Ketika Museum Belanda Pamerkan Dokumentasi Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

Kamis, 10 Februari 2022 - 16:04 WIB
loading...
Ketika Museum Belanda Pamerkan Dokumentasi Perjuangan Kemerdekaan Indonesia
Rijksmuseum di Belanda menggelar pameran Revolusi! Indonesia Independent yang memamerkan dokumentasi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Foto/Rijksmuseum
A A A
AMSTERDAM - Belanda merupakan negara yang pernah menjajah Indonesia . Apa jadinya ketika museum negara itu mamamerkan dokumentasi perjuangan kemerdekaan mantan jajahannya?

Baju sobek peluru dan foto para pejuang kemerdekaan adalah salah satu dokumentasi dalam pameran inovatif tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia di Rijksmuseum, Amsterdam.

Menurut penyelenggara, pameran "Revolusi! Indonesia Independent” yang dibuka untuk umum pada hari Jumat dirancang untuk “membuka diskusi” tentang era bermasalah antara Belanda dan salah satu koloninya yang paling berharga.



Tujuannya adalah untuk mengkaji dari perspektif Indonesia dan Belanda perjuangan kemerdekaan negara Asia Tenggara, dari mendeklarasikan kemerdekaannya pada Agustus 1945 hingga pengakuan Belanda pada tahun 1949 setelah empat tahun pertempuran berdarah.

“Kami benar-benar ingin menceritakan kisah-kisah pribadi yang memberikan potongan-potongan dari waktu yang sangat penting ini,” kata direktur Rijksmuseum, Taco Dibbits, kepada AFP dalam sebuah pratinjau.

“Kami ingin menunjukkan ini dan membuka diskusi tentang ini.”

Baju Anti-peluru

Pameran ini menampilkan benda-benda milik 23 saksi mata perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Salah satu pameran yang pedih adalah baju bekas peluru milik Tjokorda Rai Pudak, seorang pejuang kemerdekaan Indonesia berusia 42 tahun yang ditembak mati pada 9 Oktober 1946, sehari setelah dia ditangkap oleh milisi Bali yang didukung oleh pasukan Belanda.

Lainnya adalah lukisan cat air kecil Mohammad Toha, 11 tahun pada saat itu, yang mendokumentasikan pendaratan pasukan kolonial Belanda di kota Yogyakarta pada bulan Desember 1948.

Lukisan aquarelle, kecil sehingga tidak dapat ditemukan, menunjukkan pesawat pengebom Belanda di atas kota, pasukan terjun payung Belanda mendarat dan korban di pemakaman.

Juga dipamerkan adalah mantel pagi yang dibuat oleh wanita Belanda; Jeanne Van Leur-de Loos, dari peta sutra yang digunakan oleh tentara Inggris.

“Semakin Anda menceritakan kisah-kisah ini, semakin dekat Anda dengan masa lalu,” kata Bonnie Triyana, sejarawan Indonesia dan kurator tamu pameran tersebut.

Dalam beberapa tahun terakhir, Belanda akhirnya mulai bergulat dengan warisan sejarah kolonialismenya.

Rijksmuseum tahun lalu menggelar pameran sejarah perbudakan Belanda.

Tetapi pendudukan Belanda selama tiga abad di Indonesia, yang dulu dikenal sebagai Hindia Belanda, khususnya tetap menjadi subjek yang lembut di Belanda.

Bulan lalu sebuah kelompok yang mewakili para korban kolonialisme Belanda mengajukan tuntutan terhadap Rijksmuseum dan direkturnya atas istilah yang digunakan dalam pameran tersebut.

Kata “bersiap” digunakan di Belanda untuk merujuk pada waktu tepat setelah Perang Dunia II ketika warga negara Belanda, China, dan lainnya yang dicurigai bersimpati dengan pasukan kolonial menjadi sasaran pasukan kemerdekaan.

Kelompok tersebut mengatakan itu adalah "istilah rasis dan menghina" yang digunakan untuk meminggirkan sekelompok warga keturunan Belanda-Indonesia.

Namun jaksa Belanda pada hari Rabu membatalkan tuduhan itu, dengan mengatakan istilah itu “tidak mengandung kesimpulan negatif tentang orang Indonesia sebagai sebuah kelompok karena ras mereka”.

Raja Belanda Willem-Alexander secara resmi meminta maaf pada tahun 2020 atas “kekerasan berlebihan” selama perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Direktur museum, Dibbits, mengatakan ada "banyak emosi" di sekitar masalah ini.

“Banyak orang sangat menderita di bawah kekerasan ekstrem selama revolusi dan rasa sakit ini masih terasa sampai sekarang,” kata Dibbits, seperti dikutip AFP, Kamis (10/2/2022).

"Sangat bagus bahwa topik ini sekarang dibahas."

Pameran “Revolusi! Indonesia Independent” berlangsung hingga 5 Juni 2022.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1324 seconds (0.1#10.140)