Di Negara Paling Bahagia, Jumlah Remaja Depresi Malah Meningkat

Selasa, 14 Desember 2021 - 19:02 WIB
loading...
A A A
Survei dilakukan selama gelombang ketiga pandemi corona, pada musim semi 2021, ketika banyak siswa sebagian besar dikurung di rumah mereka.

Ini berarti sebagian besar belajar dilakukan sendiri dan kesempatan memelihara jaringan sosial sangat terbatas dan kegiatan sosial yang biasa dilihat sebagai bagian dari kehidupan pelajar dilarang atau dibatasi.

“Selain itu, tidak mungkin situasi akan berubah secara dramatis dalam waktu dekat,” ungkap Parikka.

Terlepas dari kenyataan mahasiswa setidaknya sebagian telah kembali ke kampus selama musim gugur, Layanan Kesehatan Mahasiswa Finlandia melaporkan pada November bahwa permintaan untuk layanan kesehatan mental musim gugur ini telah melebihi tingkat total tahunan di masa lalu.

Menurut Parikka, jelas bahwa perawatan kesehatan pelajar dan layanan kesehatan mental saja tidak akan menyelesaikan masalah kesehatan mental orang dewasa muda.

Oleh karena itu, situasi tersebut harus diatasi melalui kerja sama lintas sektor, dan lembaga pendidikan tinggi harus secara aktif mencari pelajar yang bermasalah dalam jaring pengaman sekolah.

“Perguruan tinggi perlu menonjolkan dan memperkuat semangat komunitas, dukungan sebaya dan bimbingan belajar dasar,” papar Parikka.

Namun, ada juga titik terang. Misalnya, survei menemukan kecemasan dan depresi kurang umum di antara pelajar yang berolahraga secara teratur.

“Tidur malam yang baik dan pola makan yang sehat membantu kesejahteraan dan pemulihan siswa, selain untuk menjaga lingkaran social,” pungkas Parikka.

Menurut Dewan Eropa, sekitar seperempat warga Finlandia menderita gejala psikologis dengan efek buruk pada suatu waktu dalam hidup mereka.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1093 seconds (0.1#10.140)