Dendam Ibunya Diperkosa, Pria Ini Penggal Rekannya di Depan Orang-orang di Jalan

Selasa, 02 November 2021 - 14:37 WIB
loading...
A A A


Sawsan Fayed, profesor sosiologi, mengatakan kepada Asharq Al Awsat bahwa kejahatan jenis ini dikaitkan dengan beberapa faktor, yang paling penting adalah penyakit mental.

"Ada orang yang menderita kekerasan sejak lahir, kondisi yang sulit diobati dan membutuhkan pelatihan dan kerja keras," katanya.

"Di antara penyebab kejahatan yang mengerikan adalah halusinasi, gangguan perilaku, dan kecanduan narkotika sintetis yang menyebabkan keadaan halusinasi dan kurangnya kesadaran, serta media yang sering memaparkan adegan pembunuhan, darah dan kejahatan, yang membuat orang menjadi terbiasa, membuat pembunuhan menjadi proses yang mudah," paparnya.

"Dalam banyak kejahatan, kami biasanya mendengar kalimat dari terdakwa yang mengatakan bahwa dia tidak tahu bagaimana dia melakukan kejahatannya, yang menunjukkan bahwa dia tidak sadarkan diri pada saat melakukan kejahatan.”

"Balas dendam kehormatan adalah salah satu alasan mengapa terdakwa atau si pembunuh menyombongkan diri atas perbuatannya, seperti yang terjadi di Ismailia; di mana si pembunuh tidak menyembunyikan kejahatannya, tetapi berjalan dengan tubuh korban di jalan, dalam semacam pamer, mungkin disebabkan oleh keinginannya untuk menunjukkan balas dendam demi kehormatannya, seperti yang dikabarkan," kata Fayed.

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah kejahatan telah mengguncang Mesir, termasuk kasus yang disebut "martir ksatria" yang terjadi pada akhir 2019, di mana seorang mahasiswa membunuh seorang pemuda lain yang keberatan dengan pelecehannya terhadap seorang gadis di jalan.

Fayed menekankan pentingnya pendidikan dan budaya untuk menghadapi penyebaran kejahatan, mencatat bahwa masyarakat menderita krisis nilai, dan semua lembaga agama, budaya dan pendidikan harus memainkan peran mereka untuk mengatasi ketidakseimbangan nilai ini yang menyebabkan penyebaran kejahatan.

Dia menyerukan untuk mengembangkan rencana untuk mengobati kecanduan dan menghilangkan stigma tentang penyakit mental.
(min)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1540 seconds (0.1#10.140)