NASA Tunda Misi Pendaratan ke Bulan hingga 2025
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Sejak misi terakhir pendaratan manusia ke Bulan pada 1972, belum pernah ada lagi misi serupa yang diluncurkan, baik oleh Amerika Serikat (AS) melalui NASA maupun negara lain. Astronot AS, Gene Cernan adalah manusia terakhir yang menjejakkan kaki di bulan pada 14 Desember 1972.
Sederet Presiden AS di masa pemerintahan mereka sempat mengungkapkan niat untuk kembali mengirim misi ke bulan. Namun, hingga era Donald Trump selesai, misi lanjutan ke bulan belum juga terwujud. Trump sempat menargetkan misi ke bulan pada 2024, tapi NASA menyebut keinginan itu tidak didasarkan pada kelayakan teknis.
“NASA mendorong kembali rencana untuk mengembalikan astronot ke bulan setidaknya satu tahun hingga 2025. Tujuan ambisius pemerintahan Trump tidak didasarkan pada kelayakan teknis," kata Administrator NASA, Bill Nelson seperti dikutip dari Politico, Rabu (10/11/2021).
Dia secara khusus menyebutkan keterlambatan dalam pengembangan kapsul kru Orion dan Sistem Pendaratan Manusia jadi penyebab terus tertundanya misi ke bulan. "Setelah melihat baik-baik selama 6 bulan terakhir ini, jelas bagi saya bahwa badan tersebut perlu membuat perubahan serius untuk keberhasilan program jangka panjang," kata Nelson.
Menurutnya, salah satu faktor utama penundaan juga disebabkan oleh gugatan atas pemilihan SpaceX pada bulan April silam untuk membangun Sistem Pendaratan Manusia guna membawa astronot ke permukaan bulan, yang ditolak minggu lalu.
"Kami telah kehilangan hampir tujuh bulan dalam litigasi, dan itu kemungkinan telah mendorong pendaratan manusia pertama kemungkinan tidak lebih awal dari tahun 2025," lanjut Nelson.
Ia juga mengungkapkan, target pendaratan di bulan pada 2024 yang ditetapkan oleh pemerintahan Trump terlalu optimis, mengingat semua komponen yang harus dikembangkan dan diuji. Pernyataan Nelson ini juga berarti bahwa perlombaan AS melawan China untuk mempertaruhkan kehadiran yang lebih permanen di permukaan bulan telah memanas.
"Program luar angkasa China semakin mampu mendaratkan astronot China jauh lebih awal dari perkiraan semula," kata Nelson. "Tapi apa pun, kami akan menjadi seagresif mungkin dengan cara yang aman dan layak secara teknis untuk mengalahkan pesaing dengan sepatu bot di bulan," tandasnya.
"Kami menghadapi program luar angkasa China yang sangat agresif dan bagus," tambah Nelson, merujuk stasiun luar angkasa baru China, Rover yang mendarat di Mars dan misi robot yang akan datang untuk mengembalikan sampel Mars. "Mereka akan pergi ke kutub selatan bulan. Kami memiliki banyak alasan untuk percaya bahwa kami memiliki pesaing, pesaing yang sangat agresif, di China. Kami ingin berada di sana terlebih dahulu," ucapnya.
Menrut Nelson, biaya kapsul Orion, yang dibuat oleh Lockheed Martin, juga telah direvisi dari USD6,7 miliar menjadi USD9,3 miliar. "Estimasi biaya dan jadwal yang diperbarui untuk Orion ini adalah hasil dari peningkatan ruang lingkup dan penundaan yang disebabkan oleh Covid," katanya.
Sederet Presiden AS di masa pemerintahan mereka sempat mengungkapkan niat untuk kembali mengirim misi ke bulan. Namun, hingga era Donald Trump selesai, misi lanjutan ke bulan belum juga terwujud. Trump sempat menargetkan misi ke bulan pada 2024, tapi NASA menyebut keinginan itu tidak didasarkan pada kelayakan teknis.
“NASA mendorong kembali rencana untuk mengembalikan astronot ke bulan setidaknya satu tahun hingga 2025. Tujuan ambisius pemerintahan Trump tidak didasarkan pada kelayakan teknis," kata Administrator NASA, Bill Nelson seperti dikutip dari Politico, Rabu (10/11/2021).
Dia secara khusus menyebutkan keterlambatan dalam pengembangan kapsul kru Orion dan Sistem Pendaratan Manusia jadi penyebab terus tertundanya misi ke bulan. "Setelah melihat baik-baik selama 6 bulan terakhir ini, jelas bagi saya bahwa badan tersebut perlu membuat perubahan serius untuk keberhasilan program jangka panjang," kata Nelson.
Menurutnya, salah satu faktor utama penundaan juga disebabkan oleh gugatan atas pemilihan SpaceX pada bulan April silam untuk membangun Sistem Pendaratan Manusia guna membawa astronot ke permukaan bulan, yang ditolak minggu lalu.
"Kami telah kehilangan hampir tujuh bulan dalam litigasi, dan itu kemungkinan telah mendorong pendaratan manusia pertama kemungkinan tidak lebih awal dari tahun 2025," lanjut Nelson.
Ia juga mengungkapkan, target pendaratan di bulan pada 2024 yang ditetapkan oleh pemerintahan Trump terlalu optimis, mengingat semua komponen yang harus dikembangkan dan diuji. Pernyataan Nelson ini juga berarti bahwa perlombaan AS melawan China untuk mempertaruhkan kehadiran yang lebih permanen di permukaan bulan telah memanas.
"Program luar angkasa China semakin mampu mendaratkan astronot China jauh lebih awal dari perkiraan semula," kata Nelson. "Tapi apa pun, kami akan menjadi seagresif mungkin dengan cara yang aman dan layak secara teknis untuk mengalahkan pesaing dengan sepatu bot di bulan," tandasnya.
"Kami menghadapi program luar angkasa China yang sangat agresif dan bagus," tambah Nelson, merujuk stasiun luar angkasa baru China, Rover yang mendarat di Mars dan misi robot yang akan datang untuk mengembalikan sampel Mars. "Mereka akan pergi ke kutub selatan bulan. Kami memiliki banyak alasan untuk percaya bahwa kami memiliki pesaing, pesaing yang sangat agresif, di China. Kami ingin berada di sana terlebih dahulu," ucapnya.
Menrut Nelson, biaya kapsul Orion, yang dibuat oleh Lockheed Martin, juga telah direvisi dari USD6,7 miliar menjadi USD9,3 miliar. "Estimasi biaya dan jadwal yang diperbarui untuk Orion ini adalah hasil dari peningkatan ruang lingkup dan penundaan yang disebabkan oleh Covid," katanya.
(esn)