Rayakan Kepergian NATO, Taliban Arak Peti Mati AS, Inggris, dan Prancis
loading...
A
A
A
KABUL - Taliban dan para pendukungnya menggelar pawai di beberapa kota besar Afghanistan untuk merayakan kepergian pasukan NATO.
Beberapa kota besar itu sepekan lalu mengalami unjuk rasa menentang kekuasaan Taliban. Kelompok Taliban telah merebut hampir semua wilayah Afghanistan pada 15 Agustus, saat ibu kota Kabul jatuh tanpa perlawanan.
Meski demikian, prajurit Amerika Serikat (AS) terakhir baru meninggalkan negara itu pada 30 Agustus, menyelesaikan proses penarikan pasukan NATO.
Di kota Khost, beberapa ribu penduduk dan pejuang Taliban membawa peti mati tiruan yang dibungkus dengan bendera AS, Inggris, Prancis, dan NATO.
Perayaan itu menyambut penarikan pasukan asing dan "kemenangan" Taliban dalam mengusir mereka dari Afghanistan.
Beberapa orang di sana juga membawa bendera putih yang menjadi simbol Taliban.
Pejuang Taliban juga melewati kota Kandahar, ibu kota mereka sebelumnya. Mereka melewati kerumunan orang yang membawa bendera putih Taliban.
Kelompok militan itu juga merayakan kepergian tentara Amerika Serikat terakhir di Kabul, dengan tembakan dan kembang api bisa terdengar semalaman segera setelah pesawat AS terakhir lepas landas.
Di pagi hari, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid menyatakan "kemenangan" atas pasukan Barat, yang disebutnya "pelajaran besar bagi penjajah lain (dan) pelajaran bagi dunia."
Mujahid berbicara dari Bandara Kabul dan dikelilingi pasukan elit Badri 313 Taliban yang mengenakan seragam militer AS yang ditinggalkan.
Dia menyatakan, "Ini adalah hari bersejarah dan momen bersejarah yang menandai pembebasan Afghanistan dari kekuatan besar."
Sementara itu, Pasukan Khusus Badri 313 tak segan-segan berpose untuk foto dengan peralatan militer buatan Amerika Serikat.
Ini adalah bagian dari banyaknya peralatan militer yang ditinggalkan pasukan NATO yang meninggalkan Afghanistan.
Beberapa video yang baru-baru ini muncul secara online menunjukkan Taliban mampu mengoperasikan beberapa perangkat keras militer yang direbut, yaitu helikopter Black Hawk.
Meski demikian, Jenderal AS Kenneth McKenzie mengklaim sebagian besar peralatan itu sengaja dirusak untuk mencegahnya digunakan Taliban.
Fakta bahwa AS meninggalkan peralatan militernya, mungkin bernilai beberapa miliar dolar, di Afghanistan memicu kritik keras dari penentang pemerintahan Joe Biden.
Mantan Presiden AS Donald Trump menyarankan Gedung Putih harus menuntut pengembalian peralatan militer dari otoritas Afghanistan yang baru atau setidaknya "membom habis-habisan".
Beberapa kota besar itu sepekan lalu mengalami unjuk rasa menentang kekuasaan Taliban. Kelompok Taliban telah merebut hampir semua wilayah Afghanistan pada 15 Agustus, saat ibu kota Kabul jatuh tanpa perlawanan.
Meski demikian, prajurit Amerika Serikat (AS) terakhir baru meninggalkan negara itu pada 30 Agustus, menyelesaikan proses penarikan pasukan NATO.
Di kota Khost, beberapa ribu penduduk dan pejuang Taliban membawa peti mati tiruan yang dibungkus dengan bendera AS, Inggris, Prancis, dan NATO.
Perayaan itu menyambut penarikan pasukan asing dan "kemenangan" Taliban dalam mengusir mereka dari Afghanistan.
Beberapa orang di sana juga membawa bendera putih yang menjadi simbol Taliban.
Pejuang Taliban juga melewati kota Kandahar, ibu kota mereka sebelumnya. Mereka melewati kerumunan orang yang membawa bendera putih Taliban.
Kelompok militan itu juga merayakan kepergian tentara Amerika Serikat terakhir di Kabul, dengan tembakan dan kembang api bisa terdengar semalaman segera setelah pesawat AS terakhir lepas landas.
Di pagi hari, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid menyatakan "kemenangan" atas pasukan Barat, yang disebutnya "pelajaran besar bagi penjajah lain (dan) pelajaran bagi dunia."
Mujahid berbicara dari Bandara Kabul dan dikelilingi pasukan elit Badri 313 Taliban yang mengenakan seragam militer AS yang ditinggalkan.
Dia menyatakan, "Ini adalah hari bersejarah dan momen bersejarah yang menandai pembebasan Afghanistan dari kekuatan besar."
Sementara itu, Pasukan Khusus Badri 313 tak segan-segan berpose untuk foto dengan peralatan militer buatan Amerika Serikat.
Ini adalah bagian dari banyaknya peralatan militer yang ditinggalkan pasukan NATO yang meninggalkan Afghanistan.
Beberapa video yang baru-baru ini muncul secara online menunjukkan Taliban mampu mengoperasikan beberapa perangkat keras militer yang direbut, yaitu helikopter Black Hawk.
Meski demikian, Jenderal AS Kenneth McKenzie mengklaim sebagian besar peralatan itu sengaja dirusak untuk mencegahnya digunakan Taliban.
Fakta bahwa AS meninggalkan peralatan militernya, mungkin bernilai beberapa miliar dolar, di Afghanistan memicu kritik keras dari penentang pemerintahan Joe Biden.
Mantan Presiden AS Donald Trump menyarankan Gedung Putih harus menuntut pengembalian peralatan militer dari otoritas Afghanistan yang baru atau setidaknya "membom habis-habisan".
(sya)