Panglima Militer Inggris: Putin Melemah, Rusia Kalah dalam Perang Ukraina
loading...
A
A
A
LONDON - Panglima militer Inggris, Laksamana Sir Tony Radakin, mengatakan Presiden Vladimir Putin melemah dan Rusia telah kalah dalam perang Ukraina .
"Sosok yang lebih lemah dan lebih lemah hari ini daripada sebulan yang lalu," kata Radakin. “Dalam banyak hal, Putin sudah kalah."
Dia tidak memberikan indikator dari penilaian tersebut, meski fakta bahwa banyak wilayah Ukraina hancur dibombardir Rusia sejak invasi dimulai 24 Februari.
Militer Moskow mengeklaim invasinya telah menghancurkan hampir seluruh Angkatan Udara Ukraina. Sedangkan Angkatan Laut Kiev dianggap sudah dilenyapkan.
Namun, Kiev juga mengeklaim militer Moskow menderita kerugian besar termasuk ribuan tentaranya tewas, banyak peralatan perang termasuk jet-jet tempur dihancurkan.
“Jauh dari menjadi manipulator kejadian yang berpandangan jauh ke depan yang dia ingin kita percayai, Putin telah merusak dirinya sendiri melalui serangkaian salah penilaian yang membawa bencana," papar Radakin.
“Dia telah gagal untuk mengenali seberapa dalam gagasan tentang kedaulatan, demokrasi, dan identitas nasional telah mengakar di Ukraina," imbuh dia.
“Seperti semua otoriter, dia membiarkan dirinya disesatkan tentang kekuatannya sendiri, termasuk efektivitas angkatan bersenjata Rusia," paparnya, seperti dikutip dari The Mirror, Jumat (1/4/2022).
Radakin juga mengeklaim cetak biru yang diterbitkan Maret lalu mengidentifikasi Moskow sebagai ancaman terbesar bagi keamanan Inggris.
Lima minggu setelah pasukan Putin mengobarkan perang terhadap tetangga mereka, Radakin berkata: “Saya pikir kita harus melihat dan mengeksplorasi dan memahami apa arti peristiwa di Ukraina dan apa dampaknya terhadap Integrated Review, dan saya pikir itu sangat adil."
"Saya pikir akan menjadi gila untuk tidak memiliki kerendahan hati atau rasa ingin tahu untuk melihat lagi apa yang bisa kita pelajari dari apa yang terjadi," ujarnya.
Dokumen setebal 114 halaman, "Global Britain in a competitive age: The Integrated Review of Security, Defence, Development and Foreign Policy", mengatakan: “NATO akan tetap menjadi fondasi keamanan kolektif di wilayah asal kami di Euro-Atlantik, di mana Rusia tetap menjadi ancaman paling akut bagi keamanan kami.”
Dokumen itu menambahkan bahwa Rusia akan tetap menjadi ancaman langsung paling akut bagi Inggris.
Namun, para kritikus menyerukan agar peninjauan dibuka kembali dan lebih banyak uang dipompa ke angkatan bersenjata setelah pecahnya perang di Eropa.
Membela penelitian tersebut, Laksamana Sir Tony Radakin mengatakan kepada lembaga think-tank Institute for Government Whitehall: “Ini dengan tepat mengidentifikasi Rusia sebagai ancaman akut, ini memperkuat bahwa cara terbaik kami melindungi keamanan nasional kami dari ancaman khusus ini adalah melalui pertahanan kolektif-dan kami dalam aliansi militer paling kuat di dunia, yang disebut NATO.”
Mantan First Sea Lord tersebut mengatakan pasukan Inggris harus lebih aktif. "Dan terlibat di dunia untuk melindungi dan memajukan kepentingan nasional dan nilai-nilai demokrasi kita bersama."
"Pesaing berusaha untuk menantang dan merusak sistem internasional berbasis aturan di sini di Eropa dan di tempat lain," imbuh dia.
"Sosok yang lebih lemah dan lebih lemah hari ini daripada sebulan yang lalu," kata Radakin. “Dalam banyak hal, Putin sudah kalah."
Dia tidak memberikan indikator dari penilaian tersebut, meski fakta bahwa banyak wilayah Ukraina hancur dibombardir Rusia sejak invasi dimulai 24 Februari.
Militer Moskow mengeklaim invasinya telah menghancurkan hampir seluruh Angkatan Udara Ukraina. Sedangkan Angkatan Laut Kiev dianggap sudah dilenyapkan.
Namun, Kiev juga mengeklaim militer Moskow menderita kerugian besar termasuk ribuan tentaranya tewas, banyak peralatan perang termasuk jet-jet tempur dihancurkan.
“Jauh dari menjadi manipulator kejadian yang berpandangan jauh ke depan yang dia ingin kita percayai, Putin telah merusak dirinya sendiri melalui serangkaian salah penilaian yang membawa bencana," papar Radakin.
“Dia telah gagal untuk mengenali seberapa dalam gagasan tentang kedaulatan, demokrasi, dan identitas nasional telah mengakar di Ukraina," imbuh dia.
“Seperti semua otoriter, dia membiarkan dirinya disesatkan tentang kekuatannya sendiri, termasuk efektivitas angkatan bersenjata Rusia," paparnya, seperti dikutip dari The Mirror, Jumat (1/4/2022).
Radakin juga mengeklaim cetak biru yang diterbitkan Maret lalu mengidentifikasi Moskow sebagai ancaman terbesar bagi keamanan Inggris.
Lima minggu setelah pasukan Putin mengobarkan perang terhadap tetangga mereka, Radakin berkata: “Saya pikir kita harus melihat dan mengeksplorasi dan memahami apa arti peristiwa di Ukraina dan apa dampaknya terhadap Integrated Review, dan saya pikir itu sangat adil."
"Saya pikir akan menjadi gila untuk tidak memiliki kerendahan hati atau rasa ingin tahu untuk melihat lagi apa yang bisa kita pelajari dari apa yang terjadi," ujarnya.
Dokumen setebal 114 halaman, "Global Britain in a competitive age: The Integrated Review of Security, Defence, Development and Foreign Policy", mengatakan: “NATO akan tetap menjadi fondasi keamanan kolektif di wilayah asal kami di Euro-Atlantik, di mana Rusia tetap menjadi ancaman paling akut bagi keamanan kami.”
Dokumen itu menambahkan bahwa Rusia akan tetap menjadi ancaman langsung paling akut bagi Inggris.
Namun, para kritikus menyerukan agar peninjauan dibuka kembali dan lebih banyak uang dipompa ke angkatan bersenjata setelah pecahnya perang di Eropa.
Membela penelitian tersebut, Laksamana Sir Tony Radakin mengatakan kepada lembaga think-tank Institute for Government Whitehall: “Ini dengan tepat mengidentifikasi Rusia sebagai ancaman akut, ini memperkuat bahwa cara terbaik kami melindungi keamanan nasional kami dari ancaman khusus ini adalah melalui pertahanan kolektif-dan kami dalam aliansi militer paling kuat di dunia, yang disebut NATO.”
Mantan First Sea Lord tersebut mengatakan pasukan Inggris harus lebih aktif. "Dan terlibat di dunia untuk melindungi dan memajukan kepentingan nasional dan nilai-nilai demokrasi kita bersama."
"Pesaing berusaha untuk menantang dan merusak sistem internasional berbasis aturan di sini di Eropa dan di tempat lain," imbuh dia.
(min)