1.400 Tentara Rusia yang Terluka di Ukraina telah Keluar Rumah Sakit
loading...
A
A
A
MOSKOW - Sebanyak 1.400 tentara Rusia yang terluka dalam serangan Moskow di Ukraina telah dipulangkan dari rumah sakit.
Laporan itu diungkapkan surat kabar Krasnaya Zvezda (Bintang Merah), media resmi Kementerian Pertahanan (Kemhan) Rusia, pada Minggu (13/3/2022).
“Mereka dirawat di rumah sakit militer di Moskow, di mana beberapa dari mereka menjalani operasi,” ungkap laporan Krasnaya Zvezda.
Surat kabar itu menambahkan bahwa pasukan yang pulih sekarang akan dikirim ke fasilitas perawatan untuk rehabilitasi.
“Mereka semua telah menyatakan kesediaan untuk bergabung kembali dengan unit mereka setelah pemulihan penuh untuk lebih memenuhi tugas mereka sebagai bagian dari ‘operasi militer khusus,’” papar laporan Krasnaya Zvezda.
Moskow pertama kali mengungkapkan jumlah tentara yang tewas dan terluka di Ukraina pada 2 Maret.
Pada saat itu, Kementerian Pertahanan Rusia menyebutkan jumlah korban tewas 498 orang, dan mengatakan bahwa 1.597 prajurit terluka.
Rusia menolak klaim Kiev bahwa ada korban Rusia yang "tak terhitung" korban Rusia. Menurut Rusia, klaim Ukraina itu sebagai disinformasi.
Sejak itu, militer Rusia belum memperbarui jumlah korban tewas. Pihak Ukraina secara teratur merilis perkiraan warga Rusia yang terbunuh, mengklaim "lebih dari 12.000" tentara Rusia mungkin telah kehilangan nyawa mereka dalam serangan itu.
Pada Minggu, Kiev mengatakan bahwa sedikitnya 35 orang tewas dan lebih dari 130 terluka di kawasan militer Yavoriv, juga dikenal sebagai Pusat Internasional untuk Penjaga Perdamaian dan Keamanan, di luar Lviv, dekat perbatasan Ukraina dengan Polandia.
Militer Rusia mengkonfirmasi serangan jarak jauh di Yavoriv dan pusat pelatihan militer terdekat, dengan mengatakan itu dilakukan dengan senjata presisi tinggi.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov mengatakan selama briefing pada Minggu bahwa "hingga 180 pejuang asing" tewas dan sejumlah besar senjata asing dihancurkan dalam serangan itu. Kiev kemudian menyebut klaim itu sebagai "propaganda."
Moskow menyerang tetangganya pada akhir Februari, menyusul kebuntuan tujuh tahun atas kegagalan Ukraina untuk menerapkan ketentuan Perjanjian Minsk, dan pengakuan Rusia atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol yang ditengahi Jerman dan Prancis telah dirancang untuk mengatur status wilayah-wilayah tersebut di dalam negara Ukraina.
Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana merebut kembali kedua republik di Donbass dengan paksa.
Laporan itu diungkapkan surat kabar Krasnaya Zvezda (Bintang Merah), media resmi Kementerian Pertahanan (Kemhan) Rusia, pada Minggu (13/3/2022).
“Mereka dirawat di rumah sakit militer di Moskow, di mana beberapa dari mereka menjalani operasi,” ungkap laporan Krasnaya Zvezda.
Surat kabar itu menambahkan bahwa pasukan yang pulih sekarang akan dikirim ke fasilitas perawatan untuk rehabilitasi.
“Mereka semua telah menyatakan kesediaan untuk bergabung kembali dengan unit mereka setelah pemulihan penuh untuk lebih memenuhi tugas mereka sebagai bagian dari ‘operasi militer khusus,’” papar laporan Krasnaya Zvezda.
Moskow pertama kali mengungkapkan jumlah tentara yang tewas dan terluka di Ukraina pada 2 Maret.
Pada saat itu, Kementerian Pertahanan Rusia menyebutkan jumlah korban tewas 498 orang, dan mengatakan bahwa 1.597 prajurit terluka.
Rusia menolak klaim Kiev bahwa ada korban Rusia yang "tak terhitung" korban Rusia. Menurut Rusia, klaim Ukraina itu sebagai disinformasi.
Sejak itu, militer Rusia belum memperbarui jumlah korban tewas. Pihak Ukraina secara teratur merilis perkiraan warga Rusia yang terbunuh, mengklaim "lebih dari 12.000" tentara Rusia mungkin telah kehilangan nyawa mereka dalam serangan itu.
Pada Minggu, Kiev mengatakan bahwa sedikitnya 35 orang tewas dan lebih dari 130 terluka di kawasan militer Yavoriv, juga dikenal sebagai Pusat Internasional untuk Penjaga Perdamaian dan Keamanan, di luar Lviv, dekat perbatasan Ukraina dengan Polandia.
Militer Rusia mengkonfirmasi serangan jarak jauh di Yavoriv dan pusat pelatihan militer terdekat, dengan mengatakan itu dilakukan dengan senjata presisi tinggi.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov mengatakan selama briefing pada Minggu bahwa "hingga 180 pejuang asing" tewas dan sejumlah besar senjata asing dihancurkan dalam serangan itu. Kiev kemudian menyebut klaim itu sebagai "propaganda."
Moskow menyerang tetangganya pada akhir Februari, menyusul kebuntuan tujuh tahun atas kegagalan Ukraina untuk menerapkan ketentuan Perjanjian Minsk, dan pengakuan Rusia atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol yang ditengahi Jerman dan Prancis telah dirancang untuk mengatur status wilayah-wilayah tersebut di dalam negara Ukraina.
Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana merebut kembali kedua republik di Donbass dengan paksa.
(sya)