Sejarawan: Israel Harus Berhenti Bersikap sebagai Korban
loading...
A
A
A
YERUSALEM - Seorang sejarawan yang berbasis di Kanada mengatakan, Israel adalah pihak yang lebih kuat dalam perselisihan dengan Palestina . Karenanya, Israel harus berhenti bersikap sebagai korban. Selama ini, Israel selalu menggunakan narasi membela diri dalam setiap serangan yang dilancarkan ke Gaza.
Protes terhadap penggusuran warga Palestina yang direncanakan di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur berubah menjadi kekerasan setelah penggunaan kekuatan yang tidak proporsional oleh pasukan keamanan Israel pada Mei silam. Insiden ini menyebabkan sejumlah orang terluka.
Situasi meningkat sejak tentara Israel mulai melakukan serangan udara ke Jalur Gaza. Lebih dari 100 warga Palestina telah tewas akibat serangan itu, termasuk anak-anak dan wanita.
"Pesan saya kepada pihak yang lebih kuat, yaitu Israel dalam kasus ini, adalah bahwa mereka harus merevisi narasi mereka," ucap Yakov Rabkin, seorang profesor sejarah di Universitas Montreal di Kanada, Jumat (17/9).
"Jadi, saya pikir itu untuk partai yang kuat. Saya berkata, berhenti berpikir bahwa Anda adalah korban. Anda bukan korban dalam kasus ini. Anda adalah pelakunya," sambungnya, seperti dilansir Anadolu Agency.
Rabkin mengatakan, Israel wajib berperilaku sesuai dengan norma internasional. “Ada mesin militer yang sangat canggih yang menyerang penduduk sipil. Saya pikir itu memenuhi syarat sebagai kejahatan perang,” kata Rabkin.
Dia juga menolak penggunaan istilah "konflik" untuk menggambarkan kekerasan antara Israel dan Palestina, dengan mengatakan itu tidak berlaku karena Israel memiliki kekuatan yang tidak proporsional.
"Karena kita pada dasarnya berbicara tentang penduduk sipil yang menghadapi salah satu mesin militer paling canggih di kawasan ini, yang paling canggih, tanpa pelanggaran apa pun," kata Rabkin.
Terkait kebijakan lama Amerika Serikat (AS) dalam melindungi Israel dari kritik dan kecaman internasional di PBB, Rabkin menuturkan bahwa ada konsensus tak terucapkan bahwa Israel harus menikmati impunitas yang luar biasa.
“Dan, apa yang dilakukan Israel, di satu sisi, tidak jauh berbeda dari apa yang telah dilakukan Amerika Serikat di berbagai belahan dunia. Jadi, ada kesamaan tertentu. Saya tidak akan menyalahkan (Presiden AS Joe) Biden atau pemerintahannya. Mereka mengikuti jejak semua pemerintahan sebelumnya,” tambahnya.
Protes terhadap penggusuran warga Palestina yang direncanakan di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur berubah menjadi kekerasan setelah penggunaan kekuatan yang tidak proporsional oleh pasukan keamanan Israel pada Mei silam. Insiden ini menyebabkan sejumlah orang terluka.
Situasi meningkat sejak tentara Israel mulai melakukan serangan udara ke Jalur Gaza. Lebih dari 100 warga Palestina telah tewas akibat serangan itu, termasuk anak-anak dan wanita.
"Pesan saya kepada pihak yang lebih kuat, yaitu Israel dalam kasus ini, adalah bahwa mereka harus merevisi narasi mereka," ucap Yakov Rabkin, seorang profesor sejarah di Universitas Montreal di Kanada, Jumat (17/9).
"Jadi, saya pikir itu untuk partai yang kuat. Saya berkata, berhenti berpikir bahwa Anda adalah korban. Anda bukan korban dalam kasus ini. Anda adalah pelakunya," sambungnya, seperti dilansir Anadolu Agency.
Rabkin mengatakan, Israel wajib berperilaku sesuai dengan norma internasional. “Ada mesin militer yang sangat canggih yang menyerang penduduk sipil. Saya pikir itu memenuhi syarat sebagai kejahatan perang,” kata Rabkin.
Dia juga menolak penggunaan istilah "konflik" untuk menggambarkan kekerasan antara Israel dan Palestina, dengan mengatakan itu tidak berlaku karena Israel memiliki kekuatan yang tidak proporsional.
"Karena kita pada dasarnya berbicara tentang penduduk sipil yang menghadapi salah satu mesin militer paling canggih di kawasan ini, yang paling canggih, tanpa pelanggaran apa pun," kata Rabkin.
Terkait kebijakan lama Amerika Serikat (AS) dalam melindungi Israel dari kritik dan kecaman internasional di PBB, Rabkin menuturkan bahwa ada konsensus tak terucapkan bahwa Israel harus menikmati impunitas yang luar biasa.
“Dan, apa yang dilakukan Israel, di satu sisi, tidak jauh berbeda dari apa yang telah dilakukan Amerika Serikat di berbagai belahan dunia. Jadi, ada kesamaan tertentu. Saya tidak akan menyalahkan (Presiden AS Joe) Biden atau pemerintahannya. Mereka mengikuti jejak semua pemerintahan sebelumnya,” tambahnya.
(esn)