Eropa dan Korsel Bersaing Dapatkan Remdesivir

Sabtu, 30 Mei 2020 - 04:33 WIB
loading...
Eropa dan Korsel Bersaing...
Eropa dan Korsel bersaing mendapatkan remdesivir guna mengobati pasien Covid-19. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Otoritas Eropa dan Korea Selatan (Korsel) bersaing untuk mendapatkan obat remdesivir yang dinilai ampuh Covid-19. Padahal pihak yang membuat obat tersebut belum mendapatakn persetujuan dari regulator di kedua pasar untuk meningkatkan produksi obat tersebut.

Sejumlah pemerintah berlomba-lomba meningkatkan pasokan remdesivir, yang oleh regulator Amerika Serikat (AS) disoroti sebagai pengobatan untuk virus Corona baru. Pihak produsen, Gilead Sciences yang berbasis di Foster City, California mengatakan akan menyumbangkan 1,5 juta dosis remdesivir. Jumlah ini cukup untuk mengobati setidaknya 140.000 pasien, guna memerangi pandemi global.

Saat ini tidak ada obat atau vaksin yang disetujui untuk penyakit yang sangat menular dan terkadang berakibat fatal itu. Namun negara-negara Uni Eropa sudah memberikan remdesivir kepada pasien Covid-19 berdasarkan aturan penggunaan.

Badan Obat-obatan Eropa (EMA) mencatat belum menerima aplikasi dari pembuat obat AS, tetapi mengatakan timeline komite obat manusia (CHMP) untuk menilai obat akan "dikurangi seminimal mungkin," seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (30/5/2020).

EMA telah meninjau obat dan menyarankan efek yang menguntungkan dalam mengobati pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 ringan hingga sedang atau berat.

Persetujuan akhir tergantung pada Komisi Eropa, yang umumnya mendukung rekomendasi CHMP.

Dua minggu lalu, regulator mengatakan kepada Parlemen Eropa bahwa mereka mungkin memberikan lampu hijau untuk penjualan remdesivir sebagai pengobatan Covid-19, melacak obat dengan cepat ke pasar di tengah persaingan global yang ketat untuk sumber daya.

Sementara itu pada hari Jumat, otoritas kesehatan Korsel mengatakan mereka akan meminta impor remdesivir untuk mengobati Covid-19, karena wabah baru penyakit ini merebak setelah pembatasan jarak sosial dicabut. (Baca: New Normal di Korsel Gagal, Kasus Covid-19 Melonjak dan Sekolah di Tutup )

Bulan ini, Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS mengatakan pihak Gilead telah berkomitmen untuk memasok untuk rumah sakit AS dengan sekitar 607.000 botol remdesivir, sekitar 40% dari total sumbangan 1,5 juta botol.

Jepang dan Inggris telah memberikan izin penggunaan obat tersebut dan telah memberikannya kepada para pasien.

Amerika Serikat, pasar farmasi terbesar di dunia, bulan ini memberikan izin penggunaan darurat remdesivir dalam kasus Covid-19, tetapi belum menyetujui penggunaan obat yang lebih luas.

Remdesivir adalah obat pertama yang menunjukkan manfaat yang besar dalam uji coba terkontrol plasebo. Hasil awal dari uji coba National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) menunjukkan bahwa obat itu memangkas perawatan pasien di rumah sakit hingga 31%, atau sekitar empat hari, dibandingkan dengan plasebo.

Bulan lalu, Gilead mengatakan akan bekerja dengan mitra internasionalnya untuk memperluas produksi remdesivir. Pihak perusahaan mengatakan mereka berhadap dapat mengalirkan satu juta obat remdesivir yang diproduksi pada bulan Desember, dengan rencana untuk dapat menghasilkan beberapa juta obat yang disalurkan pada tahun 2021.

Pemerintah AS mulai mendistribusikan obat ini bulan ini tetapi dokter mengatakan mereka khawatir setelah permintaan mereka untuk mendapatkan terapi baru ditolak, kata presiden IDSA, Dr. Thomas File kepada Reuters pada Mei lalu.
(ber)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1277 seconds (0.1#10.140)