembunuh tanpa alasan yang dapat dibenarkan dan dikonfirmasi...adalah penghinaan terhadap negara lain dan jelas pelanggaran kedaulatan," tulis KCNA.
"Pernyataan sembrono seperti itu hanya dapat dibuat oleh keturunan Yankee, ahli dalam agresi dan pemuliaan plot."
“Mungkin masalah itu karena dia [Biden] membaca naskah yang sudah disiapkan para pembantunya sebelumnya,” sambung KCNA. “Jika tidak, kesimpulannya bisa jadi ada masalah dalam kemampuan intelektualnya dan bahwa ucapannya yang sembrono itu hanya menunjukkan kecerobohan seorang lelaki tua dalam kepikunannya.”
Media tersebut juga mengecam sanksi AS terhadap Rusia yang akan menjadi bumerang. "Washington akan menjadi pecundang terakhir di panggung dunia," tulis KCNA dalam editorialnya.
"Dengan menuduh Rusia melakukan kejahatan perang di Ukraina, AS berusaha mencemarkan nama baik Rusia dan mencapai keruntuhan rezimnya,” lanjut editorial tersebut.
"Ini mengingatkan salah satu dari pihak yang bersalah yang mengajukan gugatan terlebih dahulu," imbuh editorial KCNA sembari mengungkit kejahatan Amerika atas apa yang ia sebut sebagai pembunuhan tanpa ampun terhadap jutaan warga sipil tak berdosa di Afghanistan, Irak, dan Yugoslavia.
Baru-baru ini, Kiev dan pendukung Barat-nya melontarkan tuduhan kejahatan perang terhadap Rusia, ketika mereka menuduh pasukan Moskow telah membunuh sejumlah warga sipil di kota Bucha, Ukraina.
Moskow dengan keras membantah tuduhan itu, mengeklaim bahwa bukti itu dimanipulasi oleh Ukraina sebagai bagian dari kampanye propaganda. Kremlin telah meminta penyelidikan PBB atas insiden tersebut.
Sebelum insiden Bucha, Biden terang-terangan menyebut Putin sebagai penjahat perang yang tak bisa terus berkuasa.
"Menyebut kepala negara berdaulat sebagai penjahat perang dan diktator pembunuh tanpa alasan yang dapat dibenarkan dan dikonfirmasi...adalah penghinaan terhadap negara lain dan jelas pelanggaran kedaulatan," tulis KCNA.
"Pernyataan sembrono seperti itu hanya dapat dibuat oleh keturunan Yankee, ahli dalam agresi dan pemuliaan plot."
“Mungkin masalah itu karena dia [Biden] membaca naskah yang sudah disiapkan para pembantunya sebelumnya,” sambung KCNA. “Jika tidak, kesimpulannya bisa jadi ada masalah dalam kemampuan intelektualnya dan bahwa ucapannya yang sembrono itu hanya menunjukkan kecerobohan seorang lelaki tua dalam kepikunannya.”
(min)