Rusia: NATO Hancurkan Seluruh Kemungkinan Format Kerjasama, Termasuk Soal Afghanistan
loading...
A
A
A
MOSKOW - Rusia menyatakan, NATO menghancurkan semua kemungkinan format kerja sama dengan Moskow, termasuk di Afghanistan. Menurut Moskow, ini kemungkinan besar hanya akan meningkatkan retorika anti- Rusia setelah apa yang mereka sebut bencana Afghanistan.
“NATO telah menghancurkan semua format kerja sama, termasuk di Afghanistan,” ucap Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Alexander Grushko, seperti dilansir Sputnik pada Senin (23/8/2021).
“Harga untuk permainan geopolitik ini, yang tidak ada hubungannya dengan kepentingan keamanan, pada akhirnya harus dibayar oleh Afghanistan," sambungnya.
Grushko mengatakan, berakhirnya misi NATO selama satu dekade di Afghanistan dapat mengarah pada penghasutan perang lebih lanjut dan kebangkitan retorika ancaman Rusia. Karena, jelasnya, mencari bukti relevansinya sendiri selalu menjadi bagian dari sejarah NATO.
Sebagai contoh perilaku seperti itu, Grushko menyebut operasi di bekas Yugoslavia, serta di Afghanistan dan Libya.
“Mengingat konsekuensi bencana dari operasi ini, NATO dihadapkan pada krisis eksistensial lain, yang biasanya diselesaikan dengan kembali ke asal-usulnya. Jadi, konsep “ancaman dari Timur” muncul kembali,” ujarnya.
“Kudeta Ukraina dan peristiwa-peristiwa berikutnya, yang tidak ada hubungannya dengan kepentingan inti aliansi, digunakan sebagai pembenaran ideologis untuk kembali ke tujuan awal tahun 1949. Dalam hal ini, akhir cerita Afghanistan, era skala besar operasi, dapat segera menyebabkan munculnya kembali retorika “ancaman Rusia,” tukasnya.
“NATO telah menghancurkan semua format kerja sama, termasuk di Afghanistan,” ucap Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Alexander Grushko, seperti dilansir Sputnik pada Senin (23/8/2021).
“Harga untuk permainan geopolitik ini, yang tidak ada hubungannya dengan kepentingan keamanan, pada akhirnya harus dibayar oleh Afghanistan," sambungnya.
Grushko mengatakan, berakhirnya misi NATO selama satu dekade di Afghanistan dapat mengarah pada penghasutan perang lebih lanjut dan kebangkitan retorika ancaman Rusia. Karena, jelasnya, mencari bukti relevansinya sendiri selalu menjadi bagian dari sejarah NATO.
Sebagai contoh perilaku seperti itu, Grushko menyebut operasi di bekas Yugoslavia, serta di Afghanistan dan Libya.
“Mengingat konsekuensi bencana dari operasi ini, NATO dihadapkan pada krisis eksistensial lain, yang biasanya diselesaikan dengan kembali ke asal-usulnya. Jadi, konsep “ancaman dari Timur” muncul kembali,” ujarnya.
“Kudeta Ukraina dan peristiwa-peristiwa berikutnya, yang tidak ada hubungannya dengan kepentingan inti aliansi, digunakan sebagai pembenaran ideologis untuk kembali ke tujuan awal tahun 1949. Dalam hal ini, akhir cerita Afghanistan, era skala besar operasi, dapat segera menyebabkan munculnya kembali retorika “ancaman Rusia,” tukasnya.
(ian)