Kecewa NATO Lemah, Ukraina Ingin Bersekutu dengan Negara Bersenjata Nuklir

Rabu, 16 Maret 2022 - 04:14 WIB
loading...
Kecewa NATO Lemah, Ukraina...
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebut NATO lemah dalam menyikapi invasi Rusia. Ukraina kini ingin membentuk aliansi dengan negara-negara bersenjata nuklir. Foto/REUTERS
A A A
KIEV - Ukraina berencana membuat aliansi pertahanan dengan negara-negara yang dipersenjatai bom nuklir seperti Inggris. Rencana ini muncul setelah Kiev kecewa pada NATO yang dianggap lemah karena tidak berbuat banyak dalam melawan invasi Rusia.

Rencana Kiev untuk bersekutu dengan negara-negara bersenjata nuklir itu disampaikan pejabat tinggi keamanan setempat, Alexey Danilov, dalam sebuah wawancara radio pada hari Selasa (15/3/2022).

“Seluruh dunia sudah memahami apa yang terjadi di Ukraina. Sayangnya, tidak semua negara bereaksi dengan tepat,” kata Danilov, yang memimpin Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional (NSDC) Ukraina, kepada NV Radio Kiev.

Kutipan pernyataannya kemudian di-posting di Facebook oleh NDSC.

Baca juga: Frustrasi, Zelensky: Ukraina Harus Terima Kenyataan Tak Bisa Gabung NATO

Dia mengecam negara-negara yang lebih peduli tentang uang daripada nilai-nilai demokrasi. Menurutnya, beberapa negara Barat berada di pihak Kiev. "Tetapi yang lain membuat kami tergantung pada saat yang sulit, dan nama mereka akan hidup dalam keburukan," katanya.

Danilov menolak sekelompok organisasi internasional yang dibentuk setelah Perang Dunia II sebagai badan yang tidak berguna. Sebab, keberadaannya tidak memengaruhi apa pun, melainkan hanya menyampaikan keprihatinan.

“Ukraina perlu membuat aliansi pertahanan baru, yang harus mencakup negara dengan senjata nuklir. Hari ini adalah Inggris," katanya.

Dia juga mengatakan Ukraina telah mempersiapkan kemungkinan perang sejak November 2021, bahwa Kiev akan menang. Menurutnya, Presiden Volodymyr Zelensky akan tidak mengambil satu langkah mundur dalam membela kepentingan nasional Ukraina.

Sebelumnya pada hari yang sama, Zelensky mengecam NATO sebagai aliansi lemah dan mempertanyakan komitmen aliansi pimpinan Amerika Serikat (AS) itu untuk membela anggotanya, karena menolak untuk terlibat di Ukraina.

NATO telah menyalurkan puluhan juta dolar dalam bentuk senjata dan bantuan lainnya ke Kiev dan memberlakukan embargo ekonomi yang luas terhadap Rusia. Namun, aliansi itu menolak mengirim pasukan, jet tempur dan juga menolak permintaan Kiev untuk memberlakukan zona larangan terbang di atas wilayah udara Ukraina.

Dalam pidato video pada hari Selasa, presiden Ukraina mengatakan warganya telah menyadari bahwa mereka tidak akan diizinkan untuk bergabung dengan NATO dan sebagai gantinya mulai mengandalkan kekuatannya sendiri.

Salah satu tuntutan keamanan utama Rusia yang disuarakan kepada NATO pada bulan Desember adalah janji agar Ukraina tetap netral. NATO dan AS menolak ini, bersikeras pada kebijakan "pintu terbuka" aliansi tersebut.

Moskow menginvasi Ukraina sejak 24 Februari, dengan mengatakan bahwa Rusia harus melakukan demiliterisasi dan "de-Nazifikasi" pemerintah di Kiev setelah menolak untuk menyelesaikan konflik Donbass secara damai dan mencari senjata nuklir dan keanggotaan NATO. Ukraina mengecam langkah itu sebagai serangan tidak beralasan.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Krisis Kepercayaan pada...
Krisis Kepercayaan pada F-35 AS Dorong Kebangkitan Eropa Kembangkan Jet Tempur Generasi Ke-6
Oposisi Jerman Desak...
Oposisi Jerman Desak NATO Diganti Aliasi Baru yang Libatkan Rusia dan AS
Pertama Kali di Dunia,...
Pertama Kali di Dunia, Kapal Nirawak Ukraina Tembak Jatuh Jet Tempur Su-30 Flanker Rusia
Ini Respons Rusia setelah...
Ini Respons Rusia setelah Zelensky Ancam Pemimpin Dunia yang Hadiri Perayaan Hari Kemenangan di Moskow
Pakistan: Kami Akan...
Pakistan: Kami Akan Gunakan Spektrum Kekuatan Penuh, Termasuk Nuklir, Jika Diserang India
Zelensky Ancam Pemimpin...
Zelensky Ancam Pemimpin Dunia yang Hadir di Perayaan Hari Kemenangan di Moskow
Eropa Lepas Aset Beku...
Eropa Lepas Aset Beku Rusia Rp55,1 Triliun, Investor Barat Kecipratan
Partai Buruh Menangi...
Partai Buruh Menangi Pemilu, Anthony Albanese Kembali Menjabat Sebagai PM Australia
China Uji Coba Bom Hidrogen...
China Uji Coba Bom Hidrogen Hasilkan Suhu 1.000 Derajat Celsius, Jauh Lebih Dahsyat dari TNT
Rekomendasi
Arti 27 Club di Lirik...
Arti 27 Club di Lirik Lagu Stop the Rain Kolaborasi RM BTS dan Tablo Epik High
Prabowo: Pemerintah...
Prabowo: Pemerintah Sekuat Tenaga Akan Turunkan Biaya Haji
Real Madrid vs Celta...
Real Madrid vs Celta Vigo di LaLiga, Saksikan Live Streaming di VISION+
Berita Terkini
Kapan Manusia Mulai...
Kapan Manusia Mulai Berperang untuk Pertama Kalinya?
Berencana Melancarkan...
Berencana Melancarkan Teror di Inggris, 8 Orang yang Berafiliasi dengan Iran Ditangkap
Tembok Hijau China di...
Tembok Hijau China di Gurun Taklimakan: Ambisi Besar yang Sisakan Masalah Ekologis
Hanya Jadi Boneka, PM...
Hanya Jadi Boneka, PM Yaman Ahmed bin Mubarak Pilih Mundur
Politikus Muslim Ini...
Politikus Muslim Ini Ungkap Rahasia Kesuksesan Singapura
Krisis Kepercayaan pada...
Krisis Kepercayaan pada F-35 AS Dorong Kebangkitan Eropa Kembangkan Jet Tempur Generasi Ke-6
Infografis
Memanas, Pakistan Ancam...
Memanas, Pakistan Ancam Serang India dengan Senjata Nuklir
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved