Dalai Lama: Para pemimpin China Tidak Memahami Keragaman Budaya
loading...
A
A
A
TOKYO - Pemimpin spiritual Tibet , Dalai Lama , mengkritik para pemimpin China dengan mengatakan mereka tidak memahami keragaman budaya yang berbeda di sana. Ia juga mengatakan kelompok etnis Han terlalu memegang kendali.
Meski begitu ia juga mengatakan tidak menentang "saudara dan saudari China" sebagai sesama manusia dan secara luas mendukung ide-ide di balik Komunisme serta Marxisme.
Dalai Lama yang berusia 86 tahun, mengambil bagian dalam konferensi pers online di Tokyo, menjawab pertanyaan tentang apakah komunitas internasional harus mempertimbangkan untuk memboikot Olimpiade Musim Dingin Beijing karena penindasan terhadap minoritas, termasuk mereka yang berada di wilayah barat Xinjiang .
"Saya tahu para pemimpin Partai Komunis sejak Mao Zedong. Ide-ide mereka bagus. Tapi kadang-kadang mereka melakukan banyak kontrol yang ekstrim dan ketat," katanya dari markasnya di India, seraya menambahkan bahwa dia pikir segalanya akan berubah di China di bawah pemimpin generasi baru.
"Mengenai Tibet dan juga Xinjiang, kami memiliki budaya kami sendiri yang unik, sehingga para pemimpin Komunis China yang berpikiran sempit, mereka tidak memahami keragaman budaya yang berbeda," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Rabu (10/11/2021).
Memperhatikan bahwa China tidak hanya terdiri dari orang-orang etnis Han tetapi juga kelompok-kelompok lain yang berbeda, ia menambahkan: "Pada kenyataannya, terlalu banyak kontrol oleh orang-orang Han."
China menguasai Tibet setelah pasukannya memasuki wilayah itu pada 1950 dalam apa yang disebutnya "pembebasan damai". Tibet sejak itu menjadi salah satu daerah yang paling dibatasi dan sensitif di negara itu.
Beijing menganggap Dalai Lama, yang melarikan diri ke India pada 1959 setelah pemberontakan yang gagal melawan pemerintahan China, sebagai pemecah belah atau separatis yang berbahaya. Dia telah bekerja selama beberapa dekade untuk menarik dukungan global untuk otonomi linguistik dan budaya di tanah airnya yang terpencil dan bergunung-gunung.
Dalai Lama mengatakan dia secara luas mendukung ide-ide Komunisme dan Marxisme, sambil tertawa ketika menceritakan sebuah anekdot tentang bagaimana dia pernah berpikir untuk bergabung dengan Partai Komunis China tetapi dihalangi oleh seorang teman.
Ketika ditanya tentang Taiwan , yang pusat ketegangan di kawasan itu, Dalai Lama mengatakan pulau itu sebenarnya adalah gudang dari budaya dan tradisi kuno China karena di daratan hal itu sekarang terlalu dipolitisasi.
"Secara ekonomi Taiwan banyak mendapat bantuan dari China daratan," katanya.
"Dan budaya, budaya China, termasuk agama Buddha, saya pikir saudara dan saudari China daratan dapat belajar banyak dari saudara dan saudari Taiwan," ia menambahkan.
Meskipun mengatakan tidak punya rencana untuk bertemu dengan pemimpin China, Xi Jinping, Dalai Lama mengatakan ingin mengunjungi lagi untuk melihat teman-teman lama karena sudah semakin tua. Namun ia akan menghindari Taiwan karena hubungan antara negara itu dan China "cukup halus."
"Saya lebih suka tinggal di sini di India, dengan damai," katanya, memuji India sebagai pusat kerukunan beragama meskipun ada keluhan dari umat Islam dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, pada akhirnya, dia percaya bahwa semua agama memiliki pesan yang sama.
"Semua agama membawa pesan cinta dan menggunakan filosofi pandangan yang berbeda. Jadi sekarang masalahnya adalah para politisi, dalam kasus beberapa ekonom menggunakan perbedaan agama ini. Jadi sekarang, agama juga dipolitisasi - jadi begitulah masalah," pungkasnya.
Meski begitu ia juga mengatakan tidak menentang "saudara dan saudari China" sebagai sesama manusia dan secara luas mendukung ide-ide di balik Komunisme serta Marxisme.
Dalai Lama yang berusia 86 tahun, mengambil bagian dalam konferensi pers online di Tokyo, menjawab pertanyaan tentang apakah komunitas internasional harus mempertimbangkan untuk memboikot Olimpiade Musim Dingin Beijing karena penindasan terhadap minoritas, termasuk mereka yang berada di wilayah barat Xinjiang .
"Saya tahu para pemimpin Partai Komunis sejak Mao Zedong. Ide-ide mereka bagus. Tapi kadang-kadang mereka melakukan banyak kontrol yang ekstrim dan ketat," katanya dari markasnya di India, seraya menambahkan bahwa dia pikir segalanya akan berubah di China di bawah pemimpin generasi baru.
"Mengenai Tibet dan juga Xinjiang, kami memiliki budaya kami sendiri yang unik, sehingga para pemimpin Komunis China yang berpikiran sempit, mereka tidak memahami keragaman budaya yang berbeda," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Rabu (10/11/2021).
Memperhatikan bahwa China tidak hanya terdiri dari orang-orang etnis Han tetapi juga kelompok-kelompok lain yang berbeda, ia menambahkan: "Pada kenyataannya, terlalu banyak kontrol oleh orang-orang Han."
China menguasai Tibet setelah pasukannya memasuki wilayah itu pada 1950 dalam apa yang disebutnya "pembebasan damai". Tibet sejak itu menjadi salah satu daerah yang paling dibatasi dan sensitif di negara itu.
Beijing menganggap Dalai Lama, yang melarikan diri ke India pada 1959 setelah pemberontakan yang gagal melawan pemerintahan China, sebagai pemecah belah atau separatis yang berbahaya. Dia telah bekerja selama beberapa dekade untuk menarik dukungan global untuk otonomi linguistik dan budaya di tanah airnya yang terpencil dan bergunung-gunung.
Dalai Lama mengatakan dia secara luas mendukung ide-ide Komunisme dan Marxisme, sambil tertawa ketika menceritakan sebuah anekdot tentang bagaimana dia pernah berpikir untuk bergabung dengan Partai Komunis China tetapi dihalangi oleh seorang teman.
Ketika ditanya tentang Taiwan , yang pusat ketegangan di kawasan itu, Dalai Lama mengatakan pulau itu sebenarnya adalah gudang dari budaya dan tradisi kuno China karena di daratan hal itu sekarang terlalu dipolitisasi.
"Secara ekonomi Taiwan banyak mendapat bantuan dari China daratan," katanya.
"Dan budaya, budaya China, termasuk agama Buddha, saya pikir saudara dan saudari China daratan dapat belajar banyak dari saudara dan saudari Taiwan," ia menambahkan.
Meskipun mengatakan tidak punya rencana untuk bertemu dengan pemimpin China, Xi Jinping, Dalai Lama mengatakan ingin mengunjungi lagi untuk melihat teman-teman lama karena sudah semakin tua. Namun ia akan menghindari Taiwan karena hubungan antara negara itu dan China "cukup halus."
"Saya lebih suka tinggal di sini di India, dengan damai," katanya, memuji India sebagai pusat kerukunan beragama meskipun ada keluhan dari umat Islam dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, pada akhirnya, dia percaya bahwa semua agama memiliki pesan yang sama.
"Semua agama membawa pesan cinta dan menggunakan filosofi pandangan yang berbeda. Jadi sekarang masalahnya adalah para politisi, dalam kasus beberapa ekonom menggunakan perbedaan agama ini. Jadi sekarang, agama juga dipolitisasi - jadi begitulah masalah," pungkasnya.
(ian)