Blue Diamond Affair: Pencurian Berlian Pangeran Faisal hingga Dibunuhnya 4 Orang Saudi

Jum'at, 28 Januari 2022 - 14:46 WIB
loading...
Blue Diamond Affair:...
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (kanan) bersama Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-ocha di Riyadh, 26 Januari 2022. Kedua pemerintah pulihkan hubungan diplomatik, 33 tahun setelah kasus Blue Diamond Affair. Foto/SPA
A A A
RIYADH - Arab Saudi dan Thailand sepakat memulihkan hubungan diplomatik 33 tahun setelah skandal pencurian berlian milik Pangeran Faisal bin Fahd al-Saud di istananya yang dikenal sebagai "Blue Diamond Affair".

Berlian, permata dan perhiasan lainnya dicuripelayan asal Thailand yang bekerja di istana Pangeran Faisal pada 1989. Pelaku kemudian melarikan diri.

Kasus itu berujung tragis ketika 4 orang Arab Saudi yang ditugaskan mencari perhiasan mahal itu justru dibunuh di Thailand. Sejak itu, hubungan diplomatik kedua negara rusak.



Namun, secara mengejutkan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) mengundang Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-ocha pada Selasa (25/1/2022) lalu. Pada hari Rabu (26/1/2022), kedua pemerintah sepakat untuk memulihkan hubungan diplomatik.

"Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-ocha menyampaikan kepada Putra Mahkota Mohammed bin Salman penyesalan yang tulus atas kasus-kasus tragis yang terjadi di Thailand antara 1989-1990," tulis Saudi Press Agency (SPA) yang dikelola pemerintah.

Berikut alur "Blue Diamond Affair" yang sejatinya belum terselesaikan:

1. Pencurian Berlian

Pada tahun 1989, Kriangkrai Techamong, seorang pelayan asal Thailand, mencuri 91 kg (200 pon) aneka perhiasan, terutama berlian biru 50 karat yang sangat mahal, dari istana Pangeran Faisal bin Fahd, di mana ia dipekerjakan.

Kriangkrai memiliki akses ke kamar tidur Pangeran Faisal dan menyembunyikan perhiasan curian di tas penyedot debu di istana.

Dia melarikan diri dengan aneka perhiasan curian ke rumahnya di Provinsi Lampang, Thailand.

Permata dijual dengan harga murah. Seorang pembuat perhiasan Bangkok, Santhi Sithanakan, mengetahui penjualan tersebut dan membeli sebagian besar permata dari Kriangkrai dengan harga murah.

2. Perburuan Berlian

Polisi Kerajaan Thailand meluncurkan penyelidikan yang timnya dipimpin oleh Letnan Jenderal Chalor Kerdthes. Penyelidikan mengarah pada penangkapan Kriangkrai dan interogasi Santhi serta pengembalian sebagian besar perhiasan yang dicuri.

Kriangkai dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara, tetapi dia dibebaskan setelah tiga tahun karena dia bekerja sama dengan polisi dan telah mengaku.

Tim Letnan Jenderal Chalor terbang ke Arab Saudi untuk mengembalikan barang-barang yang dicuri. Namun, pihak berwenang Arab Saudi menemukan bahwa berlian biru itu hilang dan sekitar setengah dari permata yang dikembalikan itu palsu.

Sedangkan di Bangkok, muncul desas-desus yang menyebar di kalangan pers menyebutkan ada foto di gala amal yang menunjukkan sejumlah istri pemerintah mengenakan kalung berlian mirip dengan yang dicuri dari istana Saudi. Hal itu memicu kecurigaan Arab Saudi bahwa polisi dan pejabat Thailand telah mengambil perhiasan itu untuk diri mereka sendiri.

3. Penyelidikan Tragis Saudi

Mohammad al-Ruwaili, seorang pengusaha Arab Saudi yang dekat dengan keluarga kerajaan, pergi ke Bangkok untuk menyelidiki sendiri. Dia hilang pada 12 Februari 1990 dan diduga telah dibunuh.

Sebelum menghilang, pada 4 Januari 1989, seorang diplomat Arab Saudi dibunuh di Si Lom, Distrik Bang Rak, Bangkok. Pada 1 Februari 1990, dua diplomat Saudi lagi dibunuh di Thung Mahamek di Distrik Yan Nawa Bangkok. Rentetan pembunuhan juga belum terpecahkan.

Belum jelas apakah pembunuhan terhadap Ruwaili dan para diplomat itu berhubungan dengan upaya penyelidikan pencurian perhiasan, namun pemerintah Saudi saat itu berpandangan bahwa pemerintah Thailand tidak berbuat cukup untuk memecahkan misteri seputar pembunuhan Ruwaili dan tiga diplomat Saudi.

Letnan Jenderal Chalor kemudian didakwa dan dihukum karena memerintahkan pembunuhan tahun 1995 terhadap istri dan putra seorang pedagang permata yang diduga terlibat dalam skandal tersebut, dan dia dijatuhi hukuman mati.

Mahkamah Agung Thailand menguatkan putusan tersebut dan menghukum mati Chalor pada 16 Oktober 2009. Namun, hukuman Chalor dikurangi menjadi lima puluh tahun penjara oleh Raja Bhumibol Adulyadej pada hari ulang tahun ke-84 sang raja.

Enam polisi lainnya juga dihukum karena terlibat dalam pembunuhan itu. Salah satu dari mereka yang terlibat, Letnan Kolonel Polisi Pansak Mongkolsilp, pada tahun 2002 dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Putusan itu dikuatkan dalam vonis pengadilan banding pada tahun 2005, tetapi ia dibebaskan pada tahun 2012.

4. Hubungan Diplomatik Rusak

Hubungan diplomatik kedua negara rusak setelah skandal pencurian berlian dan rentetan pembunuhan itu. Arab Saudi berhenti mengeluarkan visa kerja untuk warga Thailand dan melarang warganya mengunjungi Bangkok.

Misi diplomatik diturunkan ke tingkat kuasa usaha. Jumlah orang Thailand yang bekerja di Arab Saudi turun dari antara 150.000-200.000 pada tahun 1989 menjadi hanya 10.000 pada tahun 2008.

Pengiriman uang ke Thailand sekitar 200 miliar baht, karena lebih sedikit pekerja Thailand yang diizinkan bekerja di Arab Saudi.

5. Pencuri Berlian Jadi Biksu

Pada 17 Maret 2016 Kriangkrai Techamong, saat itu berusia 65 tahun, mengatakan kepada wartawan di rumahnya di Lampang bahwa ia akan menjadi biksu selama sisa hidupnya untuk bertobat atas tindakan tidak jujurnya.

Dia telah menghabiskan hampir lima tahun di penjara Thailand karena pencurian tersebut. Kriangkrai mengatakan dia yakinberlian biru yang hilang itu terkutuk dan mengatakan bahwa pencuriannya telah membawa serangkaian malapetaka pada dirinya dan keluarganya.

Chalor Kerdthes diberikan pengampunan oleh Kerajaan Thailand dan dibebaskan pada Agustus 2015. Ia hadir pada upacara penahbisan Kriangkrai.

Pada 22 Maret 2019, Mahkamah Agung Thailand membebaskan lima petugas polisi atas penculikan dan pembunuhan pengusaha Saudi Mohammad al-Ruwaili pada tahun 1990. Pengadilan mengutip kurangnya bukti.

Selama bertahun-tahun, tuduhan terhadap lima polisi berulang kali dilontarkan. Pengadilan pidana menolak kasus tersebut pada tahun 2014, sebuah putusan yang dikuatkan oleh pengadilan banding pada tahun berikutnya.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1324 seconds (0.1#10.140)