AS Tak Bisa Kontak Rusia sejak Invasi ke Ukraina, Dikhawatirkan Bakal Perang Dunia III
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Sebuah laporan mengungkap bahwa militer Amerika Serikat (AS) sudah tidak bisa melakukan kontak telepon dengan militer Rusia sejak invasi Moskow ke Ukraina pada 24 Februari lalu. Putusnya komunikasi ini memicu kekhawatiran dua kekuatan nuklir "berjalan dalam tidur" menuju Perang Dunia III.
Mengutip Washington Post, upaya berulang oleh para pemimpin pertahanan dan militer Amerika untuk berbicara dengan rekan-rekan Rusia mereka telah ditolak oleh Moskow sejak bulan lalu.
Lantaran invasi Rusia ke Ukraina, Menteri Pertahanan Amerika Lloyd Austin dan Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark A. Milley telah mencoba untuk melakukan panggilan telepon dengan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu dan Panglima Militer Jenderal Valery Gerasimov.
"Tetapi Rusia sejauh ini menolak untuk terlibat," kata juru bicara Pentagon John Kirby.
Upaya yang dicoba oleh Austin dan Milley, yang belum pernah dilaporkan, datang ketika Rusia melakukan operasi di dekat perbatasan anggota NATO; Polandia dan Rumania, sementara Amerika Serikat dan sekutu Eropa melakukan operasi kepolisian udara atas Laut Baltik dan memsok senjata dan peralatan tempur ke Ukraina dengan transportasi darat.
Moskow dan Washington memelihara saluran dekonflik tetapi pejabat saat ini dan mantan pejabat mengatakan kontak dari pemimpin militer berpangkat lebih tinggi diperlukan untuk menghindari eskalasi atau memicu kebingungan yang tidak perlu.
"Ada risiko tinggi eskalasi tanpa pemadaman kontak langsung antara pejabat paling senior," kata James Stavridis, yang menjabat sebagai Komandan Sekutu di NATO dari 2009 hingga 2013.
"Orang-orang [Rusia] yang sangat muda terbang dalam jet, kapal perang yang beroperasi, dan melakukan operasi tempur dalam Perang Ukraina. Mereka bukan diplomat berpengalaman, dan tindakan mereka dalam panas operasi dapat disalahpahami," ujarnya.
"Kita harus menghindari skenario NATO dan Rusia berjalan sambil tidur menuju perang karena para pemimpin senior tidak bisa mengangkat telepon dan menjelaskan satu sama lain apa yang terjadi," imbuh dia.
Penggunaan rudal hipersonik Rusia baru-baru ini dan persenjataan canggih lainnya terhadap target di Ukraina barat telah menggarisbawahi ancaman limpahan ke konfrontasi yang lebih luas.
Mengutip Washington Post, upaya berulang oleh para pemimpin pertahanan dan militer Amerika untuk berbicara dengan rekan-rekan Rusia mereka telah ditolak oleh Moskow sejak bulan lalu.
Lantaran invasi Rusia ke Ukraina, Menteri Pertahanan Amerika Lloyd Austin dan Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark A. Milley telah mencoba untuk melakukan panggilan telepon dengan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu dan Panglima Militer Jenderal Valery Gerasimov.
"Tetapi Rusia sejauh ini menolak untuk terlibat," kata juru bicara Pentagon John Kirby.
Upaya yang dicoba oleh Austin dan Milley, yang belum pernah dilaporkan, datang ketika Rusia melakukan operasi di dekat perbatasan anggota NATO; Polandia dan Rumania, sementara Amerika Serikat dan sekutu Eropa melakukan operasi kepolisian udara atas Laut Baltik dan memsok senjata dan peralatan tempur ke Ukraina dengan transportasi darat.
Baca Juga
Moskow dan Washington memelihara saluran dekonflik tetapi pejabat saat ini dan mantan pejabat mengatakan kontak dari pemimpin militer berpangkat lebih tinggi diperlukan untuk menghindari eskalasi atau memicu kebingungan yang tidak perlu.
"Ada risiko tinggi eskalasi tanpa pemadaman kontak langsung antara pejabat paling senior," kata James Stavridis, yang menjabat sebagai Komandan Sekutu di NATO dari 2009 hingga 2013.
"Orang-orang [Rusia] yang sangat muda terbang dalam jet, kapal perang yang beroperasi, dan melakukan operasi tempur dalam Perang Ukraina. Mereka bukan diplomat berpengalaman, dan tindakan mereka dalam panas operasi dapat disalahpahami," ujarnya.
"Kita harus menghindari skenario NATO dan Rusia berjalan sambil tidur menuju perang karena para pemimpin senior tidak bisa mengangkat telepon dan menjelaskan satu sama lain apa yang terjadi," imbuh dia.
Penggunaan rudal hipersonik Rusia baru-baru ini dan persenjataan canggih lainnya terhadap target di Ukraina barat telah menggarisbawahi ancaman limpahan ke konfrontasi yang lebih luas.