Dituduh Parlemen Prancis Lakukan Genosida terhadap Muslim Uighur, China Murka

Jum'at, 21 Januari 2022 - 19:47 WIB
loading...
Dituduh Parlemen Prancis...
Kamp Muslim Uighur yang dibangun China di Xinjiang. Foto/Dok.Sindonews
A A A
BEIJING - China mengutuk resolusi parlemen Prancis yang menuduh Beijing melakukan genosida terhadap penduduk Muslim Uighur , sebuah langkah yang telah merenggangkan hubungan dua negara dua minggu sebelum Olimpiade Musim Dingin.

Resolusi tersebut menambah suara negara-negara Barat yang telah mengkritik Beijing karena menempatkan sekitar 1 juta etnis Muslim Uighur di kamp-kamp kerja paksa. Barat menyebut kekerasan yang dilakukan oleh Republik Rakyat Tiongkok terhadap orang Uyghur sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida."

Majelis Nasional Prancis bergabung dengan parlemen Kanada, Belanda, Inggris dan Belgia yang telah meloloskan mosi serupa. Sedangkan Pemerintah Amerika Serikat (AS) secara resmi menuduh China melakukan genosida di Xinjiang barat.

Tetapi China menolak tuduhan semacam itu dan menyerang anggota parlemen Prancis.

"Resolusi Majelis Nasional Prancis tentang Xinjiang mengabaikan fakta dan pengetahuan hukum dan sangat mencampuri urusan dalam negeri China," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian pada konferensi pers reguler.

"China dengan tegas menentangnya," imbuhnya seperti dilansir dari VOA, Jumat (21/1/2022).



Mosi Prancis diusulkan oleh oposisi Sosialis di majelis rendah parlemen tetapi juga didukung oleh partai Republic on the Move (LREM) pimpinan Presiden Emmanuel Macron.

Resolusi tidak mengikat oleh Majelis Nasional Prancis diadopsi dengan 169 suara yang mendukung dan hanya satu menentang.

Mosi ini menyerukan kepada pemerintah Prancis untuk melakukan langkah-langkah yang diperlukan dalam komunitas internasional dan dalam kebijakan luar negerinya terhadap Republik Rakyat China untuk melindungi kelompok minoritas di wilayah Xinjiang.

"China adalah kekuatan besar. Kami mencintai orang-orang China. Tapi kami menolak untuk tunduk pada propaganda dari rezim yang mengandalkan kepengecutan kami dan ketamakan kami untuk melakukan genosida di depan mata," kata ketua partai Sosialis Olivier Faure.

Dia menceritakan kesaksian kepada parlemen dari para penyintas Muslim Uighur yang menceritakan kondisi di dalam kamp-kamp interniran di mana pria dan perempuan tidak dapat berbaring di sel, menjadi sasaran pemerkosaan dan penyiksaan, serta transplantasi organ paksa.

Pemerintah Prancis telah menolak untuk menyebut perlakuan China terhadap minoritas Uighur sebagai genosida, dengan alasan bahwa itu adalah istilah hukum yang hanya dapat dibuktikan dengan penyelidikan yudisial.



Beijing sendiri telah menolak permintaan berulang kali dari Komisi Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia untuk mengunjungi wilayah tersebut guna menyelidiki.

Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang berusaha menghindari terseret ke dalam hubungan yang semakin konfrontatif antara China dan Amerika Serikat, sempat ditanya tentang Uighur saat tampil di hadapan Parlemen Eropa pada hari Rabu.

"Prancis mengangkat ini dengan cara yang sangat jelas dalam semua pembicaraan bilateral kami (dengan Beijing)," katanya kepada anggota Majelis Parlemen Eropa Raphael Glucksmann.

Dia mengatakan dia mendukung peraturan Uni Eropa (UE) yang akan melarang impor barang yang dihasilkan dari kerja paksa dan mendukung peningkatan persyaratan pada perusahaan Eropa yang beroperasi di China untuk memeriksa rantai pasokan.

Kelompok hak asasi manusia mengatakan mereka telah menemukan bukti penahanan massal, kerja paksa, indoktrinasi politik, penyiksaan dan sterilisasi paksa di Xinjiang.

Beijing telah menyangkal genosida atau keberadaan kamp kerja paksa di Xinjiang dan menuduh etnis Uighur bersaksi di luar negeri tentang kondisi di wilayah barat laut sebagai pembohong bayaran.



Setelah awalnya menyangkal keberadaan kamp Xinjiang sama sekali, China kemudian membela mereka sebagai pusat pelatihan kejuruan yang bertujuan untuk mengurangi daya tarik ekstremisme Islam.

AS telah menjatuhkan sanksi pada daftar politisi dan perusahaan China yang terus bertambah atas perlakuan terhadap Muslim Uighur, yang mengarah ke tindakan balas dendam dari Beijing.

China telah memberikan sanksi kepada anggota parlemen Eropa, Inggris dan AS, serta akademisi yang mempelajari Xinjiang dan sebuah firma hukum London.

(ian)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1126 seconds (0.1#10.140)