Kazakhstan Kacau Balau, Rusia Cs Siap Kirim Pasukan
loading...
A
A
A
ALMATY - Aliansi militer yang dipimpin Rusia mengatakan akan mengirim pasukan penjaga perdamaian ke Kazakhstan yang kacau balau akibat demo ricuh di seluruh negeri. Itu atas permintaan presiden setempat, Kassym-Jomart Tokayev.
Misi pasukan yang akan dikirim Rusia dan sekutunya adalah untuk "menstabilkan" Kazakhstan.
Pemerintah negara pecahan Uni Soviet itu mengeklaim kekacauan yang terjadi karena campur tangan dari luar, namun tidak disebutkan nama negara yang dimaksud.
Kazakhstan sudah lama dipandang sebagai salah satu republik pecahan Uni Soviet yang paling stabil di Asia Tengah. Namun, negara yang kaya energi ini menghadapi krisis terbesarnya dalam beberapa dasawarsa setelah pengunjuk rasa yang marah atas kenaikan harga bahan bakar menyerbu gedung-gedung pemerintah.
Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev mengatakan dalam sebuah pidato untuk rakyatnya pada Kamis (6/1/2022) pagi bahwa dia telah mengajukan bantuan militer ke Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang dipimpin Rusia.
Aliansi militer CSTO tersebut mencakup lima negara pecahan Soviet lainnya. Menurut Tokayev, bantuan militer dibutuhkan untuk memerangi apa yang disebutnya "kelompok teroris" yang telah menerima pelatihan ekstensif di luar negeri.
Ketua CSTO, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, kemudian mengatakan di Facebook bahwa aliansi akan mengirim pasukan penjaga perdamaian kolektif.
"Untuk jangka waktu terbatas guna menstabilkan dan menormalkan situasi di negara itu yang disebabkan oleh gangguan dari luar," katanya, seperti dikutip AFP.
Tokayev mengatakan bahwa "para teroris" sedang merebut bangunan, infrastruktur, dan tempat di mana senjata ringan berada.
Dia menambahkan bahwa mereka juga telah menyita lima pesawat di bandara di kota terbesar di negara itu Almaty dan mengatakan bahwa Angkatan Udara Kazakhstan terlibat dalam “pertempuran keras kepala” di dekat kota.
“Saya berniat untuk bertindak sekuat mungkin," katanya. "Bersama-sama kita akan mengatasi periode hitam ini dalam sejarah Kazakhstan.”
Misi pasukan yang akan dikirim Rusia dan sekutunya adalah untuk "menstabilkan" Kazakhstan.
Pemerintah negara pecahan Uni Soviet itu mengeklaim kekacauan yang terjadi karena campur tangan dari luar, namun tidak disebutkan nama negara yang dimaksud.
Kazakhstan sudah lama dipandang sebagai salah satu republik pecahan Uni Soviet yang paling stabil di Asia Tengah. Namun, negara yang kaya energi ini menghadapi krisis terbesarnya dalam beberapa dasawarsa setelah pengunjuk rasa yang marah atas kenaikan harga bahan bakar menyerbu gedung-gedung pemerintah.
Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev mengatakan dalam sebuah pidato untuk rakyatnya pada Kamis (6/1/2022) pagi bahwa dia telah mengajukan bantuan militer ke Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang dipimpin Rusia.
Aliansi militer CSTO tersebut mencakup lima negara pecahan Soviet lainnya. Menurut Tokayev, bantuan militer dibutuhkan untuk memerangi apa yang disebutnya "kelompok teroris" yang telah menerima pelatihan ekstensif di luar negeri.
Ketua CSTO, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, kemudian mengatakan di Facebook bahwa aliansi akan mengirim pasukan penjaga perdamaian kolektif.
"Untuk jangka waktu terbatas guna menstabilkan dan menormalkan situasi di negara itu yang disebabkan oleh gangguan dari luar," katanya, seperti dikutip AFP.
Tokayev mengatakan bahwa "para teroris" sedang merebut bangunan, infrastruktur, dan tempat di mana senjata ringan berada.
Dia menambahkan bahwa mereka juga telah menyita lima pesawat di bandara di kota terbesar di negara itu Almaty dan mengatakan bahwa Angkatan Udara Kazakhstan terlibat dalam “pertempuran keras kepala” di dekat kota.
“Saya berniat untuk bertindak sekuat mungkin," katanya. "Bersama-sama kita akan mengatasi periode hitam ini dalam sejarah Kazakhstan.”
(min)