Taliban: Perempuan Boleh Masuk Sekolah Menengah setelah Lingkungan Aman
loading...
A
A
A
KABUL - Taliban mengatakan anak perempuan bisa masuk sekolah menengah setelah pemerintah baru Afghanistan yang mereka bentuk telah menciptakan lingkungan yang aman.
Sejauh ini, hanya anak laki-laki yang diizinkan melanjutkan studi mereka.
“Kami tidak menentang pendidikan anak perempuan, tetapi kami masih bekerja pada mekanisme bagaimana kehadiran mereka di sekolah dapat dimungkinkan,” kata juru bicara Taliban Zabiullah Mujahid kepada majalah Jerman, Der Spiegel, yang dilansir Senin (20/9/2021).
Mujahid mengatakan bahwa lingkungan dan transportasi yang aman harus dijamin bagi pelajar perempuan sebelum mereka diizinkan kembali ke ruang kelas.
Dia mengatakan para sarjana hukum harus menyiapkan laporan tentang bagaimana mengatur lingkungan yang aman bagi anak perempuan dan perempuan dalam pendidikan dan pekerjaan.
Ketika rezim Taliban berkuasa di Afghanistan antara 1996 hingga 2001, anak perempuan dilarang mengenyam pendidikan. Para perempuan dewasa juga dilarang bekerja. Taliban, kala itu, juga memaksa kaum perempuan menutupi diri mereka dari kepala sampai kaki di depan umum.
Tak lama setelah merebut Kabul 15 Agustus lalu, Taliban berjanji bahwa perempuan akan menikmati lebih banyak kebebasan daripada selama rezim mereka di masa lalu.
Namun, faktanya hanya anak laki-laki yang diizinkan untuk melanjutkan studi mereka ketika sekolah menengah dibuka kembali pada hari Sabtu pekan lalu.
Taliban juga membubarkan Kementerian Urusan Perempuan, menggantikannya dengan Kementerian Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan. Kementerian baru itu merupakan kementerian yang sama yang diterapkan pada 1990-an oleh otoritas yang bertugas menghukum perempuan yang tidak mematuhi pembatasan keras yang dikenakan pada mereka.
Perempuan telah mengadakan beberapa protes di Kabul, menuntut agar Taliban menjamin hak-hak mereka sama seperti hak-hak kaum pria. Namun, demonstrasi tersebut dibubarkan oleh para militan Taliban.
Taliban digulingkan dari kekuasaan pada tahun 2001 ketika AS memimpin invasi ke Afghanistan sebagai bagian dari "Perang Melawan Teror" global Washington, yang diluncurkan sebagai tanggapan atas serangan teroris 11 September 2001 atau 9/11 di Amerika. Perang tersebut menjadi yang terpanjang dalam sejarah Amerika, yang mengakibatkan hampir dua dekade kekerasan dan pendudukan yang gagal membawa perdamaian dan stabilitas ke negara itu.
Para militan merebut kembali hampir seluruh Afghanistan dalam serangan besar-besaran yang berlangsung bersamaan dengan tahap akhir penarikan pasukan Barat. Pasukan Amerika terakhir meninggalkan negara itu pada akhir Agustus.
Lihat Juga: 5 Negara Mayoritas Islam yang Hancur Karena Campur Tangan AS, Nomor 3 Manfaatkan Media untuk Hancurkan Rezim
Sejauh ini, hanya anak laki-laki yang diizinkan melanjutkan studi mereka.
“Kami tidak menentang pendidikan anak perempuan, tetapi kami masih bekerja pada mekanisme bagaimana kehadiran mereka di sekolah dapat dimungkinkan,” kata juru bicara Taliban Zabiullah Mujahid kepada majalah Jerman, Der Spiegel, yang dilansir Senin (20/9/2021).
Mujahid mengatakan bahwa lingkungan dan transportasi yang aman harus dijamin bagi pelajar perempuan sebelum mereka diizinkan kembali ke ruang kelas.
Dia mengatakan para sarjana hukum harus menyiapkan laporan tentang bagaimana mengatur lingkungan yang aman bagi anak perempuan dan perempuan dalam pendidikan dan pekerjaan.
Ketika rezim Taliban berkuasa di Afghanistan antara 1996 hingga 2001, anak perempuan dilarang mengenyam pendidikan. Para perempuan dewasa juga dilarang bekerja. Taliban, kala itu, juga memaksa kaum perempuan menutupi diri mereka dari kepala sampai kaki di depan umum.
Tak lama setelah merebut Kabul 15 Agustus lalu, Taliban berjanji bahwa perempuan akan menikmati lebih banyak kebebasan daripada selama rezim mereka di masa lalu.
Namun, faktanya hanya anak laki-laki yang diizinkan untuk melanjutkan studi mereka ketika sekolah menengah dibuka kembali pada hari Sabtu pekan lalu.
Taliban juga membubarkan Kementerian Urusan Perempuan, menggantikannya dengan Kementerian Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan. Kementerian baru itu merupakan kementerian yang sama yang diterapkan pada 1990-an oleh otoritas yang bertugas menghukum perempuan yang tidak mematuhi pembatasan keras yang dikenakan pada mereka.
Perempuan telah mengadakan beberapa protes di Kabul, menuntut agar Taliban menjamin hak-hak mereka sama seperti hak-hak kaum pria. Namun, demonstrasi tersebut dibubarkan oleh para militan Taliban.
Taliban digulingkan dari kekuasaan pada tahun 2001 ketika AS memimpin invasi ke Afghanistan sebagai bagian dari "Perang Melawan Teror" global Washington, yang diluncurkan sebagai tanggapan atas serangan teroris 11 September 2001 atau 9/11 di Amerika. Perang tersebut menjadi yang terpanjang dalam sejarah Amerika, yang mengakibatkan hampir dua dekade kekerasan dan pendudukan yang gagal membawa perdamaian dan stabilitas ke negara itu.
Para militan merebut kembali hampir seluruh Afghanistan dalam serangan besar-besaran yang berlangsung bersamaan dengan tahap akhir penarikan pasukan Barat. Pasukan Amerika terakhir meninggalkan negara itu pada akhir Agustus.
Lihat Juga: 5 Negara Mayoritas Islam yang Hancur Karena Campur Tangan AS, Nomor 3 Manfaatkan Media untuk Hancurkan Rezim
(min)