Protes Berdarah Kazakhstan, Polisi Habisi Puluhan Demonstran
loading...
A
A
A
ALMATY - Pasukan polisi di Kazakhstan membunuh puluhan demonstran yang mencoba menyerbu gedung administrasi di kota Almaty, semalam. Sedangkan di pihak polisi dan tentara, sebanyak 18 personel tewas sejak protes berdarah pecah.
"Tadi malam, pasukan ekstremis mencoba menyerang gedung administrasi, departemen kepolisian kota Almaty, serta komisariat polisi setempat," kata juru bicara polisi setempat, Saltanat Azirbek, yang dikutip kantor berita Interfax-Kazakhstan, TASS dan RIA Novosti, Jumat (7/1/2022).
“Puluhan penyerang disingkirkan,” katanya, seraya menambahkan bahwa polisi sedang memverifikasi identitas mereka.
Sementara itu, Kementerian Dalam Negeri mengatakan sebanyak 18 petugas polisi dan tentara tewas dalam apa yang digambarkan sebagai "operasi kontra-terorisme".
Kazakhstan telah lama dipandang sebagai salah satu republik pecahan Uni Soviet paling stabil di Asia Tengah.
Namun, negara yang kaya energi ini menghadapi krisis terbesarnya dalam beberapa dekade setelah pengunjuk rasa yang marah atas kenaikan harga bahan bakar menyerbu gedung-gedung pemerintah.
Sebuah aliansi militer Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang dipimpin Rusia, telah mengirim mengirim pasukan penjaga perdamaian untuk menstabilkan negara itu. Aliansi tersebut menyalahkan campur tangan asing di balik protes massa.
CSTO adalah perjanjian keamanan antara enam negara bekas Soviet, yang menggabungkan Armenia, Belarus, Kazakhstan, Kirgistan, Rusia, dan Tajikistan.
"Tadi malam, pasukan ekstremis mencoba menyerang gedung administrasi, departemen kepolisian kota Almaty, serta komisariat polisi setempat," kata juru bicara polisi setempat, Saltanat Azirbek, yang dikutip kantor berita Interfax-Kazakhstan, TASS dan RIA Novosti, Jumat (7/1/2022).
“Puluhan penyerang disingkirkan,” katanya, seraya menambahkan bahwa polisi sedang memverifikasi identitas mereka.
Sementara itu, Kementerian Dalam Negeri mengatakan sebanyak 18 petugas polisi dan tentara tewas dalam apa yang digambarkan sebagai "operasi kontra-terorisme".
Kazakhstan telah lama dipandang sebagai salah satu republik pecahan Uni Soviet paling stabil di Asia Tengah.
Namun, negara yang kaya energi ini menghadapi krisis terbesarnya dalam beberapa dekade setelah pengunjuk rasa yang marah atas kenaikan harga bahan bakar menyerbu gedung-gedung pemerintah.
Sebuah aliansi militer Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang dipimpin Rusia, telah mengirim mengirim pasukan penjaga perdamaian untuk menstabilkan negara itu. Aliansi tersebut menyalahkan campur tangan asing di balik protes massa.
CSTO adalah perjanjian keamanan antara enam negara bekas Soviet, yang menggabungkan Armenia, Belarus, Kazakhstan, Kirgistan, Rusia, dan Tajikistan.
(min)