Staf Sekolah Positif COVID-19, Murid-murid SD di China Dikarantina
loading...
A
A
A
BEIJING - Puluhan siswa dikarantina dalam sebuah sekolah dasar di China selama berjam-jam setelah salah seorang staf sekolah dinyatakan positif COVID-19 .
Anak-anak itu dites dan dilaporkan disuruh menunggu di sekolah semalaman sampai hasilnya keluar. Para siswa itu diperkirakan berusia antara tujuh dan 12 tahun.
Akibatnya, sekelompok besar orang tua berkumpul di luar sekolah. Mereka merasa cemas menunggu berita yang tidak datang sampai hampir tengah malam.
Menurut situs lokal Jimu News, kepala sekolah akhirnya muncul sekitar pukul 23:30 waktu setempat dan memberi tahu orang tua yang menunggu bahwa beberapa anak harus dikarantina.
Mereka kemudian diminta untuk mengemasi pakaian untuk anak-anak yang harus bermalam di sekolah.
"Kepala sekolah menambahkan bahwa mereka akan dibebaskan keesokan harinya ketika hasilnya keluar," tambah laporan itu yang dinukil BBC, Kamis (4/11/2021).
Tidak jelas berapa banyak siswa yang terdampak oleh kejadian tersebut, tetapi sebuah laporan berita oleh outlet New Tang Dynasty Television melaporkan bahwa 35 siswa akhirnya dibawa ke karantina.
Semua guru, siswa, dan anggota staf di sekolah juga menjalani tes COVID-19. Sekolah untuk sementara diliburkan.
China telah mempertahankan kebijakan nol-COVID yang ketat sejak wabah dimulai hampir dua tahun lalu dan tidak menunjukkan tanda-tanda mengubah kebijakan untuk hidup dengan virus.
Strateginya, yang mencakup penguncian ketat dan penutupan perbatasan, sangat kontras dengan banyak negara barat dan bahkan negara-negara di Asia yang perlahan mulai membuka diri.
Banyak negara lain seperti Australia, Korea Selatan, dan Singapura pada awalnya bertujuan untuk menghilangkan infeksi sepenuhnya, tetapi sejak itu beralih ke kebijakan yang menerima virus sebagai endemik.
Pakar kesehatan mempertanyakan berapa lama China dapat mengejar strategi eliminasinya.
China sebelumnya telah mengakui virus itu tetap menjadi tantangan terbesar untuk Olimpiade Musim Dingin, yang akan diadakan pada Februari tahun depan.
Anak-anak itu dites dan dilaporkan disuruh menunggu di sekolah semalaman sampai hasilnya keluar. Para siswa itu diperkirakan berusia antara tujuh dan 12 tahun.
Akibatnya, sekelompok besar orang tua berkumpul di luar sekolah. Mereka merasa cemas menunggu berita yang tidak datang sampai hampir tengah malam.
Menurut situs lokal Jimu News, kepala sekolah akhirnya muncul sekitar pukul 23:30 waktu setempat dan memberi tahu orang tua yang menunggu bahwa beberapa anak harus dikarantina.
Mereka kemudian diminta untuk mengemasi pakaian untuk anak-anak yang harus bermalam di sekolah.
"Kepala sekolah menambahkan bahwa mereka akan dibebaskan keesokan harinya ketika hasilnya keluar," tambah laporan itu yang dinukil BBC, Kamis (4/11/2021).
Tidak jelas berapa banyak siswa yang terdampak oleh kejadian tersebut, tetapi sebuah laporan berita oleh outlet New Tang Dynasty Television melaporkan bahwa 35 siswa akhirnya dibawa ke karantina.
Semua guru, siswa, dan anggota staf di sekolah juga menjalani tes COVID-19. Sekolah untuk sementara diliburkan.
China telah mempertahankan kebijakan nol-COVID yang ketat sejak wabah dimulai hampir dua tahun lalu dan tidak menunjukkan tanda-tanda mengubah kebijakan untuk hidup dengan virus.
Strateginya, yang mencakup penguncian ketat dan penutupan perbatasan, sangat kontras dengan banyak negara barat dan bahkan negara-negara di Asia yang perlahan mulai membuka diri.
Banyak negara lain seperti Australia, Korea Selatan, dan Singapura pada awalnya bertujuan untuk menghilangkan infeksi sepenuhnya, tetapi sejak itu beralih ke kebijakan yang menerima virus sebagai endemik.
Pakar kesehatan mempertanyakan berapa lama China dapat mengejar strategi eliminasinya.
China sebelumnya telah mengakui virus itu tetap menjadi tantangan terbesar untuk Olimpiade Musim Dingin, yang akan diadakan pada Februari tahun depan.
(ian)